Perubahan dan penyempurnaan pola pikir dalam kurikulum 2013
sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 69 tahun 2013
adalah sebagai berikut:
1. Pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher`s centered) berubah menjadi
pembelajaran berpusat pada siswa (student`s centered).
2. Pola pembelajaran satu arah (guru-peserta didik) menjadi pembelajaran
interaktif ( guru-peserta didik-masyarakat -lingkungan alam dan sumber/media
belajar lainnya)
3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pola pembelajaran berbasis jaringan
artinya dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dimana saja.
4. Pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif dan kritis
5. Pola pembelajaran sendiri menjadi kelompok / tim
6. Pola pembelajaran tunggal menjadi pola pembelajaran multi media
7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi pola pembelajaran berbasis
keutuhan (user)
8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodisciplin) menjadi
pembelajaran berbasis jamak (multidiscipline)
Pola pembelajaran diatas juga menggambarkan bahwa pendalaman dan perluasan
materi serta penguatan proses. Perubahan-perubahan dalam kurikulum baru
tersebut mau tidak mau juga merubah peranan guru, jika selama ini guru identik
dengan istilah bahasa jawa digugu lan ditiru (ditaati dan sebagai tauladan)
maka pengertian tadi harus berubah sesuai dengan perubahan pola pembelajaran,
perluasan serta pendalaman materi dan penguatan proses.
Berdasarkan perubahan-perubahan pada kurikulum baru
tersebut maka dapat simpulkan bahwa guru harus antusias dan berhasrat ,
artinya guru memiliki pikiran yang tajam dan memiliki passion (hasrat) yang
menggebu untuk menyalurkan ilmu pada peserta didik. Selain itu juga guru
harus kreatif, perubahankurikulum secara
tidak langsung menuntut guru untuk lebih produktif dan menjadi inspirasi bagi
para peserta didik dalam proses belajar pembelajaran. Menciptakan media
pembelajaran serta bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang antusias.
Dalam kurikulum ini
profesi guru menjadi penuh tantangan dan berat tanggungjawabnya sehingga jiwa
yang tangguh sangat diperlukan. Tantangan besar adalah bagaimana cara seorang
guru dapat menciptakan generasi cerdas melalui didikan seorang guru. Guru juga
dituntut menyenangkan, jika seorang guru tidak memiliki rasa humor dan
terlalu kaku maka kondisi proses pembelajaran akan menjadi dingin dan tidak
menggairahkan bagi peserta didik, maka guru harus dapat melucu dan menyenangkan
bagi peserta didik sehingga mereka antusias dalam proses pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar