Jumat, 24 Juni 2016

Narasumber dan Instruktur Nasional Guru Pembelajar

Narasumber dan Instruktur Nasional Guru Pembelajar

Dalam program Guru Pembelajar barangkali sebagian rekan guru sudah mengetahui apa itu Narasumber Nasional disingkat (NS) disebut pengampu dan Instruktur Nasional (IN) atau mentor. Siapa mereka? Narasumber nasional ada yang diambil dari guru, P4TK, LPMP maupun lembaga lain. Narasumber Nasional yang diambil dari guru adalah mereka memiliki nilai UKG kualitas Super, hehehe, bisa dikata nilai UKG nya antara 80-100. Sedangkan Instruktur Nasional diambil dari guru yang nilai UKG nya antara 70-100 juga. Barangkali ada yang bertanya, nilai UKG saya tinggi, 90, kok gak dipanggil menjadi Narasumber atau Insruktur Nasional.

Nah itu, penjelasannya bisa dibuka dalam artikel 
Raport UKG 2015 dan hubungannya dengan Moda Diklat Kepesertaan Guru Pembelajar. Sekarang kita bahas dulu terkait tugas NS dan IN tadi. 

Mereka yang berhak menjadi Narasumber dan 
Instruktur Nasional dipanggil mewakili tiap kabupaten kota dan sudah mengikuti pelatihan di "markas-markas" P4TK (lembaga dibawah Ditjen GTK), tugas pelatihan mereka antara lain membuat modul yang akan diberikan kepada peserta guru pembelajar di daerah-daerah.


Tugas narasumber nasional/pengampu dan instruktur nasional/mentor adalah sebagai berikut:

1. Tugas Narasumber 
a. mempersiapkan dan mempelajari perangkat pelatihan tatap muka;
b. memfasilitasi pembelajaran pada pelatihan instruktur nasional;
c. mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta pelatihan instruktur nasional; dan
d. menyampaikan dan melaporkan hasil evaluasi peserta pelatihan instruktur  nasional kepada institusi pelaksana. 

2. Tugas Pengampu 
a. mempersiapkan dan mempelajari perangkat moda daring; 
b. membimbing para mentor dalam melaksanakan tugasnya melakukan pendampingan peserta moda daring;
c. mengevaluasi keterlaksanaan tugas mentor;
d. membuat laporan pelaksanaan dan hasil evaluasi moda daring. 

3. Tugas Instruktur Nasional/Mentor 
a. mempersiapkan dan mempelajari perangkat pelatihan sesuai moda;
b. membelajarkan, melatih, membimbing, dan mengevaluasi peserta;
c. melaporkan hasil ketercapaian belajar peserta.  

Nah demikian tadi perihal Narasumber dan Instruktur Nasional dalam program Guru Pembelajar Kemdikbud. Rasanya anda calon peserta guru pembelajar baik moda tatap muka maupun daring wajib tahu akan hal ini.

hubungan raport UKG dengan modul dan moda diklat guru pembelajar

Apa itu raport UKG dan apa hubungannya dengan Modul Guru Pembelajar. 

Bagi peserta guru pembelajar nantinya akan diberikan akun guru pembelajar, khususnya mereka yang melaksanakan Diklat Guru Pembelajar menggunakan moda daring dan moda kombinasi. Nah dalam raport UKG (baca saja hasil UKG 2015) akan kita lihat contoh seperti gambaran di bawah ini, 

raport nilai ukg 2015
raport UKG
Dalam pelaksanaan UKG, Setiap Guru diujikan berdasarkan mata  pelajaran sesuai Sertifikasi / Mapel yang diampu, yang dibagi dalam 10 kompetensi atau Modul ( Modul : A,B,C,D,E,F,G,H,I J).

Hasil UKG setiap guru dikelompokkan berdasarkan jumlah Modul dibandingkan dengan angka Capaian Minimum UKG ( KCM = 5.5).  yang dipetakan dalam matrik peningkatan Kompetensi dengan standar seperti terlihat dalam tabel dibawah:

KCM guru pembelajar dan modul UKG


Jumlah modul dibawah KCM *
Mode Diklat
Kode
8, 9, 10
Tatap Muka
TM
6, 7
Daring Kombinasi
DK
3, 4, 5
Daring
D
0, 1, 2
Calon Instruktur
IN


keterangan;
KCM = Kriteria Capaian Minimal 

Nah dari hasil UKG 2015 atau raport UKG di atas, maka dijadikan dasar sebagai penentuan calon kepesertaan Guru Pembelajar. Kemudian Guru yang raport UKGnya belum memenuhi KCM, akan mempelajari modul-modul yang belum memenuhi KCM tadi. Jika melihat gambardi atas maka peserta Guru Pembelajar wajib menuntaskan modul guru pembelajar yakni modul B, F, dan H dengan program guru pembelajar secara daring/online. 

Bagi guru yang hasil UKG 2015nya ada 2 atau kurang nilai KCM nya, maka akan diikutsertakan dalam 
diklat Instruktur Nasional atau Narasumber Nasional. 

Nilai UKG saya 80, kok tidak dipanggil jadi peserta diklat Instruktur Nasional. Dalam setiap kabupaten kota tentu banyak guru yang memenuhi syarat sebagai peserta diklat instruktur Nasional atau narasumber program Guru Pembelajar, namun Pusat dalam hal ini Ditjen GTK memberikan kuota terbatas, maka dari itu seandainya yang memenuhi syarat misalna ada 100 guru, sedangkan kuota cuma 20 orang, ya 20 orang saja yang ditunjuk menjadi peserta insruktur Nasional. Sip sudah jelas ya Bapak Ibu Guru.

3 moda pelatihan guru pembelajar

Sebagaimana berita terdahulu bahwa Kemdikbud akan menyelenggarakan pelatihan pasca UKG yang disebut juga dengan Program Guru Pembelajar. Ada 3 macam model atau metode pelatihan dalam program guru pembelajar ini; 

  1. Tatap Muka (TM)
  2. Campuran atau kombinasi antara tatap muka dan online (blended)
  3. Full Daring atau online 

Baiklah akan kita bahas satu persatu masalah ini 

A. Model Tatap Muka

  1. Jumlah modul yang harus dipelajari sebanyak 8-10 modul. Artinya nilai rata-rata UKG yang belum memenuhi KCM sebanyak 8-10 modul. Silakan disimak dalam artikel mengenai Raport UKG 2015
  2. Semua guru yang bertugas di daerah 3T.
  3. Guru yang karena pertimbangan geografis dan/atau pertimbangan lain yang disepakati oleh otoritas terkait tidak memungkinkan untuk mengikuti Moda Diklat Daring.

3 Model Pelatihan Guru Pembelajar tatap muka
tatap muka pelatihan guru pembelajar

Cara pelaksanaan Model Tatap Muka Guru Pembelajar

tatap muka guru pembelajar
tatap muka pelatihan guru pembelajar
  1. Guru akan diberikan modul manual yakni modul A, B, C sembari Diklat selama 3 bulan
  2. Kemudian Modul C, E, G, I, dan J dipelajari secara mandiri menggunakan modul yang diperoleh dari Direktori Diklat (website kemdikbud)
Guru yang nilai UKG nya 2015 lalu dibawah standar akan diikutkan dengan metode ini.
Guru harus mempelajari 8-10 modul


B. Guru Pembelajar Moda Daring Kombinasi

DARING KOMBINASI bagi guru-guru yang hasil UKG-nya standar atau tidak jauh dari angka 55




moda diklat guru pembelajar
moda daring kombinasi guru pembelajar

Ketentuan :
1. Memiliki 6-7 modul yang harus dipelajari
2. Guru maksimal mengambil/menyelesaikan 3 KK 
3. Guru wajib mengikuti kegiatan online selama 6 minggu dengan 10 jam/minggu
4. Guru mengikuti pertemuan dengan Mentor untuk bimbingan tatap muka 1 kali per minggu 
5. Setelah selesai Diklat Guru wajib menyelesaikan Ujian Kompetensi Guru
6. Target peningkatan nilai UKG tiap peserta adalah minimal ≥ 65.

contoh pelaksanaan
6 minggu online, 6 x pertemuan konsultasi @ 2 jam/minggu
Guru mengikuti diklat GP Blended untuk Modul A, B, E atas biaya Pusat 
Guru Pembelajar moda daring kombinasi guru bisa mengakses lamanhttp://gurupembelajar.kemdikbud.go.id/ atau http://konten.elearning.id/ untuk mendapatkan modul yang dibutuhkan


  C. Guru Pembelajar Moda Daring (Full)

Moda DARING PENUH bagi guru-guru yang hasil UKG-nya di atas standar UKG 2015
Ketentuan :
1. Memiliki 3-5 modul yang harus dipelajari.
2. Guru maksimal mengambil/menyelesaikan 3 KK 
3. Guru wajib mengikuti kegiatan online selama 6 minggu dengan 10 jam/minggu 
4. Difasilitasi oleh Guru Pengampu
5. Setelah selesai Diklat Guru wajib menyelesaikan Ujian Kompetensi Guru
6. UKG dapat dilakukan lebih dari 1 kali diluar keikutsertaannya dalam diklat.
7. Target peningkatan nilai UKG 2016 tiap peserta adalah minimal ≥ 65.

moda daring Pelatihan Guru Pembelajar full online
Pelatihan Guru Pembelajar

6 x pertemuan konsultasi @ 2 jam/mimggu
Guru harus mempelajari 4 modul
Guru Pembelajar moda daring ini guru bisa mengakses laman
http://lms.gurupembelajar.id/ atau http://konten.elearning.id/ untuk mendapatkan modul yang dibutuhkan

Nah demikian tadi 3 metode atau moda pelatihan guru pembelajar. yang intinya kepesertaan pelatihan guru pembelajar ini diambil dari hasil UKG tahun 2015 lalu. Silakan pelajari raport UKG 2015 dan modul serta kepesertaan moda diklat guru pembelajar.

Rabu, 22 Juni 2016

kegiatan pelatihan

Kegiatan pelatihan guru pembelajar yang dilaksanakan di hotel Global Sign Banjarmasin Kalimantan Selatan, kegiatan berlangsung selama 10 hari sejak tanggal 18 sampai dengan tanggal 27 Juni 2016.

guru berani mengajar harus juga berani belajar

Itulah sentilan yang saya baca di kanal pendidikan portal kompas.com. Sudah banyak yang tahu akan tugas guru? Iya, tugas utamanya adalah mengajar. Sering guru menganggap tugasnya hanyalah mengajar, dan melupakan belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Seolah-olah sudah berakhirlah tugasnya ketika sudah mengajar dan itu dilukukannya sebagai rutinitas yang berulang-ulang.

Bukan rahasia lagi kalau mutu dan profesionalitas guru masih menjadi tantangan utama pendidikan nasional. Sertifikasi dan peningkatan kesejahteraan guru belum meningkatkan mutu dan profesionalitas mereka. Ada banyak kendala menyebabkan peningkatan mutu dan profesionalitas ini tidak juga berhasil dicapai. Salah satunya adalah rendahnya motivasi belajar para guru.

Sudah seharusnya jika guru berani mengajar juga harus berani belajar. Bukankah ilmu pengetahuan itu terus berkembang, mungkin yang dipelajari 5 tahun yang lalu sudah berbeda dengan sekarang. Apabila itu diajarkan tentunya sudah tidak relevan lagi. Selain mengajar, guru juga harus senantiasa belajar untuk meningkatkan kompetensinya. Sehingga mutu dan profesionalitasnya terus meningkat.

Seperti juga di tulis di blog ini, Salah satu
href="http://www.sekolahdasar.net/2011/11/peran-guru-dalam-mencerdaskan-bangsa.html" target="_blank"> peran guru adalah sebagai pelajar. Tidak hanya mengajar tetapi juga belajar. Cara belajar guru tentunya beragam, tapi secara umum sama dengan layak pelajar, yaitu dengan membaca. Kegiatan tersebut bisa dilakukan tidak hanya bersumber dari buku saja tetapi juga bisa dari internet yang sifatnya lebih dinamis.

Setelah membaca selanjutnya diharapkan untuk guru mampu juga menulis. Peradaban bangsa ditandai dengan banyaknya karya tulis. Guru bisa membuat karya tulis dalam berbagai media. Menulis adalah salah satu kegiatan untuk mengasah kemampuan bernalar. Sehingga dalam mengajar guru menjadi bisa untuk menghadirkan kegiatan belajar mengajar yang tak hanya menitikberatkan pada hafalan saja, tetapi juga guru bersama anak di kelas bisa menggunakan nalarnya untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif.

Kegiatan belajar guru bisa juga dengan mengikuti pelatihan-pelatihan, seminar, dan sebagainya. Jika gurunya selalu lebih pintar tentunya anak didiknya juga akan mengikuti. Perlombaan atau persaingan tidak hanya antara anak saja tetapi juga antara anak dan guru. Oleh sebab itu, guru selain harus mengajar juga harus belajar.

Tahapan setelah verifikasi calon peserta sergur

Calon peserta sertifikasi guru tahun 2016 telah diumumkan secara online oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Semua guru yang memenuhi syarat mempunyai kesempatan untuk mengikuti sertifikasi melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) tahun 2016.

Tahap verifikasi calon peserta sertifikasi guru (sergur) tahun 2016 sudah berakahir. Tahapan selanjutnya adalah sebagai berikut :

1. Verifikasi berkas di LPMP untuk persetujuan dokumen A1.
2. Penentuan kuota peserta sertifikasi guru 2016.
3. Cetak dokumen A1.
4. Penentuan tempat pelaksanaan PLPG.

PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan yang telah ditetapkan Pemerintah dan didukung oleh Perguruan Tinggi yang memiliki program studi relevan dengan bidang studi/mata pelajaran guru peserta PLPG. Sertifikasi guru pola PLPG diselenggarakan selama kurang lebih 10 hari.

Kriteria penetapan peserta PLPG tahun 2016 diurutkan dengan prioritas nilai Uji Kompetensi Guru (UKG). Skor minimal UKG yang ditetapkan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG) tahun 2016 adalah minimal 55. PLPG diikuti oleh guru yang diangkat sampai 31 Desember 2015.

Seleksi penerimaan guru lebih ketat

Seleksi penerimaan atau pengangkatan guru harus lebih ketat dibandingkan seleksi Pegawai Negeri Sipil (PNS) lainnya. Alasannya, guru memikul tugas yang berat yakni mencerdaskan bangsa. Hal ini dikatakan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla saat seminar yang diselenggarakan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di Jakarta.

"Guru itu tugasnya mencerdaskan bangsa, maka guru harus lebih cerdas dari siswa. Oleh karena itu, ujian guru harus lebih ketat dibandingkan lainnya," kata Jusuf Kalla yang
SekolahDasar.Net kutip dari Republika (23/06/2016).

Wapres mengatakan karena beratnya tugas, maka guru honorer tidak bisa langsung diangkat menjadi guru PNS. Namun, mereka harus melalui pola seleksi yang ketat. Guru harus terus belajar dan tidak puas dengan ilmu yang sudah ada pada dirinya.

"Demi mutu pendidikan, kita tidak bisa langsung angkat guru honorer sebagai PNS. Kalau langsung diangkat, nanti Pemda merekrut banyak guru honorer dan kemudian mengangkatnya jadi PNS tanpa memperhatikan mutu," kata Jusuf Kalla.

Menurut Wapres permasalahan dihadapi saat ini, bukan terletak pada jumlah guru tapi sistem penyaluran yang tidak merata. Guru menumpuk di perkotaan, namun di desa mengalami kekurangan. Ke depan, Ia mengatakan distribusi guru itu bisa lintas provinsi. Sehingga pemerintah bisa lebih mudah menyelesaikan permasalahan guru.

Sementar itu, Sekjen Kemdikbud, Didik Suhardi, mengatakan salah satu jalan keluar dari permasalahan guru yang tidak merata adalah melalui program Guru Garis Depan (GGD). Program ini mengirimkan guru-guru terbaik untuk ditempatkan di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar.

Jangan beri anak banyak PR

Pekerjaan rumah (PR) yang berlebihan membuat anak-anak tidak dapat menikmati masa kanak-kanak. Hal ditulis oleh Nancy Kalish dan Sara Bennet dalam bukunya “The Case Against Homework: How Homework is Hurting Our Children and What We Can Do About It”.

Seperti yang SekolahDasar.Net kutip dari CNN Indonesia (10/01/16), dengan terlalu banyak PR membuat anak merasa terbebani sehingga PR menjadi sesuatu yang bukannya membangun anak-anak namun malah membuat pengalaman yang buruk untuk anak-anak.

PR yang berlebihan juga dapat berdampak pada kehidupan keluarga. Karena PR, anak menjadi tidak sempat untuk meluangkan waktu bersama keluarga seperti makan malam bersama atau berpergian bersama keluarga.

Interaksi antara anak dan orangtua tidak akan jauh dari pembicaraan atau bahkan perdebatan mengenai tugas dari sekolah. PR yang terlalu banyak juga
dapat membuat anak membenci sekolah, karena mereka harus banyak menghabiskan waktu untuk mengerjakan PR.

Sebuah studi terbaru yang SekolahDasar.Net lansir dari Kompas (10/01/16) juga mengemukakan bahwa anak-anak sekolah dasar dewasa ini memiliki terlalu banyak PR yang harus mereka kerjakan.

Menurut para peneliti, kondisi ini merupakan sebuah kondisi yang buruk. Sebab, usia kanak-kanak merupakan periode usia dimana anak mengembangkan kemampuan sosialisasi dan motoriknya. Kedua kemampuan tersebut akan terbatas kalau waktu terlalu banyak dihabiskan untuk mengerjakan PR.

"Harga yang harus dibayar terlalu mahal. Data menunjukkan bahwa mengerjakan PR bagi anak dalam usia tersebut tidak hanya tidak memberikan manfaat sama sekali bagi prestasi akademik anak. Namun, ada bukti bahwa hal ini akan mengganggu sikap mereka terhadap sekolah, nilai, kepercayaan diri, kemampuan sosial, dan kualitas hidup," kata Stephanie Donaldson-Pressman, direktur klinis New England Center for Pediatric Psychology, Amerika Serikat.

Berdasarkan pedoman National Education Association dan Natiomal Parent-Teacher Association, ada sebuah aturan yang dinamakan "Aturan 10 Menit". Maksudnya adalah 10 menit waktu untuk mengerjakan PR per tingkat kelas setiap malam. Artinya, siswa kelas 1 memiliki waktu 10 menit setiap malam untuk mengerjakan PR, 20 menit untuk kelas 2, dan seterusnya hingga 120 menit untuk siswa kelas 12.

Anak-anak akan lebih mudah untuk mengerti sebuah konsep apabila ia diberikan waktu untuk menyelesaikan 5 masalah dibandingkan dengan diburu oleh waktu untuk mengerjakan 50 soal.

Orang tua, khususnya guru harus menyadari memberikan terlalu banyak PR tidak baik untuk anak-anak. Kepala Sekolah pun juga sebaiknya mengerti perspektif serta opini ini, sehingga membuat peraturan ataupun kebijakan tertentu yang tidak membebani anak.

Mendidik jiwa wirausaha pada anak

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membiasakan anak-anak pandai dalam beriwirausaha. Karena hampir 50% waktu anak berada di sekolah, terutama sekolah yang menerapkan fullday school, kegiatan yang bisa menggali potensi anak dalam berwirausaha bisa dilakukan. Karena ada banyak waktu bagi siswa untuk melakukan kegiatan berwirausaha tersebut.

Di balik kesuksesan para pengusaha saat ini, tidak terlepas dari peran orang tua, dan sekolah yang sejak dini sudah mulai memberikan semangat berwirausaha. Hal ini sudah dilakukan oleh SDIT Al Ittihad melalui program kegiatan rutinnya “Bussiness Day”. Contohnya seperti yang sudah dilakukan oleh siswa-siswa kelas 4C SDIT Al Ittihad. Hari Jumat sebagai hari terakhir siswa sekolah, sehubungan dengan liburnya siswa kelas 1 s/d 5 pada minggu depannya karena adanya ujian sekolah, maka mereka sepakat mengadakan proyek untuk berwirausaha di sekolah.

Dengan memanfaatkan uang kas kelas yang ada, mereka mengelola uang tersebut untuk dijadikan usaha minuman sehat berupa sup
buah. Beberapa siswa ditunjuk menjadi petugas intinya, seperti menyediakan bahan, alat dan memilih salah seorang temannya menjadi kasir. Akhirnya proyek kelaspun digulirkan di halaman sekolah, pada hari Jumat tanggal 17 April 2015 silam. Transaksi jual beli sudah dimulai pada pukul 09.00 wib hingga pukul 10.30 wib, dengan izin guru kelasnya. Karena kegiatan ini juga berkenaan dengan pembelajaran di kelas, yaitu tema Makanan sehat & bergizi, guru kelas turut serta mengkoordinir dan memantau siswa di lapangan.

Alhamdulillah, pembelajaran wirausaha siswa berjalan dengan sukses dan lancar. Walaupun keuntungan dari usaha ini tidak terlalu besar, namun anak-anak kelihatan sangat antusias dan gembira, karena dagangan mereka habis, terjual. Banyak manfaat yang bisa kita ambil dalam memupuk dan mendidik jiwa wirausaha siswa sejak dini, diantaranya adalah melatih ketrampilan emosional siswa, seperti kata peneliti psikiatri anak dari New York University Langone's Child Study Center, Andrea Vazzana, (Viva.com) "Ini semua tentang membentuk perilaku anak. Keterampilan emosional sangat penting dan membantu anak menjadi lebih baik,".


Selain dari pada itu, kegiatan yang melibatkan siswa secara langsung dalam berwirausaha juga dapat melatih siswa untuk terbiasa memecahkan masalah secara efektif, membantu siswa belajar dari kegagalan, yang menjadi pengalaman berharga bagi diri mereka selanjutnya. Serta melatih siswa berani dan percaya diri dalam mengambil keputusan, dan menumbuhkan keahlian dalam menghadapi tantangan maupun resiko. Yang tidak kalah pentingnya yaitu mengajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik. Semoga dengan banyaknya kegiatan-kegiatan yang bermanfaat seperti ini, bisa menggali potensi dan ide-ide kreatif anak.

*) Ditulis oleh Delta Nia, S.Pd, M.Pd. Guru SDIT Al Ittihad Rumbai

cara sekolah jepang mendidik anak menjadi mandiri

Kemandirian perlu diajarkan sedini mungkin pada anak. Perilaku anak dapat dibentuk dari pengaruh lingkungan sekolah. Bila anak mandiri, hal ini tentunya akan membuat anak merasa lebih percaya diri dan pandai dalam melakukan banyak hal.

Sebagai negara maju, Jepang mampu mendidik anak-anak yang memiliki karakter kuat, khususnya dalam hal kemandirian. Berikut beberapa cara sekolah Jepang mendidik anak-anak dengan cara sederhana agar menjadi anak mandiri yang SekolahDasar.Net lansir dari Kaskus (25/02).

Di sekolah Jepang, makan siang disiapkan di dapur oleh para koki yang dipekerjakan. Mereka menggunakan bahan-bahan makanan segar, bukan makanan beku. Tapi para anak yang mengantarkan kereta makanan tersebut ke kelas-kelas mereka sendiri dan menyajikannya kepada teman-teman sekelasnya.

Setelah makan siang, para anak pun membersihkan piring-piring mereka sendiri, lalu melanjutkan tugas bersih-bersih dengan membersihkan debu, nyapu, mengepel lantai kelas mereka, lorong kelas, dan juga seluruh daerah lain di sekolah.

Guru SD Kyoko Takishima menjelaskan bahwa anak-anak melakukan ini untuk membangun kepercayaan diri dan untuk mempersiapkan diri mereka menuju kedewasaan. Beberapa penulis di The Japan Times, menjelaskan bahwa hal ini juga membantu anak-anak untuk lebih menghargai lingkungan sekitar mereka.

Sekolah-sekolah di Jepang memiliki kebiasaan yang sangat menarik. Sekelompok siswa kelas 6 dikirim ruangan kelas 1 untuk membantu adik-adik kelas mereka membersihkan ruangan kelas. Banyak sekolah yang menyajikan interaksi antara kelas atas dan kelas yang lebih rendah.

Para guru percaya siswa yang lebih tua perlu membantu anak-anak yang lebih muda. Dan anak-anak kecil tersebut butuh role model yang lebih tua. Menurut anak-anak, mereka harus melakukan itu, karena itu ruangannya. Mereka merasa senang karena mendapatkan pujin dan ucapan "terimakasih".

cara memotivasi semangat belajar anak SD

Anak yang semangat dan giat belajar dan memiliki nilai akademis baik di sekolah adalah harapan dari setiap orangtua. Untuk itu, berbagai usaha dilakukan para orangtua. Ada yang mengikutkan anak untuk kursus tambahan, dan tidak sedikit orangtua yang berperan langsung menjadi pembimbing belajar.

Untuk memotivasi anak sekolah dasar (SD)
belajar, maka orangtua harus terlibat langsung. Caranya, orangtua harus peduli dan tertarik dengan pelajaran anak. Lalu, biasakan berkomunikasi dengan anak, seperti meminta mereka untuk menceritakan apa yang dipelajari di kelas.

Selain itu, seorang psikolog bernama Roslina Verauli yang SekolahDasar.Net kutip dari Kompas (15/11/15) mengatakan, orangtua juga harus menjadi teladan untuk anak-anak. Tak bisa dimungkiri bahwa hal pertama yang dicontoh anak adalah apa yang mereka lihat pada orangtua mereka.

"Coba baca buku, koran, atau buku pelajaran di depan anak agar mereka dapat mencontoh kebiasaan baik yang serupa," kata Roslina.

Roslina mengingatkan, orangtua jangan malas menemani anak belajar. Dengan menemani anak belajar dapat membuat hati si kecil gembira karena diperhatikan, sehingga lebih bersemangat belajar.

7 pelajaran hidup ini penting diberikan pada anak

Setiap orang tua memiliki pengalaman pribadi yang dapat dijadikan pelajaran hidup. Orang tua harus mengajarkan pelajaran hidup kepada anak. Pelajaran hidup yang kelak akan sangat bermanfaat itu harus mulai diberikan sejak dini.


Inilah beberapa pelajaran hidup yang penting diajarkan kepada anak, yang SekolahDasar.Net lansir dari laman Republika (08/03/2015).

1. Kejujuran
Sering kita dengar "Kejujuran adalah kebijakan terbaik". Orang tua harus mengajarkan kejujuran supaya masa depan anak bisa baik. Jika sejak dini anak ditanamkan sifat jujur sampai dewasa mereka akan menjaga kejujurannya, sebagai modal utama menjalani kehidupan.

2. Kegagalan adalah bagian dari hidup
Anak-anak harus diajarkan bahwa mereka pasti suatu saat akan merasakan kegagalan. Buatlah anak bisa menerima kegagalan yang merupakan bagian dari kehidupan. Kegagalan
adalah kunci keberhasilan, jadikan kegagalan sebagai motivasi anak untuk bekerja lebih keras dan supaya mental lebih kuat.

3. Menghormati orang lebih tua
Anak-anak harus diajarkan untuk menghormati orang lebih tua, ini akan membuat mereka berperilaku baik. Perilaku anak akan mencerminkan apa yang telah orang tua ajarkan kepada mereka. Menghormati orang yang lebih tua merupakan salah satu pelajaran paling penting dalam hidup.

4. Sopan di tempat umum
Anak harus diajarkan bahwa manusia tak bisa hidup sendiri, untuk itu mereka berperilaku baik di depan umum dan menahan diri perbuatan yang menganggu orang lain. Jika anak terbiasa berperilaku baik di tempat umum ini membuktikan bahwa mereka telah dilatih dengan baik dari orang tua.

5. Kerja keras
Jika sejak kecil sudah biasa malas saat dewasa pun mereka tetap akan menjadi pemalas. Jangan terlalu memanjakan anak, buat mereka lebih bertanggung jawab pada hal-hal yang mereka lakukan dalam hidup. Memaanjakan anak dengan berlebihan hanya akan membuat mereka malas.

6. Empati
Mengajarkan anak untuk juga memikiran orang lain itu penting, tidak hanya berpikir tentang diri sendiri. Ikut merasakan kesusahan yang derita orang lain dan ikut memberikan solusi. Pelajaran empati ini akan membuat anaknya nantinya menjadi orang yang dermawan sampai mereka dewasa.

7. Berbagi adalah peduli
Anak-anak harus diajarkan untuk peduli, misalnya dengan selalu menawarkan makanan, mainan dan lain-lain kepada siapapun yang ada di sekitar mereka. Hal ini akan membuat anak menjadi individu sosial yang aktif. Saat berbaur dengan orang lain, apa yang dimilikinya akan dibagikan.

Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak disekolah

Tugas utama seorang pendidik atau guru SD adalah menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang kondusif. Artinya menyiapkan dan mengorganisasikan berbagai faktor seperti kesiapan belajar anak, materi, metode, sarana, media, dan sebagainya sehingga memungkinkan anak belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya oleh guru.

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan sukses, seorang guru harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak di sekolah. Pemahaman seorang guru tentang hal ini sangatlah penting mengingat misi utama sebagai guru khususnya guru SD adalah menciptakan suasana dan proses belajar yang kondusif.

Menurut pendapat para pakar tentang faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa di sekolah sangatlah bervariasi antara pakar yang satu dengan yang lain. Mereka mengemukakan rumusan yang berbeda-beda tergantung pada penekanannya masing-masing. Dengan menggunakan pendekatan sistem, Aby Syamsudin Makmun (1995) mengemukakan 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, yaitu;

1. Faktor Input (masukan)
Faktor ini meliputi (a) raw input atau masukan dasar yang mengembangkan kondisi individual anak dengan segala karakteristik fisik dan psikis yang dimilikinya (b) instrumental input atau masukan instrumental yang mencakup guru, kurikulum, materi dan metode, sarana san fasilitas, (c) enviromental input atau masukan lingkungan yang mencakup lingkungan fisik, geografis, sosial, dan lingkungan budaya.

2. Faktor Proses
Faktor proses ini menggambarkan bagaimana ketiga jenis input yang disebutkan diatas saling berinteraksi satu sama lain terhadap aktivitas belajar anak.

3. Faktor Output
Adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan terjadi pada anak setelah anak melakukan aktivitas belajar.

Sebagai seorang pendidik pastinya memahami bahwa pembelajaran dipandang sebagai suatu proses membantu anak untuk menemukan dan mengubah perilaku dan pribadi dimana anak mengembangkan gagasan, sikap, pengetahuan, apresiasi dan keterampilan sesuai dengan standar kompetensi dan kurikulum SD yang telah ditetapkan. Rochman Natawidjaja (1984) mengemukakan 5 (lima) unsur yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa di sekolah yaitu;

1. Unsur tujuan
2. Pribadi siswa
3. Bahan pelajaran
4. Perlakuan guru, dan
5. Fasilitas.

Kegiatan belajar siswa merupakan perpaduan dari kelima unsur tersebut. Keberhasilan belajar mungkin akan kurang jika salah satu unsur itu tidak memadai.

Hubungan antara kegiatan belajar siswa dengan unsur-unsur yang mempengaruhinya dapat saya uraikan sbagai berikut;
A. Faktor Anak
Anak disini harus diposisikan sebagai titik sentral dari sejumlah proses pembelajaran di sekolah. Anak bukan bejana kosong tetapi juga bukan miniatur orang dewasa. Anak adalah individu atau kesatuan jiwa yang utuh yang tengah tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek perkembangannya. Anak usia SD tentunya mempunyai kebutuhan dan karakteristik perkembangan yang berbeda dengan siswa SMP dan SMA.

B. Faktor Guru
Guru adalah faktor kunci dalam kegiatan belajar anak di sekolah. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah. Guru merupakan manajer pembelajaran yang menetapkan tujuan tujuan pembelajaran, membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran secara efektif, menguasai materi dan metode pembelajaran, mengevaluasi proses dan hasil belajar, memotivasi dan membantu tiap anak untuk mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan dan kesempatan yang dimiliki anak. Untuk dapat menjalankan fungsi dan perannya guru harus memiliki kompetensi yang dipersyaratkan meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, sosial dan kompetensi personal secara terintegrasi.

C. Faktor Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang harus dicapai setelah anak melakukan aktivitas belajar. Tujuan ini haruslah dirumuskan sebelum pembelajaran dilaksanakan, jadi tujuan ini harus ditetapkan pada tahap perencanaan pembelajaran. Tujuan juga harus dirumuskan secara jelas dan terukur agar seorang guru dapat memotivasi anak untuk mencapai tujuan tersebut serta dapat diukur dan menilai tingkat keberhasilan belajar anak.

D. Faktor Bahan Pembelajaran
Bahan pembelajaran adalah sesuatu yang harus disusun dan disiapkan sedemikian rupa oleh guru agar mudah diakses dan dipelajari oleh semua anak. Cakupan materi dan tingkat kesukarannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik perkembangan individu anak. Selain itu materi pelajaran juga harus dikemas dengan baik dengan menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang akan menantang anak untuk belajar dengan serius tetapi tetap menyenangkan.

E. Faktor Ekonomis dan Administratif
Faktor ini meliputi aspek sarana ruang kelas, fasilitas, dan peralatan yang diperlukan dalam pembelajaran di sekolah termasuk berbagai sumber belajar. Semuanya harus mudah diakses dan digunakan oleh anak SD agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Akhirnya, perlu dipahami sebagai seorang guru, faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa di sekolah tersebut tidak dapat dilihat satu persatu karena didalam prakteknya semua unsur tersebut akan terintegrasi dalam interaksi pembelajaran yang diupayakan guru.

*) Ditulis oleh Imron Ashari, guru honorer di Sekolah Dasar negeri di wilayah Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas