Jumat, 31 Oktober 2014

Hal-hal Yang Harus Dirubah Oleh Para Guru Abad 21

hal hal yang harus dirubah oleh para guru adalah sebagi berikut:
1.       Artificial context         harus dirubah menjadi                     real world context
Diwaktu lalu semua guru mengajarkan teori di dalam kelas. Siswa pun diminta membaca buku untuk memahami teori. Andai saja ada guru yang berikiran maju dan meminta siswanya mendiskusikan sebuah pemecahan kasus, maka kasus itu juga dimbil dari textbook atau kasus itu dikarang oleh gurunya, sehingga belum juga kasus dipikirkan sang guru sudah memegang keputusan penanganan kasus yang dia yakini sebagi yang benar dan terbaik. Alih alih siswa berlatih berfikir malah mereka terperangkap dan tergiring untuk menerima gagasan gurunya sebagai gagasan terbaik.
Untuk sekarang guru harus punya paradigma yang berbeda. Guru harus mampu menghadirkan situasi asli diluar kelas untuk dipelajari, diamati dan di carikan pemecahannya di dalam kelas. Siswa perlu memasuki situasi riil agar mampu membuat keputusan berdasarkan situasi dan kondisi yng berjalan bukan pada situasi rekaan. Sedang untuk belajar bahasa asingpun siswa akan cepat belajar kalau dihadapkan pada native speakernya dari pada di suruh pura pura dalam situasi tertentu dan mereka harus bicara dengan teman sendiri.
2.       Factual                harus dirubah menjadi                             critical thinking
Seperti yang saya jelaskan diatas, guru selama ini selalu menjejelkan teori teori pada siswa siswinya. Untuk menunjukan kebenaran teori yang berpuluh tahun dia sampaikan dai satu generasi siswa ke generasi siswaa yang lain, guru yang lebih kreatif akan mencoba membuktikan dengan bukti bukti yang dia bisa comot dari artikel di media masa, kejadian sehari hari, atau berita baik di koran, majlah, radio ataupun TV. Boleh dikata semua yang disampaiakn dibuat sefaktual mungkin.
 Cukupkah? Ya cukup, tapi dulu. Sekarang informasi faktual sudah tidak cukup. Tantangan ke depan butuh lebih dari sekedar mengetahui informasi faktual. Kita dituntunt untuk bisa berfikir cepat, bertindak cepat bergerak cepat dan berhasil cepat karena kehidupan ke depan nampaknya akan bergerak begitu cepat. Oleh karena itu sekolah sudah selayaknya mengajarkan siswanya bergerak cepat berfikir cepat dan memetuskan dengan cepat. Itu artinya sekolah wajib bukan saja mengajarkan hal hal yang faktual, tapi juga mengjarkan siswanya untuk berfikir kritis. Perekonomian kedepan tidak akan bertumpu pada perekonomian manufacturing lagi. Sumberdaya alam sudah menipis, ekonomi kreatif menunggu kita. Berfikir kritis dan cepat adalh senjata yg diperlukan dalam perekonomian kreatif di masa depan.
3.       Information delivery         harus dirubah menjadi               information exchange
Sejauh ini kita harus mengakui bahwa dalam pelaksanaan pendidikan kita terlalu bertumpu pada kemampuan guru mentransfer pengetahuannya. Guru adalh satu satunya sumber informasi di dalm kelas oleh karena itu harus didengarkan dan ilmunya haruslah diserap. Pertanyaan apakah informasi yang diberikan guru pasti benar adalh haram hukumnya. Semua siswa tidak berhak bertanya dan harus take for granted secara membabi buta menerima apa yang disampaikan guru adalh benar. Padahal siapa bisa menjamin kalau apa yang diketahui guru itu pasti benar? Guru adalah sumber ilmu dan sumber informasi oleh karena itu pengajaran pasti berbentuk ceramah one way traffic. Hal seperti ini tidak benar bukan? Siswa bisa saja lebih tahu dan lebih pintar dari gurunya pada masalh tertentu.
 Oleh karena itu pengajaran di sekolah tidak boleh lagi one way traffic. Guru tidak bisa lagi memposisikan diri sebagai satu satunya sumber belajar. Semua oarang yang ada di ruang kelas punya hak sebagi penyampai informasi dan pengetahuan. Jadikan kelas sebagi tempatnya para pelajar bertukar informasi dan pengetahuan. Bisa dibayakan seberapa banyak informasi dan pengetahuan yang beredar di dalam kelas, kalau hanya berasal dari satu sumber dan seberapa banyak yang akan kita dapat kalau semua orang di dalam kelas mengumpulkan informasi dan pengetahuan yang ada.  Pengetahuan akan makin lengkap tajam jelas dan aktual kalau semua orang memberikan apa yang mereka tahu bukan?
4.       Teacher-centered instructions          harus dirubah menjadi           students-centered learning
Terkait dengan apa yang kita bicarakan di no.3 di atas. Bila menjadikan guru sebagi satu satunya sumber informasi maka guru akan berlaku sebagi pembicara tunggal. Dan artinya pusat perhatian siswa seluruhnya harus pada guru. Peran guru sangat mendominasi proses belajar mengajar dan menjadikan siswanya pasif dan kalau capai akan ngantuk. Beginilah yang kita sebut sebagi cara belajar guru aktif atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Mengingat bahwa guru sudah tidak selayaknya menjadi satu satunya sumber informasi maka pembelajarn yang terpusat pada guru juga sehharusnya tidak layak lagi. Yang wajib belajar itu siswa bukan guru, oleh karena itu cara belajar siswa aktif atau pembelajarn yang berppusat pada siswa adalah keharusan.  Guru harus bisa menciptakan susasan dimanan siswanya yang belajar dan guru Cuma sekedar sebagai motivator, fasilitator dan memonitor.

Kurikulum 2013 dan Pergeseran Peran Guru


Perubahan dan penyempurnaan pola pikir dalam kurikulum 2013 sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 69 tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Pola pembelajaran berpusat pada guru (teacher`s centered) berubah menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student`s centered).
2. Pola pembelajaran satu arah (guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif ( guru-peserta didik-masyarakat -lingkungan alam dan sumber/media belajar lainnya)
3. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pola pembelajaran berbasis jaringan artinya  dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dimana saja.
 4. Pola pembelajaran pasif menjadi pola pembelajaran aktif dan kritis
5. Pola pembelajaran sendiri menjadi kelompok / tim
6. Pola pembelajaran tunggal menjadi pola pembelajaran multi media
7. Pola pembelajaran berbasis massal menjadi pola pembelajaran  berbasis keutuhan (user)
8. Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodisciplin) menjadi pembelajaran berbasis jamak (multidiscipline)
Pola pembelajaran diatas juga menggambarkan bahwa pendalaman dan perluasan materi serta penguatan proses. Perubahan-perubahan dalam kurikulum baru tersebut mau tidak mau juga merubah peranan guru, jika selama ini guru identik dengan istilah bahasa jawa digugu lan ditiru (ditaati dan sebagai tauladan) maka pengertian tadi harus berubah sesuai dengan perubahan pola pembelajaran, perluasan serta pendalaman materi dan penguatan proses. 
Berdasarkan perubahan-perubahan pada kurikulum baru tersebut maka dapat simpulkan bahwa guru  harus antusias dan berhasrat , artinya guru memiliki pikiran yang tajam dan memiliki passion (hasrat) yang menggebu untuk menyalurkan ilmu pada peserta didik. Selain itu juga guru harus  kreatif,  perubahankurikulum secara tidak langsung menuntut guru untuk lebih produktif dan menjadi inspirasi bagi para peserta didik dalam proses belajar pembelajaran. Menciptakan media pembelajaran serta bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang antusias.
Dalam kurikulum ini profesi guru menjadi penuh tantangan dan berat tanggungjawabnya sehingga jiwa yang tangguh sangat diperlukan. Tantangan besar adalah bagaimana cara seorang guru dapat menciptakan generasi cerdas melalui didikan seorang guru. Guru juga dituntut menyenangkan,  jika seorang guru tidak memiliki rasa humor dan terlalu kaku maka kondisi proses pembelajaran akan menjadi dingin dan tidak menggairahkan bagi peserta didik, maka guru harus dapat melucu dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga mereka antusias dalam proses pembelajaran.

Kamis, 30 Oktober 2014

10 Sikap dan Sifat Yang Sangat Penting Bagi Guru

1.Adil
Seorang guru harus adil dalam memperlakukan anak-anak didik harus dengan cara yang sama, misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak. 


2.Percaya dan suka terhadap murid-muridnya
Seorang guru harus percaya terhadap anak didiknya. Ini berarti bahwa guru harus mengakui bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk mencegah hal yang buruk. 


3.Sabar dan rela berkorban
Kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dimiliki guru baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti jerih payahnya. 


4.Memiliki Perbawa (gezag) terhadap anak-anak
Gezag adalah kewibawaan. Tanpa adanya gezag pada pendidik tidak mungkin pendidikan itu masuk ke dalam sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-murid hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau paksaan; jadi bukan karena keinsyafan atau karena kesadaran dalam dirinya.


5.Penggembira.
Seorang guru hendaklah memiliki sifat tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa bagi murid-muridnya. Sifat ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain akan tetap memikat perhatian anak-anak pada waktu mengajar, anak-anak tidak lekas bosan atau lelah. Sifat humor yang pada tempatnya merupakan pertolongan untuk memberi gambaran yang betul dari beberapa pelajaran. Yang penting lagi adalah humor dapat mendekatkan guru dengan muridnya, seolah-olah tidak ada perbedaan umur, kekuasaan dan perseorangan. Dilihat dari sudut psikologi, setiap orang atau manusia mempunyai 2 naluri (insting) :
(1) naluri untuk berkelompok,
(2) naluri suka bermain-main bersama. Kedua naluri itu dapat kita gunakan secara bijaksana dalam tiap-tiap mata pelajaran, hasilnya akan baik dan berlipat ganda.


6.Bersikap baik terhadap guru-guru lain
Suasana baik diantara guru-guru nyata dari pergaulan ramah-tamah mereka di dalam dan di luar sekolah, mereka saling menolong dan kunjung mengunjungi dalam keadaan suka dan duka. Mereka merupakan keluarga besar, keluarga sekolah. Terhadap anak-anak, guru harus menjaga nama baik dan kehormatan teman sejawatnya. Bertindaklah bijaksana jika ada anak-anak atau kelas yang mengajukan kekurangan atau keburukan seorang guru kepada guru lain.


7.Bersikap baik terhadap masyarakat
Tugas dan kewajiban guru tidak hanya terbatas pada sekolah saja tetapi juga dalam masyarakat. Sekolah hendaknya menjadi cermin bagi masyarakat sekitarnya, dirasai oleh masyarakat bahwa sekolah itu adalah kepunyaannya dan memenuhi kebutuhan mereka. Sekolah akan asing bagi rakyat jika guru-gurunya memencilkan diri seperti siput dalam rumahnya, tidak suka bergaul atau mengunjungi orang tua murid-murid, memasuki perkumpulan-perkumpulan atau turut membantu kegiatan masyarakat yang penting dalam lingkungannya.


8.Benar-benar menguasai mata pelajarannya
Guru harus selalu menambah pengetahuannya. Mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar. Guru yang pekerjaannya memberi pengetahuan-pengetahuan dan kecakapan-kecakapan kepada muridnya tidak mungkin akan berhasil baik jika guru itu sendiri tidak selalu berusaha menambah pengetahuannya. Jadi sambil mengajar sebenarnya guru itu belajar.


9.Suka pada mata pelajaran yang diberikannya
Mengajarkan mata pelajaran yang disukainya hasilkan akan lebih baik dan mendatangkan kegembiraan baginya daripada sebaliknya. Di sekolah menengah hal ini penting bagi guru untuk memilih mata pelajaran apa yang disukainya yang akan diajarkannya.


10.Berpengetahuan luas
Selain mempunyai pengetahuan yang dalam tentang mata pelajaran yang sudah menjadi tugasnya akan lebih baik lagi jika guru itu mengetahui pula tentang segala tugas yang penting-penting, yang ada hubungannya dengan tugasnya di dalam masyarakat. Guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi masyarakat. Guru itu mempunyai dua fungsi isitimewa yang membedakannya dari pegawai-pegawai dan pekerja-pekerja lainnya di dalam masyarakat. Fungsi yang pertama adalah mengadakan jembatan antara sekolah dan dunia ini. Fungsi yang kedua yaitu mengadakan hubungan antara masa muda dan masa dewasa.



Sikap Guru Profesional

Sikap guru profesional terutama dalam penyikapan terhadap tugas dan perannya harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan secara utuh. Sebab segala keputusan dan tindakan guru akan mempunyai dampak jangka panjang terhadap pencapaian tujuan pendidikan, yang notabene berdampak pada  peserta didik, baik secara positif maupun negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.  Maka dalam rangka pengembangan pribadi peserta didik yang utuh rumusan tujuan pendidikan maupun upaya pencapaiannya harus secara utuh pula, yakni meliputi dimensi kemanusiaan dan kepribadian.
Dimensi Kemanusiaan
Tujuan pendidikan yang mengacu pada dimensi kemanusiaan pada dasarnya merupakan landasan filosofis tentang hakikat manusia yang intinya terdapat 4 (empat) dimensi, yaitu manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk relegius. (1) Dimensi individualitas menunjukkan adanya pribadi-pribadi yang unik,  berbeda satu sama lain (meski anak kembar sekalipun) dalam segala aspek kepribadiannya. Dengan perbedaan individual tersebut, maka setiap manusia sadar akan individualitasnya, pribadinya, egonya atau pun dirinya. Dalam rumusan tujuan pendidikan, dimensi individu tercakup dalam aspek, misalnya, memiliki pengetahuan, ketrampilan, kesehatan jasmani dan ruhani. (2) Dimensi sosialitas menunjukkan bahwa manusia secara kodrati tidak dapat hidup sendiri tanpa bersama-sama dengan manusia lain. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan orang lain, serta kasih sayang dan pengakuan dari orang lain, atau yang disebut dengan peristiwa sosial yang kemudian melahirkan keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya setiap manusia memerlukan proses sosialisasi, yaitu proses penyesuaian diri dengan komunitasnya. Dalam rumusan tujuan pendidikan, dimensi sosial tercakup dalam aspek, misalnya, memiliki rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (3) Dimensi kesusilaan menunjukkan bahwa manusia itu adalah makhluk yang mempunyai kesadaran susila, dalam artian dapat memahami norma-norma susila dan mampu berbuat sesuai dengan nilai-nilai moral  yang diyakininya. Dalam rumusan tujuan pendidikan, dimensi susila tercakup dalam aspek, misalnya, berakhlak mulia atau berbudi pekerti luhur. (4) Dimensi religius (keberagamaan) menunjukkan bahwa manusia percaya akan adanya Tuhan atau kekuatan gaib yang bersifat supranatural yang menguasai manusia, sehingga menimbulkan cara hidup tertentu sesuai dengan ajaran yang diyakininya. Dalam rumusan tujuan pendidikan, dimensi religius ini tercakup dalam aspek, misalnya, beriman dan bertqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Dimensi Kepribadian
Untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikat penciptaan-Nya, maka pendidikan harus mencakup keseluruhan aspek kepribadian manusia, atau yang dalam rumusan tujuan pendidikan disebut taksonomi tujuan pendidikan. Karena itulah Guru profesional harus memiliki wawasan yang luas tentang dimensi kepribadian ini beserta implikasinya dalam tujuan pendidikan. Sebab hakikat pendidikan itu adalah membentuk kepribadian peserta didik yang utuh dan seimbang. Maka guru yang berwawasan sempit dapat menimbulkan dampak negatif terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Misalnya penekanan yang berlebihan pada aspek kognitif akan menimbulkan pendidikan yang intelektualistis, tidak trampil, dan rendah moralitasnya.

Penyikapan Guru terhadap Tugas-tugasnya
Segala keputusan dan tindakan guru dalam proses pembelajaran mempunyai dampak terhadap pencapaian tujuan pendidikan, dan segala bentuk penyikapan guru terhadap tugas-tugasnya, baik tugas-tugas keguruan maupun non keguruan, mempunyai dampak langsung terhadap peserta didik, baik positif ataupun negatif, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itulah, maka Guru Profesional dalam melaksanakan tugas dan perannya haruslah bersikap kehati-hatian, sabar, disiplin, kreatif dan rendah hati.

Sikap kehati-hatian
Sikap kehati-hatian ini bukan berarti memasung otonomi dan kreativitas guru, sehingga menjadikan guru ‘takut’ keliru dalam berbuat. Tetapi yang dimaksud kehati-hatian dalam konteks ini adalah kearifan, tidak “sembrono”, penuh pertimbangan (terhadap dampak), dan tidak gegabah dalam melakukan tindakan kependidikan, terutama dalam pencapaian tujuan pendidikan yang utuh.
Banyak kasus peserta didik rendah motivasi belajarnya, bahkan pobia terhadap mata pelajaran tertentu, sangat benci dan trauma terhadap guru tertentu, stress dan depresi mental. Ini semua adalah dampak dari sikap ketidak hati-hatian guru, lebih mengedepankan emosi daripada hati, sehingga hilang kearifannya dalam bertindak. Di sinilah pentingnya sikap kehati-hatian dalam mengambil keputusan dan melakukan tindakan terutama terhadap peserta didik.

Kesabaran
Sikap sabar dapat dimiliki apabila guru telah memiliki stabilitas emosi (emotional stability) sebagai ciri kepribadian orang dewasa. Guru yang emosinya stabil tidak akan mudah marah dan tidak akan tergesa-gesa (ceroboh) dalam segala tindakannya. Banyak kejadian di sekolah yang mudah menyulut kemarahan guru. Tetapi, guru yang telah memiliki stabilitas emosi, ia akan tetap sabar dan arif dalam menghadapi kejadian-kejadian yang menjengkelkan tersebut.

Kedisiplinan
Dalam konteks ini yang dimaksud kedisiplinan adalah sikap yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan terhadap peraturan atau norma-norma yang berlaku. Pengertian ini identik dengan asal kata disiplin yakni kata “disciplus” yang berarti pengikut yang setia.
Guru harus bersikap disiplin dalam menjalankan tugas-tugasnya, tetapi bukan disiplin dalam pengertian disiplin kolot (kuno) yang mengartika disiplin sebagai taat kepada ketentuan atas dasar paksaan atau otoritas dari luar, disiplin yang bersifat lahiriyah, atau disiplin yang otomatis.

Kreativitas
Dalam konteks ini kreativitas dimaknai sebagai suatu proses yang memanifestasikan diri dalam kelancaran, kelenturan, dan keaslian dalam pemikiran. Kelancaran dalam arti kata mampu memberikan banyak gagasan dalam waktu yang terbatas. Kelenturan mampu melihat berbagai kemungkinan penggunaan sesuatu benda, berbagai macam sudut pandang dari suatu masalah. 
Guru Profesional harus memiliki kreativitas, karena dunia kependidikan  mengharuskan adanya inovasi dan improvisasi sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi, di samping sifat ‘pekerjaan’ guru yang situasional dan transaksional. Di sisi lain kreativitas sangat bermanfaat untuk mengusir rutinitas yang sangat menjenuhkan, memudahkan pemecahan masalah, baik yang menyakut profesional problem maupun personal problem. Guru yang penuh kreativitas akan bisa menyenangi tugas-tugasnya, dan mempunyai motivasi kerja yang tinggi. Dampaknya, motivasi belajar siswa tinggi, karena dalam proses pembelajaran sarat akan variasi, inovasi dan improvisasi.

Sikap Kerendah hatian
Guru profesional harus memiliki sifat dan sikap rendah hati, karena guru bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan perkembangan anak. Guru yang bersikap rendah hati (tawadhu’), adalah guru yang tidak sombong dan tidak membangga-banggakan dirinya, serta mengakui dan menghargai eksistensi orang lain, termasuk terhadap peserta didiknya. Sikap guru yang demikian sangat berpengaruh terhadap peserta didik yang ingin mengaktualisasikan diri untuk menemukan jati dirinya. Sebab segala pengaruh, terutama dari guru yang menjadi tokoh acuannya, bisa diterima dan diolahnya secara pribadi sesuai dengan individualitasnya masing-masing, yang kemudian  menjadi bagian dari dirinya sendiri.


Kiat Menjadi Guru Profesional

Di bawah ini beberapa kiat menjadi guru profesional sebagai berikut:

Mengerti tuntutan perubahan harapan masyarakat  yang penuh dengan kompleksitas permasalahan, memahami gaya hidup dan perilaku siswa, mengembangkan wawasan dan kompetensi keilmuan, serta mengeliminasi kendala dan hambatan yang ada dalam diri maupun lingkungan sekitar.

Memiliki semangat untuk memberi inspirasi kepada rekan kerja sesama pendidik dan siswa untuk menumbuhkembangkan mutu daya saing, mengenali 'resources' dan memanfaatkan sebagai sumber dan media pembelajaran yang dapat meningkatkan  daya kreativitas siswa.

Menggunakan kebutuhan dan harapan masyarakat akan manfaat pendidikan sebagai pedoman menjalankan kehidupan profesional sebagai seorang guru/pendidik.

Mengembangkan konsep pembelajaran yang relevan tentang karakter dan kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk masa depannya.

Membangun citra positif sebagai seorang pendidik yang berketeladanan, mampu menumbuhkan motivasi dan inspirasi peserta didik serta memiliki etos, kredibilitas dan integritas sebagai seorang pendidik.

Mengembangkan inovasi dan strategi pembelajaran dengan menggali sumber dan media belajar serta memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dengan cara yang luar biasa dan kreatif.

Memiliki interpersonal skill sebagai wujud dari implementasi kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial seorang pendidik guna membangun semangat berprestasi dalam diri peserta didik.

Meningkatkan pelayanan prima pendidikan melalui upaya peningkatan potensi dan karakter siswa secara individual, memiliki kecakapan empati serta memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna kepada peserta didik.

Evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran secara berkesinambungan dengan pengukuran efektivitas kegiatan pembelajaran lebih nyata dan akurat,serta berani menerima kritikan dan bersedia melakukan perbaikan mutu kegiatan belajar dan mengajar.

Dapat membuktikan efektivitas dan kemanfaatan pembelajaran dalam bentuk kompetensi dan karakter yang menjadi integritas dan identitas siswa.


Rabu, 29 Oktober 2014

Permainan Kami

permainan kami hari ini adalah permainan lempar bola kasti, ini adalah permainan tradisional di daerah kami yang kami ciptakan sendiri. permainan ini sangat mudah untuk dimainkan karena yang kami perlukan hanyalah satu buah bola kasti serta adanya gawang. 
cara bermainnya yaitu masing-masing kelompok akan bergantian untuk melemparkan bola kasti dengan bagaimana pun caranya yang penting bola tersebut harus bisa masuk ke gawang lawan, demikian terus menerus sampai salah satu kelompok menjadi pemenang.
setiap ada kesempatan untuk bermain, kami selalu memainkannya. tak perduli walau hari cukup terik, kami tetap semangat memainkannya karena anak-anak disini sudah terbiasa dengan terik matahari sehingga kami tidak takut lagi akan jatuh sakit atau kulit kami akan menjadi hitam.

Saat Musim Kemarau

setiap musim kemarau datang merupakan musim yang membahagiakan buat kami, karena kami akhirnya bisa bermain di halaman sekolah bahkan kami bisa bermain rumah-rumahan di kolong perpustakaan sekolah. kolong perpustakaan yang tinggi sangat memungkinkan bagi kami untuk bisa masuk dan bermain dengan nyaman di bawahnya, karena jika kolong perpustakaan dibuat rendah setiap musim hujan akan terkena banjir.
walaupun penuh dengan debu karena tanah yang ada didaerah kami merupakan daerah gambut sehingga apabila musim kemarau akan menimbulkan debu yang luar biasa banyak, namun hal tersebut tidak menyurutkan kami untuk tetap bermain di halaman sekolah.
musim kemarau ini biasanya berlangsung selama 6 bulan, selama itulah kami bisa melakukan aktivitas di halaman sekolah, setelah itu kami tidak akan lagi bisa bermain disana jika datang musim hujan.
musim hujan sudah hampir datang, dan jika sudah mulai musim hujan maka kami kembali akan menunggu musim kemarau tahun depan untuk dapat bermain kembali di halaman sekolah.  

Selasa, 28 Oktober 2014

Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum 2013

Dalam konteks kepemimpinan Kepala Sekolah, nampaknya arah dari pengembangan SDM Kepala sekolah berorientasi pada Manajemen Kinerja berbasis Kompetensi, dimana berbagai aktualisasi Kinerja yang harus diperankan oleh Kepala Sekolah mesti dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kompetensi baik secara individu maupun organisasi. Hal ini tercermin dari Permen 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah yang di dalamnya memuat berbagai Kompetensi yang yharus dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan Perannya sebagai Manajer dan Pemimpin Pendidikan pada suatu Satuan Pendidikan. Adapun Kompetensi-Kompetensi tersebut mencakup :

Kompetensi Kepribadian
  1. 1.      Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
  2.  Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
  3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
  4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
  5. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.
  6. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

Kompetensi manajerial
  1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
  2.  Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
  3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
  4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.
  5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
  6.  Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
  7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
  8.  Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
  9.  Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
  10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
  11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip  pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien.
  12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.
  13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
  14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
  15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah.
  16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

Kompetensi Kewirausahaan
  1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
  2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif.
  3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
  4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah. 3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik.

kompetensi Supervisi
  1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
  2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
  3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

Kompetensi Sosial
  1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
  2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
  3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Melihat kompetensi-kompetensi sebagaimana dikemukakan di atas, terdapat dua unsur yang penting untuk dicermati, yaitu unsur yang melekat dalam karakteristik individu dalam konteks kehidupan sosial yang menuntut internalisasi dan sosialisasi, serta  unsur yang berkaitan dengan kemampuan yang menuntut pada pendidikan dan latihan. Namun meskipun demikian keduanya sangat berkaitan dimana yang satu perlu jadi fondasi kepemimpinan dan yang lainnya merupakan pengembangan dalam kepemimpinan

Model Kepemimpinan Kepala Sekolah  sebagaimana terlihat  di atas dimaksudkan untuk memberi tekanan pada kompetensi supervisi kepala sekolah dalam menjalankan peran dan tugasnya sebagai supervisor, hal ini tidak lain karena pelaksanaan kurikulum termasuk kurikulum 2013 keberhasilannya amat ditentukan oleh bagaimana kepala sekolah menjalankan kepemimpinan instruksional dengan supervisi sebagai instrumen utama dalam menjamin terlaksananya proses pembelajaran dengan kurikulum yang berlaku. Dalam kaitan ini diperlukan kemampuan substantif tentang kurikulum 2013 dan kemampuan prosedural dalam melaksanakan supervisi. Kemampuan substantif merupakan kemampuan utama untuk menjadikan pelaksanaan kurikulum 2013 sesuai dengan ideal kurikulum atau paling tidak formal kurikulum, dengan upaya terus menerus untuk makin mendekatinya. atau paling tidak terus mendekatinya, dan kemampuan prosedural dimaksudkan untuk menjadikan supervisi sebagai bagian dalam mendorong kurikulum yang dipersepsi makin sinkron dengan apa yang seharusnya serta menjadikan pengalaman belajar siswa sesuai dengan tujuan dari kurikulum 2013 (experienced curriculum).


Peran Guru Dalam Kurikulum 2013

Prof. H. Arief Rachman, M.Pd mengatakan ada 4 perbedaan penekanan pesan antara kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya, yaitu:
  1. Pada kurikulum sebelumnya, pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan pembentuk pengetahuan(fokus pada kognitif), sedangkan pada kurikulum 2013 semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (fokus pada afektif/karakter)
  2. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran (parsial pada KTSP), sedangkan pada kurikulum 2013 matpel diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai (holistik antar mata pelajaran)
  3. Pada KTSP terjadi individual teacher, dan pada kurikulum 2013 terjaditeam teaching
  4. Evaluasi bersifat kuantitatif pada KTSP, sedangkan pada kurikulum 2013 evaluasi (proses) bersifat kuantitatif dan kualitatif.

Pada akhirnya, kurikulum 2013 berujung kepada karakter peserta didik, dan bukan hanya sekedar kompetensi. Oleh karenanya, Prof Arief Rachman membaginya ke dalam 4 bagian, yaitu:
  1. Fokus pada karakter/sikap
  2. Bersifat Holistik
  3. Team Teaching
  4. Evaluasi yang tepat dari kualitatif dan kuantitatif

Untuk membentuk karakter siswa yang kuat diperlukan guru yang kuat. Karakteristiknya adalah:
  1. Akademis
  2. Psikologis
  3. Pedagogis
  4. Sosial

Etika harus lebih diutamakan daripada logika. Keunggulan logika harus diungguli dengan etika, dan guru menjadi pemimpin di kelas yang memiliki karakter kuat untuk pembentukan karakter siswa atau peserta didik. Guru yang kuat adalah guru yang mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat.
Guru harus menjadi pemimpin atau leader dan memiliki 7 karakter yang terdiri dari:
  1. Leadership Character
  2. Leadership Responsibilities
  3. Leadership Strategy
  4. Leadership and execution
  5. Leadership and Change
  6. Leadership Influence
  7. Leadership and the team

Ketujuh karakter tersebut harus dapat dikuasai oleh guru agar menjadi guru yang kuat dan berkarakter berani, bermental yang tangguh, disiplin diri, mampu menghargai orang lain, percaya diri, memiliki gairah dan memiliki antusias yang tinggi untuk maju. Sehingga guru yang kuat memiliki motto,bekerja untuk hidup dan hidup untuk bekerja.
Guru juga mempunyai tanggung jawab yang besar dimana dapat mengubah yang abstrak menjadi nyata. Tidak lupa mengelola waktu dengan baik dengan konsentrasi yang detail, memiliki gaya tersendiri, dan mau berubah.You Must anticipate the future and prepare your team to meet it. Managers concentrate on detail whilst leaders concentrate o change. The bst leaders know which style to employ to create the best team climate.
Guru harus menjadi tangguh dan banyak berlatih serta memiliki keberanian yang tinggi dalam perjuangannya sebagai seorang pendidik. Hidup itu selalu berubah. Pandangan hidup juga demikian. Momentum bisa membuat kita mengambil kesempatan yang baik. Guru harus menjadi leadership and changedengan menerima sesuatu hal yang tidak pasti. Termasuk juga kematian yang tidak tahu kapan datangnya.

Jadi, peran guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 sangatlah penting. Guru harus mampu memberikan penekanan yang berbeda dari kurikulum sebelumnya. Fokus pada karakter atau sikap peserta didik dan menjadi guru yang kuat dengan mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat pula. Hal yang terpenting, guru harus mampu bekerjasama dengan guru lainnya sehingga mampu melahirkan pembelajaran yang mengundang siswa untuk aktif.

Tujuan dan Manfaat Kelompok Kerja Guru (KKG)

Tujuan KKG

Pembentukan KKG juga mempunyai tujuan tertentu, diantaranya adalah:
  1. Meningkatkan kemampuan guru dalam bidang pengetahuan umum. Artinya adalah melalui KKG kegiatan-kegiatan yang sifatnya menambah pengetahuan guru tentang informasi, isu-isu dan kejadian-kejadian sosial, kemajuan-kemajuan dan penemuan-penemuan baru yang ada hubungannya dengan pembelajaran dapat bertambah, hal ini dapat terlaksana melalui kegiatan diskusi, seminar atau training di KKG
  2. Meningkatkan pengetahuan guru dalam menyusun Administrasi Pembelajaran. Selain tugas mengajar guru juga harus menyusun dan mempersiapkan kelengkapan administrasi kelasnya, membuat daftar kelas, daftar nilai, menyusun format penilaian, menyusun berkas nilai dan pekerjaan lainnya. Teknik dan cara pembuatan administrasi tersebut mungkin tidak dapat dipahami oleh guru di sekolahnya, seentara melalui KKG hal-hal tersebut dapat terselesaikan dengan tuntas.
  3.  Meningkatkan pengetahuan guru dalam melaksanakan manejemen kelas. Sebagai pemimpin kelas guru harus mampu mengatur seluruh kegiatan belajar agar berjalan secara kondusif dan bernilai guna. Pengaturan ini memerlukan ilmu manejemen. Melalui KKG dapat dibicarakan lebih lanjut tentang bagaimana memanejemen kelas dengan baik.
  4.  Meningkatkan kepandaian guru dalam merancang, membuat dan menyusun alat-alat atau media yang dipergunakan dalam pembelajaran.
  5.  Meningkatkan keyakinan dan harga diri guru. Dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh melalui KKG dengan sendirinya kemampuan tersebut akan meningkatkan keyakinan diri guru dalam melaksanakan pembelajaran. Meningkatnya keyakinan diri guru atas dasar meningkatnya pengetahuan dengan sendirinya juga harga dirinya akan naik.


Manfaat Kelompok Kerja Guru ( KKG)

Secara umum kegiatan KKG dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

Sebagai tempat pembahasan dan pemecahan masalah bagi para guru yang mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran. Masalah-masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas tentu beragam bentuk dan modelnya. Penganganan terhadap setiap persoalanpun untuk mencari jalan keluar jelas akan berbeda dengan persoalan lainnya. Dapat dipahami bahwa semua guru belum tentu berpengalaman seperti layaknya guru-guru senior yang mungkin saja memiliki lebih banyak teknik dan cara-cara dalam mengatasi persoalan terlebih-lebih persoalan belajar mengajar. Untuk itulah guru-guru baru atau guru lain yang memiliki persoalan yang menurutnya sulit dapat dipecahkan melalui KKG dengan cara berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan guru lainnya.

Sebagai wadah kegiatan para guru yang tergabung dalam satu gugus yang ingin meningkatkan profesionalnya secara bersama-sama. Peningkatan profesional guru memang suatu keharusan, dan sekolah pada dasarnya mempunyai kewajiban dalam hal itu. Akan tetapi melalui KKG kewajiban sekolah dalam peningkatan kualitas guru dapat diwujudkan. Jadi sekolah tidak terlalu repot mengadakan berbagai macam pelatihan, cukup dengan mengutus gurunya mengikuti program KKG.

Sebagai tempat penyebaran informasi tentang pembaharuan pendidikan khususnya yang berkaitan dengan usaha peningkatan hasil belajar. Penigkatan hasil pembelajaran melalui pembaharuan pendidikan dapat diwujudkan melalui KKG. Caranya adalah menyerap informasi sebanyak-banyaknya tentang format-format dan strategi pembaharuan pendidikan yang kemudian dapat diaplikasikan atau dipraktekkan di sekolah masing-masing.

Sebagai pusat kegiatan praktek pembuatan alat peraga, penggunaan perpustakaan serta perolehan berbagai keterampilan mengajar maupun pengembangan administrasi kelas.
Perbedaan materi ajar mengakibatkan adanya perbedaan alat peraga yang digunakan. Guru harus jeli menggunakan setiap alat peraga yang akan digunakan dalam PBM, sebab kalau tidak alat peraga bukanlah menambah efektivitas pembelajaran akan tetapi berpeluang menjadi sumber gangguan dalam pembelajaran. Disisi lain guru mungkin saja masih banyak yang tidak menggunakan alat peraga sebagai alat bantu belajar padalah hal itu sangat penting. Untuk itulah melalui KKG beberapa keterampilan dalam membuat alat peraga atau keterampilan lainnya dapat dipelajari. 

Memberikan kesempatan kepada guru yang kreatif dan inovatif untuk berbagi pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan profesional kepada sesama teman sejawat dan mendiskusikan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dalam usaha meningkatkan mutu pengetahuan, wawasan, kemampuan dan keterampilan.



Apa Prinsip dan Tugas Guru pendamping Pada Kurikulum 2013 ?

Pendampingan adalah proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang diberikan guru inti, kepala sekolah dan pengawas sekolah kepada guru sasaran satuan pendidikan yang melaksanakan Kurikulum 2013.Secara umum, Program Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk menjamin terlaksananya implementasi Kurikulum 2013 secara efektif dan efisien di sekolah.
Pada hakikatnya pendampingan memiliki tujuan, pertama memberikan fasilitasi dalam implementasi Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan, kedua memberikan bantuan konsultasi, pemodelan (modeling), dan pelatihan personal dan spesifik (coaching) untuk hal-hal spesifik dalam implementasi Kurikulum 2013 secara tatap muka dan online. Ketiga, membantu memberikan solusi kontekstual dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi saat implementasi Kurikulum 2013 di sekolah masing-masing. Keempat, membangun budaya mutu sekolah melalui penerapan kurikulum secara inovatif, kontekstual, dan  berkelanjutan.

Prinsip Pendampingan

Guru pendamping dalam melakukan pendampingan kepada guru sasaran hendaknya memperhatikan betul prinsip-prinsip pendampingan, pertama kolegial, yaitu hubungan kesejawatan antara pemberi dan penerima pendampingan. Dengan prinsip ini maka pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru  pemberi bantuan dan pengawas, kepala sekolah, dan guru yang menerima bantuan memiliki kedudukan setara, tidak ada yang lebih tinggi dibandingkan lainnya.
Selanjutnya,  profesional, yaitu hubungan yang terjadi antara pemberi pendampingan dan penerima pendampingan adalah untuk peningkatan kemampuan profesional dan bukan atas dasar hubungan personal. Kemudian, sikap saling percaya, yaitu pengawas sekolah, kepala sekolah, dan guru yang menerima pendampingan memiliki sikap percaya kepada pemberi pendampingan bahwa informasi, saran, dan contoh yang diberikan adalah yang memang dikehendaki Kurikulum 2013.
Selain itu, berdasarkan kebutuhan, yaitu materi pendampingan adalah materi  teridentifikasi sebagai aspek yang masih memerlukan penguatan dan kegiatan penguatan akan memantapkan pengetahuan dan ketrampilan penerima pendampingan. Terakhir, berkelanjutan, yaitu hubungan profesional yang terjadi antara pemberi dan penerima pendampingan berkelanjutan setelah pemberi pendampingan secara fisik sudah tidak lagi berada di lapangan, dilanjutkan melalui e-mail, SMS, maupun alat lain yang tersedia.

Tugas Guru Pendamping

Guru Pendamping pada dasarnya memiliki kompetensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang didampingi agar memiliki kepercayaan diri dalam proses pendampingan serta tidak menimbulkan resistensi pada yang didampingi. Syarat yang perlu dipenuhi untuk menjadi seorang pendamping adalah memiliki pemahaman secara jelas mengenai konsep dan jiwa Kurikulum 2013. Selain itu, memiliki kemampuan menjelaskan persoalan dan berkomunikasi secara baik dengan pihak yang didampingi, berjiwa membimbing (tidak menggurui) demi terciptanya rasa nyaman pada pihak yang didampingi, serta dapat memberikan bimbingan teknis bila diperlukan terkait dengan proses pembelajaran dan penilaian sesuai dengan Kurikulum 2013.
Guru pendamping mempunyai tugas yang sangat penting dalam implementasi kurikulum 2103. Pertama, guru pendamping dituntut untuk membangun empati dengan komunitas sekolah. Tugas ini dimaksudkan untuk membangun komunikasi awal sebelum proses pendampingan dilakukan dengan maksud tidak timbul resistensi pada guru yang akan didampingi.
Selain itu, guru pendamping perlu menjelaskan bahwa tugas pendampingan bukan untuk mengevaluasi proses, melainkan untuk memperkuat proses. Penjelasan ini perlu diberikan agar proses pendampingan tidak menimbulkan masalah baru (ketegangan), tetapi memperkuat pemahaman guru terhadap konsep dan implementasi Kurikulum 2013.
Kedua, mengamati proses pembelajaran berdasarkan semangat Kurikulum 2013. Sesuai dengan fungsi pendampingan untuk memperkuat proses pembelajaran sesuai dengan konsep dan jiwa Kurikulum 2013, maka tugas utama pendamping adalah mengamati proses pembelajaran di dalam kelas sehingga dapat mengetahui problematika yang muncul dalam proses pembelajaran dan memerlukan penguatan.
Ketiga, mendiskusikan proses pembelajaran dan evaluasi yang diamati. Tugas ini dimaksudkan untuk memberikan bimbingan secara tidak langsung kepada guru yang didampingi berdasarkan hasil pengamatannya selama mengikuti proses pembelajaran dan penilaian. Bila ada pemahaman yang kurang jelas terhadap konsep Kurikulum 2013 tentang model pembelajaran dengan menerapkan scientific, discovery learning, dan project based learning, pembuatan RPP, dan model penilaian authentic assessment maka dapat diperjelas dalam diskusi tersebut. Dengan demikian, diskusi bukan untuk mencari kelemahan dalam proses pembelajaran dan penilaian, melainkan untuk membangun persamaan persepsi tentang konsep dan implementasi Kurikulum 2013 sekaligus penguatan proses pembelajaran dan penilaian. Model diskusi dipilih karena tidak mengesankan menggurui atau adanya superioritas dan inferioritas.
Keempat, bersama yang didampingi melakukan refleksi atas proses pembelajaran dan penilaian yang sedang sedang dijalani. Refleksi bersama diperlukan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 dan upaya pemecahannya. Bila terdapat banyak kesulitan, pendamping tidak boleh memperlemah semangat guru yang didampingi. Pendamping harus memberikan motivasi dan memberikan pemahaman yang benar mengenai konsep Kurikulum 2013.

Peran dan Tugas Kepala Sekolah

Peranan Kepala Sekolah

Berikut adalah empat belas peranan kepala sekolah dasar, yaitu: 
  1. kepala sekolah sebagai business manager, 
  2. kepala sekolah sebagai pengelola kantor, 
  3. kepala sekolah sebagai administrator, 
  4. kepala sekolah sebagai pemimpin profesional, 
  5. kepala sekolah sebagai organisator, 
  6. kepala sekolah sebagai motivator atau penggerak staf, 
  7. kepala sekolah sebagai supervisor, 
  8. kepala sekolah sebagai konsultan kurikulum, 
  9. kepala sekolah sebagai pendidik, 
  10. kepala sekolah sebagai psikolog, 
  11. kepala sekolah sebagai penguasa sekolah, 
  12. kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik, 
  13. kepala sekolah sebagai petugas hubungan sekolah dengan masyarakat, 
  14. kepala sekolah sebagai pemimpin masyarakat.

Tugas Kepala Sekolah


Tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu : tugas dari sisi administrative process atau proses administrasi, dan tugas dari sisi task areas bidang garapan pendidikan. Tugas merencanakan, mengorganisir, meng-koordinir, melakukan komunikasi, mempengaruhi, dan mengadakan evaluasi merupakan komponen-komponen tugas proses. Program sekolah, siswa, personel, dana, fasilitas fisik, dan hubungan dengan masyarakat merupakan komponen bidang garapan kepala sekolah dasar. Di sisi lain, sesuai dengan konsep dasar pengelolaan sekolah, enam bidang tugas kepala sekolah dasar, yaitu mengelola pengajaran dan kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia, mengelola fasilitas dan lingkungan sekolah, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat, serta organisasi dan struktur sekolah. Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat digarisbawahi bahwa tugas-tugas kepala sekolah dasar dapat diklasifikasi menjadi dua, yaitu tugas-tugas di bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang supervisi. Tugas di bidang administrasi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan bidang garapan pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan, kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Dari keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen organisasi sekolah yang berupa benda. Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran. Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.

semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. amin !

Senin, 27 Oktober 2014

Perbedaan Pintar dan Cerdas


Kebanyakan dari kita beranggapan bahwa pintar dan cerdas adalah 2 kata yang memiliki arti yang sama. Pintar itu cerdas, cerdas itu pintar. Bukankah begitu? Namun sebenarnya definisi pintar dan cerdas itu berbeda. Bahkan saya rasa arti kedua kata ini sungguh berjauhan. Pintar ya pintar, cerdas ya cerdas. 

Pintar
Pintar adalah sebutan untuk orang yang teratur dan disiplin sehingga ia selalu mampu mengerjakan apa yang diperintahkan. Orang pintar selalu melakukan segala sesuatunya dengan baik dan mampu mencerna apapun dengan sempurna. Pintar itu bisa dicari. Misalkan sekarang Anda tidak pintar, tetapi jika Anda disiplin mengejar cita – cita dan mau bekerja keras saya jamin Anda mampu menjadi orang pintar.

Cerdas
Cerdas adalah sebutan untuk orang yang tidak terlalu teratur dan tidak terlalu disiplin tetapi ia selalu mampu mengerjakan apa yang diperintahkan dengan baik. Orang cerdas mampu mencerna segala sesuatunya dengan sempurna. Cerdas biasanya merupakan faktor turunan dan tidak bisa dicari. Orang cerdas suka bermain dan bermalas - malasan, tetapi anehnya kemampuan mereka di berbagai bidang tidak diragukan lagi. Mereka tahu kapan harus santai dan kapan harus menunjukkan kepintaran mereka. Secara emosionalpun orang cerdas jauh lebih baik ketimbang orang pintar.

 Nah, begitulah pembahasan singkat kita mengenai pintar dan cerdas. Apakah anda termasuk orang yang pintar? Atau orang cerdas?

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapar memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional (Suyanto 1997). PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran  tersebut dilakukan (Tim PGSM 1999). Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dikelas untuk dapat memecahkan masalah baik masalah yang berkaitan dengan siswa maupun masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar seperti yang diharapkan.

Kunandar (2008), dalam bukunya disebutkan bahwa tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut :
  1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.
  2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
  3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.
  4. Sebagai alat training in-service,yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
  5. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system pembelajaran yang berkelanjutanyang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.
  6. Peningkatan hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembeljaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan menningktkan motivasi belajar siswa.
  7. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
  8. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
  9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga situnjukkan untuk meningkatkan efisiensi peemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.
Manfaat PTK menurut para ahli :
  1. Menurut Cole dan Knowles (Prendergast, 2002:3-4) manfaat penelitian tindakan kelas adalah dapat mengarahkan para guru untuk melakukan kolaborasi, refleksi, dan bertanya satu dengan yang lain dengan tujuan tidak hanya tentang program dan metode mengajar, tetapi juga membantu para guru mengembangkan hubungan-hubungan personal.
  2. Menurut Noffke (Prendergast (2002:5), manfaat penelitian tindakan kelas adalah dapat mendorong para guru melakukan refleksi terhadap praktek pembelajarannya untuk membangun pemahaman mendalam dan mengembangkan hubungan-hubungan personal dan sosial antar guru.
  3. Menurut Whitehead (1993) manfaat penelitian tindakan kelas adalah dapat memfasilitasi guru untuk mengembangkan pemahaman tentang pedagogi dalam rangka memperbaiki pemberlajarannya.
  4. Menurut Prendergast ( 2002) manfaat penelitian tindakan kelas adalah dapat membantu (1) pengembangan kompetensi guru dalam menyelesaikan masalah pembelajaran mencakup kualitas isi, efisiensi, dan efektivitas pembelajaran, proses, dan hasil belajar siswa, (2) peningkatan kemampuan pembelajaran akan berdampak pada peningkatan kompetensi kepribadian, sosial, dan profesional guru.
  5. Menurut Mohammad Asrori (2007:15) menyatakan bahwa manfaat penelitian tindakan kelas dapat dikaji dari beberapa pembelajaran dikelas. Manfaat yang terkait dengan komponen pembelajaran antara lain : Inovasi pembelajaran, Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas dan Peningkatan profesinalisme guru
  6. Menurut Sukayati (2008: 13) manfaat PTK yang yang terkait dengan pembelajaran hampir sama dengan yang disampaikan oleh Mohammad Asrori antara lain mencakup hal-hal berikut: Inovasi, dalam hal ini guru perlu selalu mencoba, mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan jaman. Pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, PTK dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk mengembangkan kurikulum. Hasil-hasil PTK akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum baik di tingkat kelas maupun sekolah. Peningkatan profesionalisme guru, keterlibatan guru dalam PTK akan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan.
  7. Sejalan dengan dua pendapat sebelumnya Aqib (2007) juga mengatakan hal yang sama mengenai manfaat yang dapat diperoleh jika guru mau dan mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas, antara lain: (1) inovasi pembelajaran, (2) pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan di tingkat kelas, dan (3) peningkatan proresionalisme guru.
  8. Menurut Rustam dan Mundilarto (2004) mengemukakan manfaat PTK bagi guru, yaitu: (1) Membantu guru memperbaiki mutu pembelajaran, (2) Meningkatkan profesionalitas guru, (3) Meningkatkan rasa percaya diri guru, (4) Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.

SUPERVISI

supervisi adalah penglihatan dari atas. pengertian itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi dimana yang melihat berkedudukan lebih tinggi daripada yang dilihat. hal ini dapat diartikan bahwa kegiatan supervisi oleh atasan terhadap bawahan, misalnya disekolah supervisi dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para guru yang mengajar disekolah tersebut.
kegiatan supervisi pendidikan antara lain berfungsi untuk mengkoordinasi semua usaha sekolah, melengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberikan fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar dan mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf, mengintegrasi tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru-guru dalam mengajar.
supervisi pendidikan mempunyai tujuan yang konkret yaitu membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid, membantu guru dalam menggunakan alat pengejaran modern,  metode-metode dan sumber-sumber pengelaman belajar, membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri, membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya, membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

Minggu, 26 Oktober 2014

PLPG

kegiatan PLPG dilaksanakan dengan tujuan agar para guru bisa menjadi guru yang profesional dibidangnya sehingga dengan profesionalismenya guru maka tujuan pendidikan dapat tercapai dan meningkat. yang jadi pertanyaan kemudian adalah "apakah dengan adanya PLPG maka profesionalisme guru akan tercapai ? apakah dengan adanya PLPG guru pendidikan akan semakin meningkat dan maju ?" serta masih banyak pertenyaan-pertanyaan lain yang muncul. 
PLPG memang memiliki tujuan agar setiap guru bisa menjadi guru yang profesional dibidangnya masing-masing, sehingga guru tersebut dalam melaksanakan tugasnya dapat menjadikan pendidikan menjadi meningkat dan menjadi lebih baik lagi. namun sebenarnya keprofesionalan guru tersebut lahir dari diri masing-masing guru tersebut dan tidak cukup hanya dengan diberikan pelatihan yang sebentar makan seorang guru akan menjadi profesional.
membuat guru menjadi seorang profesional memerlukan waktu yang lama, yang pertama harus dibentuk adalah kesadaran dari diri guru tersebut untuk bisa merubah dirinya agar menjadi orang yang benar-benar mampu dan mau melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pengajar dan pendidik yang selalu mampu untuk menampilkan sesuatu yang baru dalam hal melaksanakan kegiatannya.
jadi yang perlu dilakukan oleh instansi terkait agar para guru benar-benar menjadi seorang profesional adalah dengan selalu memberikan bimbingan dan pelatihan kepada para guru sehingga guru tersebut benar-benar mengetahui apa sebenarnya yang harus ia kerjakan sebagai seorang profesional.

SUASANA PULANG MENGAJAR

beginilah ketika kami pulang dari mengajar ketika berada diatas kelotok yang selalu siap untuk antar jemput, karena jarak yang sangat jauh dari tempat kami mengajar menuju ketempat parkiran kendaraan yaitu sekitar 1,5 jam macam-macam kegiatan yang dilakukan oleh para guru untuk menghilangkan kejenuhan berada diatas kelotok atau untuk melepas lelah setelah mengajar dikelas, serta sebagai cadangan tenaga untuk kembali berkendaraan menuju rumah atau daerah masing-masing.
sebagian guru memilih untuk tidur siang diatas kelotok karena mungkin sudah sangat kelelahan disertai karena perut yang sudah kenyang sehingga membuat mata mengantuk, ada juga sebagian guru yang menggunakan waktunya dengan berbincang berbagai macam masalah baik itu masalah yang serius maupun yang hanya sekedar bercanda.
dan bagi para operator dapodik waktu diatas kelotok biasanya mereka gunakan untuk mengisi ataupun memperbaiki data sehingga kerjaan mereka dirumah menjadi sedikit berkurang, selain itu para guru juga kadang berbagi ilmu baik tentang cara mengajar maupun tentang teknologi sehingga sedikit demi sedikit sudah banyak guru didaerah kami ini yang mengenal dan bisa menggunakan teknologi maju zaman sekarang.
salah satu kemajuan teknologi yang sering digunakan oleh para guru adalah ponsel, dengan ponsel mereka biasanya melakukan pengambilan foto-foto sekitar jalan yang mereka lewati kemudian mereka share ke sosial media sebagai kenangan jika suatu hari nanti mereka pindah tempat berkerja. sehingga kegiatan ataupun kejadian-kejadian yang pernah mereka lalui ketika mengajar didaerah terpencil akan selalu mereka ingat sebagai suatu kenangan manis yang tidak akan pernah untuk dilupakan.