Jumat, 31 Oktober 2014

Kurikulum 2013 dan Pergeseran Peran Guru


Perubahan dan penyempurnaan pola pikir dalam kurikulum 2013 sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 69 tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher`s centered) berubah menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student`s centered).
2. Pola pembelajaran satu arah (guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif ( guru-peserta didik-masyarakat -lingkungan alam dan sumber/media belajar lainnya)
3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pola pembelajaran berbasis jaringan artinya  dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dimana saja.
 4. Pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif dan kritis
5. Pola pembelajaran sendiri menjadi kelompok / tim
6. Pola pembelajaran tunggal menjadi pola pembelajaran multi media
7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi pola pembelajaran  berbasis keutuhan (user)
8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodisciplin) menjadi pembelajaran berbasis jamak (multidiscipline)
Pola pembelajaran diatas juga menggambarkan bahwa pendalaman dan perluasan materi serta penguatan proses. Perubahan-perubahan dalam kurikulum baru tersebut mau tidak mau juga merubah peranan guru, jika selama ini guru identik dengan istilah bahasa jawa digugu lan ditiru (ditaati dan sebagai tauladan) maka pengertian tadi harus berubah sesuai dengan perubahan pola pembelajaran, perluasan serta pendalaman materi dan penguatan proses. 
Berdasarkan perubahan-perubahan pada kurikulum baru tersebut maka dapat simpulkan bahwa guru  harus antusias dan berhasrat , artinya guru memiliki pikiran yang tajam dan memiliki passion (hasrat) yang menggebu untuk menyalurkan ilmu pada peserta didik. Selain itu juga guru harus  kreatif,  perubahankurikulum secara tidak langsung menuntut guru untuk lebih produktif dan menjadi inspirasi bagi para peserta didik dalam proses belajar pembelajaran. Menciptakan media pembelajaran serta bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang antusias.
Dalam kurikulum ini profesi guru menjadi penuh tantangan dan berat tanggungjawabnya sehingga jiwa yang tangguh sangat diperlukan. Tantangan besar adalah bagaimana cara seorang guru dapat menciptakan generasi cerdas melalui didikan seorang guru. Guru juga dituntut menyenangkan,  jika seorang guru tidak memiliki rasa humor dan terlalu kaku maka kondisi proses pembelajaran akan menjadi dingin dan tidak menggairahkan bagi peserta didik, maka guru harus dapat melucu dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga mereka antusias dalam proses pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar