Sabtu, 29 November 2014

ANTARA “MENGAJAR” DAN “MENDIDIK”

Berbicara tentang pengertian “MENGAJAR” kalau dilihat esesinya dalam proses belajar “MENGAJAR”, sudah menyangkut kegiatan “MENDIDIK”, dalam artian untuk mengantarkan anak kepada tingkat kedewasaanya, baik secara fisik maupun mental. Tetapi dalam uraian berikut ini mencoba membedakan, dengan suatu maksud memberikan suatu penanaman terhadap kenyataan yang kini sedang berkembang. Kenyataan yang dimaksud adalah keadaan proses dan hasil pengajaran di sekolah-sekolah. Sehingga pembedaan ini tidak bersifat esensial dan konseptual. Oleh karena itu maka kata “MENGAJAR” dan “MENDIDIK” akan ditempatkan di antara tanda petik (“……….”)

Memang kalau dilihat dari segi asal katanya, keduanya memiliki arti yang sedikit berbeda. ““MENGAJAR”” adalah member pelajaran, semisal pelajaran matematika, member pelajaran bahasa, member pelajaran geografi, agar siswa yang diajar itu mengetahui dan paham tentang bahan yang diajarkan tadi. Sedang ““MENDIDIK” “ adalah memelihara dan member latihan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Menurut umum, memang ““MENGAJAR”” diartikan sebagai usaha guru untuk menyampaikan dan menanamkan pengetahuan kepada siswa/anak didik. Jadi ““MENGAJAR”” lebih cenderung kepadatransfer of knowledge.

Kenyataan ““MENGAJAR”” yang lebih menekankan transfer of knowledge, inilah justru banyak berkembang di sekolah-sekolah. Kebanyakan guru dan juga orang tua wali sudah merasa puas kalau para anak didik mendapatkan nilai baik pada hasil ulanganya. Jadi penting dalam hal ini siswa dituntut mengetahui pengetahuan yang telah diajarkan oleh gurunya. Yang penting adalah kecerdasan otaknya, bagaimana perilaku dan sikap mental anak didik jarang mendapatkan perhatian secara serius. Cara evaluasi yang dilakukan oleh oleh guru pun juga hanya melihat bagaimana hasil pekerjaan ujian, ulangan atau tugas yang diberikannya. Ini semua mendukung suatu pengertian bahwa ““MENGAJAR”” hanya terbatas pada soal kognitif dan paling-paling ditambah keterampilan dan masih jarang yang sampai pada unsur afeksi.

Dalam hubungan ini perlu dikemukakan suatu kasus yang cukup menarik. Pada suatu hari ada seorang guru dan siswa dari suatu SMA, sama-sama naik Colt kampus. Di dalam Colt itu pun keduanya tidak pernah tegur sapa. Kemudian setelah sampai di depan gedung sekolahnya, guru itupun turun duluan dan siswanya dari belakang mengacungkan kepalan tanganya. Ilustri ini menunjukkan bahwa seorang guru tadi hanya diakui eksistensisnya sebagai guru kalau berada hanya di depan kelas saja, tetapi kalau di luar kelas sudah bukan apa-apa lagi, bahkan mungkin dianggap musuh karena guru itu dipandang sebagai guru yang kejam. Kejadian-kejadian lain banyak, misalnya para siswa mengeroyok gurunya, hanya karena nilai rapornya jelek atau akrena tidak naik kelas. Padahal semua ini hanya sekedar symbol atau tahapan tertentu, bukan tujuan.

Kasus dan kejadian seperti dicontohkan di atas, sebagai petunjuk atau akbiat dari ““MENGAJAR”” yang hanya transfer of knowledge, dan subjek belajar seolah-olah hanya membutuhkan pengetahuan saja. Padahal tujuan belajar secara esensial, disamping untuk mendapatkan pengetahuan, juga keterampilan dan untuk pembinaan sikap mental. Dengan demikian tidak cukup kalau hanya dilakukan proses pengajaran yang transfer of knowledge. Itulah maka ““MENGAJAR”” harus sekaligus ““MENDIDIK””.

““MENDIDIK”” dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu ““MENDIDIK”” dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Dibandingkan dengan pengertian ““MENGAJAR””, maka pengertiak ““MENDIDIK”” lebih mendasar. ““MENDIDIK”” tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. ““MENDIDIK”” diartikan secara utuh, baik matra kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berpribadi.

Berkait dengan soal pembentukan kepribadian anak didik, maka ““MENDIDIK”” juga harus merupakan usaha untuk memberikan motivasi kepada anak didik agar terjadi proses internalisasi nilai-nilai pada dirinya, sehingga akan lahir suatu sikap yang baik.

Sehubungan dengan uraian dan kenyataan di atas, maka ““MENGAJAR”” dalam kegiatan belajar-”MENGAJAR” harus diterjemahkan secara konseptual, disinkronisasikan dengan pengertian ““MENDIDIK””. Oleh karena itu Raka Joni, memberikan batasan “MENGAJAR” adalah menyediakan kondisi optimal yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar anak didik untuk memperoleh penegtahuan, keterampilan dan nilai atau sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun pertumbuhan sebagai pribadi.

(Sardiman, 2005:51)

Sumber : Sardiman. 2005. Interaksi dan motivasi belajar “MENGAJAR”. Jakarta. Raja Grafindo


Kamis, 27 November 2014

Tips Membuat Kelas Aktif dan Dinamis

Tips untuk membuat kelas yang aktif dan dinamis dengan aroma berfikir dan belajar yang kental adalah sebagai berikut:
  1. Untuk memulai pelajaran jelaskan pada siswa apa yang akan dipelajari pada saat itu dan apa manfaatnya bagi siswa kalau memahami dan mengerti tema/ hal yang akan dipelajari. Dengan menyampaikan hal hal seperti ini, guru bukan saja telah mencoba manarik perhatian siswa agar fokus pada pelajaran, tapi sudah mulai mengajak siswa untuk menggunakan pikiran. Karena fungsi dan manfaat tema adalah hasil ulah pikir yang akan dicerna oleh siswa dengan pikiran juga.
  2. Mulailah pelajaran bukan dengan menerangkan tapi mulailah dengan pertanyaan. Edarkan pertanyaan ke seluruh kelas, harapakan semua siswa berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan tersebut, maka semua siswa sudah tergerak untuk berfikir mandiri.
  3. Kumpulkan semua jawaban yang diberikan siswa dan diskusikan dengan seluruh siswa kebenaran dari semua jawaban yang diberikan. Mintalah alasan kenapa satu jawaban bisa diterima dan yang lain tidak. Maka akan terjadi sharingpengetahuan antar siswa, siswa saling memberi informasi dan semua siswa terlibat dalam belajar.
  4. Kalau ada siswa yang bertanya pada anda, janganlah anda jawab sendiri, lemparkan ke kelas biar dijawab oleh siswa yang lain. Maka siswa anda tidak akan sempat ngantuk karena semua siswa terdorong untuk selalu berfikir.
  5. Jaga terus atmosphir berfikir dalam kelas dengan melempar lempar pertanyaan dan jadikan suasana belajar mengajar anda lebih mirip percakapan antar siswa dengan siswa dan dengan guru, bukan pengajaran yang kaku dengan guru bercerita murid mendengarkan.
  6. Beri waktu siswa untuk bertanya tentang seuatu yang belum jelas, atau beri mereka waktu untuk mengungkapkan ide atau pandangan mereka yang belum terungkap.
  7. Akhiri pelajaran dengan meminta mereka membuat resume atas apa yang mereka pahami dan mereka bicarakan selama pelajaran dalam bentuk tertulis.

Rabu, 26 November 2014

Kriteria pemilihan media

Kesesuaian dengan Tujuan (instructionagoals)Perlu di kaji tujuan pembelajaran  apa  yang  ingin dicapai  dalam  suatu kegiatan pembelajaran. Dari kajian  Tujuan Instruksional  Umum  (TIU)  atau Tujuan  Instruksional Khusus (TIK) ini bisa  dianalisis media apa yang cocok guna  mencapai  tujuan tersebut.

Kesesuaian dengan materi pembelajaran  (instructional  content),  yaitu  bahan atau  kajian  apa  yang akan  diajarkan  pada  program pembelajaran  tersebut.  Pertimbangan  lainnya,  dari bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauhmana  kedalaman  yang  harus  dicapai,  dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai untuk penyampaian bahan tersebut.

Kesesuaian  dengan  Karakteristik Pebelajar  atau  siswa. Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik siswa/guru.      Yaitu mengkaji sifat-sifat dan cirri media    yang  akan digunakan. Hal lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun  kualitatif (kualitas, ciri, dan kebiasaan lain) dari siswa  terhadap media yang akan  digunakan.  Terdapat  media yang  cocok  untuk sekelompok  siswa,  namun  tidak  cocok  untuk  siswa yang lain.

Kesesuaian dengan teori.Pemilihan  media  harus  didasarkan  atas  kesesuaian dengan teori. Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu media yang dianggap paling disukai dan paing bagus, namun didasarkan atas teori yang di angkat dari penelitian dan riset sehingga telah teruji validitasnya.

Kesesuaian  dengan gaya belajar siswa.  Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa belajar dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa.

Kesesuaian dengan kondisi lingkungan, fasilitas  pendukung,  dan  waktu  yang tersedia. Bagaimana bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung oleh fasilitas dan waktu yang tersedia, maka kurang efektif. Misalnya guru IPA merencanakan untuk mengadakan pembelajaran dengan memanfaatkan TV Edu, tentu saja guru tersebut harus mengalokasikan waktu yang tepat sesuai  dengan jam tayang dalam TV edu tersebut.

Sejumlah kriteria  khusus  lainnya  dalam  memilih  media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION yaitu :
ACCSES, kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam pemilihan media.
COST, biaya juga harus dipertimbangkan .
TECHNOLOGY, apakah ada listrik atau voltage listrik.
INTERACTIVITY, media yang baik adalah yang mampu menghasilkan hubungan timbal balik.
ORGANIZATION
NOVELTY, kebaruan dari media yang dipilih juga harus menjadi pertimbangan.


Cara Memilih Media Pembelajaran yang Tepat

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran.
Menurut Gagne :” berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang mereka untuk belajar.” Sedangkan menurut Heinich dan Russel : “Sebuah saluran untuk komunikasi yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara” yang digunakan untuk menyalurkan informasi antara guru dan peserta didik.”
Adapun pembagian media pembelajaran dibagi menjadi :
Menurut jenisnya, meliputi : audio, visual, dan audiovisual.
Menurut daya liputnya, meliputi : luas dan serentak, terbatas dalam ruang dan waktu, untuk individual.
Bahan dan pembuatannya, meliputi : media sederhana, media kompleks.
Faktor-faktor yang perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran yaitu :
  1. Objektivitas
  2. Program pengajaran
  3. Sasaran program (siswa)
  4. Situasi dan kondisi
  5. Kualitas teknik
  6. Keefektifan dan efisiensi penggunaan

Adapun kriteria pemilihan media pembelajaran yang benar adalah :
  1. Topik menarik bagi siswa
  2. Materi dalam media penting bagi siswa
  3. Relevan dengan kurikulum yang berlaku
  4. Materinya autentik dan faktual
  5. Fakta atau konsepnya benar
  6. Format sistematis dan logis
  7. Objektif berorientasi kepada kebutuhan siswa
  8. Narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya memenuhi syarat kualitas
  9. Bahasa, ilustrasi, simbol komunikatif
  10. Sudah teruji daya dukungnya

Mengapa pemilihan media pembelajaran perlu diperhatikan oleh guru ? Karena dengan pemilihan media pembelajaran yang tepat akan memberikan banyak manfaat yang diperoleh diantaranya :
  1. Mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh siswa
  2. Memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungannya
  3. Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis
  4. Membangkitkan motivasi dan keinginan serta minat bagi siswa untuk belajar

Kesimpulannya adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat bukan berarti harus media yang mahal dan modern akan tetapi yang lebih penting adalah efektifitas dan manfaat dari media tersebut selama proses pembelajaran berlangsung.


Selasa, 25 November 2014

Ciri-Ciri Sekolah Bermutu

Merujuk pada pemikiran Edward Sallis, Sudarwan Danim (2006) mengidentifikasi ciri-ciri sekolah bermutu, yaitu:
  1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
  2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
  3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya.
  4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
  5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya.
  6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
  7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
  8. Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
  9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horozontal.
  10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
  11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
  12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
  13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan

Sumber:

Sudarwan Danim. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: Bumi Aksara

PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK DAN MODEL PEMBELAJARAN

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

A.    Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Macam -macam pendekatan pembelajaran yaitu sebagai berikut :

1.    Pendekatan Konstektual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya.

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting,yaitu:

a.    Mengaitkan
Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

b.    Mengalami
Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.

c.    Menerapkan
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.

d.    Kerjasama
Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya,siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar,tetapi konsisten dengan dunia nyata.

e.    Mentransfer
Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

2.    Pendekatan Konstrutivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa secara pribadi.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti,serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme ,tetapi terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu (konstruktivisme individu) yang utama
 

a.    Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya

b.    Konstruktivisme social
Berbeda dengan Piaget,Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial,yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial,alat-alat budaya,dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.

Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
1.    Dengan adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2.    Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3.    Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
4.    Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari

3.    Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan,prinsip umum ke dalam keadaan khusus.

4.    Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus  menuju keadaan umum.
APB Statement No. 4 adalah contoh dari penelitian induksi,Statement ini adalah suatu usaha APB untuk membangun sebuah teori akuntansi. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) yang dijelaskan di dalam pernyataan (statement) dibangun berdasarkan observasi dari praktek yang ada.

5.    Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.

Ciri-ciri suatu konsep adalah:
a.    Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b.    Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c.    Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d.    Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalarnan
e.    Konsep yang benar membentuk pengertian
f.    Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu

Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
a.    Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
b.    b.Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
c.    Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
d.    Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:
1.    Tahap enaktik
Tahap enaktik dimulai dari:
a.    Pengenalan benda konkret.
b.    Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
c.    Pengamatan,penafsiran tentang benda baru

2.    Tahap simbolik
Tahap simbolik siperkenalkan dengan:
a.    Simbol,lambang,kode,seperti angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
b.    Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah   siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
c.    Memberi nama,dan istilah serta defenisi.
3.    Tahap ikonik
Tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti Menyebut nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu mengatakannya

6.    Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan  dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.

7.    Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science,Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan  gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. (Susilo,1999). Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment,yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,sehingga mampu  mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah  diambilnya
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.

B.    Strategi pembelajaran.
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
1.    Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
2.    Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
3.    Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4.    Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
1.    Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
2.    Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
3.    Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
4.    Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Macam-macam strategi pembelajaran meliputi: Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE), Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) , Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK), Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL), Srategi Pembelajaran Afektif, Strategi Pembelajaran Kreatif Produk, Strategi Pembelajaran Inkuiri ktif , Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek, Strategi Pembelajaran Kuantum, Strategi Pembelajaran Siklus, Srategi Pembelajaran Berbasis Komputer dan Berbasis Elektronik (E-Learning), Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB).

C.    Metode pembelajaran
 
metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:

1.    Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi pendengarnya.
Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2.    Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

3.    Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.    Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
b.    Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
c.    Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :
a.    Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b.    Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.
c.    Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.

4.    Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus, diantaranya yaitu:
a.    Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas
b.    Metode ceramah plus diskusi dan tugas
c.    Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5.    Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a.    Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.    Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.

Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a.    Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.    Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan
c.    Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

6.    Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang dipelajarinya.

7.    Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

8.    Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.

9.    Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan team pendidik tersebut.

10.    Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

11.    Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan pendapatnya.

12.    Project Method
Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.

13.    Taileren Method
Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya

14.    Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.

15.    Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

D.    Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

E.    Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Macam-macam model pembelajaran yaitu:
1.    Model Studen Teams – Achievement Divisions (STAD)
2.    Model examples – non examples
3.    Model lesson study
4.    Model pembelajaran ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction).

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran.  Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model Pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Unsur-Unsur Model Pembelajaran Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut: a. Sintak (syntax) b. Sistem sosial (the social system) c. Prinsip reaksi (principles of reaction) d. Sistem pendukung (support system). Macam Model Pembelajaran Menurut Karli dan Yuliariatiningsih (2002) adalah: (a) model pembelajaran kontekstual (CTL), (b) model pembelajaran berdasarkan masalah, (c) model pembelajaran konstruktivisme, (d) model dengan pendekatan lingkungan, (e) model pengajaran langsung, (f) model pembelajarn terpadu, dan (g) model pembelajaran interaktif. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran :
1.    Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu : Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.

2.    Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.

3.    Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.

4.    Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).

5.    Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut: Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban.

6.    Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.


Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Menurut Para Ahli

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Berikut ini merupakan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut para ahli.
Depdiknas (2003:5) “Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Bern dan Erickson (2001:5) “Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar”.
Johnson, et al. (1994); Hamid Hasan (1996) “Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok”.
Suprijono, Agus (2010:54) “Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”.
Slavin (Isjoni, 2011:15)  “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwacooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
Eggen and Kauchak (1996:279) “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama”.
Sunal dan Hans (2000) “Cooperative learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran”.
Stahl (1994) “Cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial”.
Kauchak dan Eggen dalam Azizah (1998) “Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan”.
Djajadisastra (1982) “Metode belajar kelompok merupakan suatu metode mengajar dimana murid-murid disusun dalam kelompok-kelompok waktu menerima pelajaran atau mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas”.


KONSEP DAN MAKNA PEMBELAJARAN

1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN

Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (James O.Whittaker Wasty Sumanto, 1987). Sedangkan pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebututuhan dan minatnya (Semarang IKIP, 1996:10). Dan atau pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memfasilitasi dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran, proses belajar juga bisa terjadi dilingkungan sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat (Wiranataputra, Udin.S, 2007 :1.18)
Pembelajaran menurut Pasal 1 butir 20 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Dalam konsep tersebut terkandung 5 konsep, yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar dan lingkungan belajar.
Pembelajaran dalam konteks formal, adalah Sekolah, pendidikan di sekolah yang terjadi di kelas dan lingkunagn sekolah. Namun sebagian kecil pembelajaran bisa trjadi pada lingkungan masyarakat seperti, Ko-kurikuler (kegiatan diluar kelas dalam rangka tugas suatu mata pelajaran), Ekstra-kurikuler (kegiatan di luar mata pelajaran, di luar kelas), dan Ekstramural (kegiatan yang dilakukan diluar kurikulum sekolah). Sedangakan pembelajaran dalam kontek nonformal banyak terjadi di lingkunagn masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan internet.  
    
2.  KOMPONEN DAN PRINSIP RENCANA PEMBELAJARAN

Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak sederhana, agar proses belajar siswa dapat mencapai tujuan maka diperlukannya prinsip dalam rencana pembelajaran. Menurut (Semarang IKIP,1996:12) Prinsip tersebut harus dimiliki oleh semua guru, agar proses pembelajaran dinyatakan berhasil. Prinsip-prinsip yang terkait dengan proses atau rencana pembelajaran, adalah :
a. Perhatian
Perhatian merupakan salah satu kunci kesuksesan pada siswanya, agar mereka dapat menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswanya.
b. Motivasi
Guru adalah contoh bagi siswanya, maka apa yang dilakukan guru dikelas baik perbuat  maupun tutur kata pasti akan ditiru oleh siswanya.
c. Keaktivan siswa
Menurut (Semarang IKIP, 1996:13) Belajar yang berhasil adalah bila siswa sendiri aktif mengikuti proses belajar itu, tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan. Siswa juga harus melakukan kegiatan mental , mulai dari menerima materi, sampai pada pemahaman.
d. Keterlibatan langsung siswa
Siswa harus terlibat langsung dalam proses pembelajaran karena ini menyangkut keaktivan siswa dikelas.
e. Pengulangan belajar
Guru ketika selesai mengajar  harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kirannya siswa belum terlalu jelas atas yang telah dijelaskan oleh guru.
f. Materi Pelajaran yang merangsang dan menantang
Guru harus memiliki kreatifitas dalam mengajar misalnya melalui permainan (role playing).
g. Balikan dan Penguatan Terhadap Siswa
Balikan bias disebut sebagai evaluasi kepada siswa dimana balikan ini berfungsi untuk mengetahui letak kelemahan dan kekuatan siswa tersebut,dan atau member motivasi belajar agar siswa memperoleh hasil dari sebelumnya.
Menurut (Semarang IKIP, 1996:14) Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang sering kurang mendapat perhatian guru.
h. Aspek-aspek psikolog
Aspek psikolog yaitu meliputi kejiwaan siswa, keadaan yang ada pada siswa. Seperti kepribadian siswa yang biasanya berbeda dengan siswa satu dengan lainnya.

3. TUJUAN PEMBELAJARAN

Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan yaitu membuat peserta didik menjadi tahu. Dengan demikian dalam setting pembelajaran, tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan siswa. Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang  di sebut juga dengan tujuan instruksional,merupakan tujuan yang paling khusus .
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler,dan dapat di definisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.(Sanjaya Wina, 2006: 61-66).  Tujuan belajar mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan siswasetelah mengikuti sesuatu pembelajaran tertentu. Materi pembelajaran adalah sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan, yaitu mengembangkan kemampuan, mengembangkan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

4. KEMAMPUAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Proses Pembelajaran merupakan suatu system meningkatkan pembelajaran agar terlaksana pembelajaran dengan baik yang memperhatikan komponen-komponen yang dapat meningkatkan kualitas belajar itu sendiri. Untuk terlaksana pembelajaran dengan baik tentunya sekolah memerlukan guru yang profesional.
Menurut (Sanjaya Wina, 2006 : 16-17) Guru yang frofesional mempunyai karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas utama guru, antara lain :
Mengajar bukan hanya menyampaikan materi saja akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat komplek.
Mengembangkan minat dan bakat siswanya.
Agar guru sukses melakukan tugasnya diperlukan keahlian yang memadai. Menyampaikan materi bukan satu-satunya yang harus dilakukan, tetapi dibutuhkan ketepatan dalam pemahaman materi sebelum menerangkan kepada siswanya.
Tugas guru adalah menyiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif  dimasyarakat.
Kompetensi atau Kemampuan Guru
Charles E. Johnson menyatakan :“Competency as rational perfomence which satisfactirily meets the objective for a desired condition”, artinya kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan yang ditunjukan dengan penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan. (Sanjaya Wina, 2006 : 17-18). Jadi, kompetensi itu dimiliki oleh seseorang yang menjadi guru.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, antara lain :
a. Kompetensi Pribadi
Guru merupakan sosok yang selalu benar dimata siswanya, sehingga guru dijadikan teladan bagisiswanya (di-gugu dan di-tiru).
Menurut (Sanjaya Wina, 2006 : 18) kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), antara lain :
Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antara umat beragaman.
Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan santun dan tatakrama.
Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaharuandankritik.
b.Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan, kompetensi ini sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini adalah :
Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai.
Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan.
Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.
Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.
Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajarn
c. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan
Kompetensi ini berhubungan dengan guru sabagai anggota masyarakat dan sebagai mahluk sosial, yang meliputi :
Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemempuan profesional.
Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan. Kemampuan untuk menjalin kerjasama, baik secara individual maupun secara kelompok.
Ketika ilmu pengetahuan sangat terbatas untuk didapatkan dan teknologi yang belum secanggih negara-negara dunia, maka guru-lah yang bertugas untuk mengantarkan siswa dalam Dunia Pendidikan. Dengan begitu, guru berperan sebagai sumber belajar (learning resources) untuk siswa.Siswa akan belajar apapun yang dikatakan oleh guru, maka dari itu untuk menjadi teladan yang baik bagi siswa, guru harus memiliki sifat dan tingkah laku yang baik, adil dan bijaksana. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Entah bagaimana walau kecanggihan teknologi sudah mendunia, guru tetap berperan dan sangat dibutuhkan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Menurut (Sanjaya Wina)  beberapa peran guru yang sangat npenting, antara lain :
1)   Guru sebagai Sumber Belajar
Guru yang baik dapat dilihat ketika guru tersebut menguasai dalam memberikan materi kepada siswanya.
2)   Guru sebagaiFasilitator
Guru sebagai Fasilitator berperan dalam melayani siswanya untuk memudahkan ia dalam proses pembelajaran. Sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal.
3)   Guru sebagai Pengelola
Pengelola Pembelajaran (Learning Manager), guru menciptakan situasi yang menyenangkan namun tetap kondusif.
4)   Guru sebagai Demonstrato
Untuk mempertunjukan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator, yang pertama yaitu sebagai demonstrator berarti guru harus menun jukkan sikap-sikap yang terpuji,guru merupakan sosok yang ideal bagi siswa sehingga menjadi acuan atau contoh bagi siswa.Yang ke dua yaitu demostrator guru harus menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa di pahami dan di hayati oleh setiap siswa.
5)   Guru sebagai Pembimbing
Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
6)   Guru sebagai Motivator
Motivasi merupakan salah satu aspek yang penting sebagai penyemangat bagi siswa agar bersemangat dalam belajar. Motivasi bisa berupa bentuk perhatian guru terhadap siswanya, memperjelas tujuan yang ingin dicapai, membangkitkan minat siswa, menciptakan suasana menyenangkan belajar di kelas, memberi pujian, memberikan penilaian atau evaluasi, memberikan komentar terhadap hasil karya siswa, dan memciptakan persaingan yang sehat.
7)   Guru sebagai Evaluator
Guru berperan mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Perannya sebagai evaluator yaitu untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum dan untuk  menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.

KONSEP DAN MAKNA PEMBELAJARAN

Berdasarkan  pengertian pembelajaran diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses kegiatan baik diluar maupun di dalam kelas yang melibatkan guru sebagai pembimbingnya dan berperan sebagia fasilitator, agar siswa mampu mencapai tujuan dari belajar yaitu memperoleh ilmu pengetahuan umum maupun teknologi.
Komponen dan prinsip pembelajaran meliputi, perhatian, motivasi, keaktivan siswa, keterlibatan langsung siswa, pengulangan belajar, materi belajar yang menantang, balikan dan penguatan siswa, dan aspek-aspek psikologis.
a. Perhatian
Perhatian merupakan salah satu kunci kesuksesan pada siswanya, agar mereka dapat menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Sebaiknya, jika perhatian siswa belum fokus atau masih membagi perhatian dengan hal-hal lain yang tidak seharusnya dilakukan oleh siswa maka guru tidak boleh memulai pelajaran.
b. Motivasi
Guru adalah contoh bagi siswanya, maka apa yang dilakukan guru dikelas baik perbuat  maupun tutur kata pasti akan ditiru oleh siswanya. Oleh karena itu alangkah baiknya guru menunjukan perilaku yang baik dan memberikan motivasi belajar kepada siswa didiknya agar siswa termotivasi dan akhirnya siswa akan bersemangat untuk mengikuti pelajaran dengan hati senang.
c. Keaktivan siswa
Belajar yang berhasil adalah bila siswa sendiri aktif mengikuti proses belajar itu, tidak sekedar menerima dan menelan konsep-konsep yang disampaikan. Siswa juga harus melakukan kegiatan mental , mulai dari menerima materi, sampai pada pemahaman.
d. Keterlibatan langsung siswa
Siswa harus terlibat langsung dalam proses pembelajaran karena ini menyangkut keaktivan siswa dikelas. Siswa yang aktiv berarti membuktikan bahwa siswa merespon dan memberi tanggapan-tanggapan apa yang sudah siswa dengar dari guru.
e. Pengulangan belajar
Guru ketika selesai mengajar  harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang kirannya siswa belum terlalu jelas atas yang telah dijelaskan oleh guru. Atau guru tanpa murid meminta diulang dalam penjelasan materi, guru harus mengulang materi yang kiranya sulit dipahami oleh siswanya.
f. Materi Pelajaran yang merangsang dan menantang
Guru harus memiliki kreatifitas dalam mengajar misalnya melalui permainan (role playing), karena dalam proses pembelajaran siswa kadang merasa bosan oleh metode guru yang hanya terpaku pada materi pelajaran yang ada di buku.
g. Balikan dan Penguatan Terhadap Siswa
Balikan bias disebut sebagai evaluasi kepada siswa dimana balikan ini berfungsi untuk mengetahui letak kelemahan dan kekuatan siswa tersebut, dan atau member motivasi belajar agar siswa memperoleh hasil dari sebelumnya.
h. Aspek-aspek psikolog 
Penguatan atau reinforcement adalah suatu tindakan yang sering kurang mendapat perhatian guru, pada hal efek positifnya besar sekali. Setiap keberhasilan yang ditunjukan oleh siswa, walaupun kecil, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
Tujuan pembelajaran mengacu pada kemempuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah siswa mengikuti suatu pembelajaran tertentu.Jadi tanpa adanya tujuan pembelajaran guru dan siswa tidak dapat melakukan kegiatan belajar mengajar dengan baik, karena tujuan pembelajaran yang baik adalah awal dari tercapainya suatu pembelajaran.
Proses pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan didalam kelas dalam lingkup sekolah maupun luar sekolah yang terdapat interaksi antara guru dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru yang frofesional mempunyai karakteristik dari proses mengajar sebagai tugas utama guru, antara lain :
Mengajar bukan hanya menyampaikan materi saja akan tetapi merupakan pekerjaan yang bertujuan dan bersifat komplek. Jadi, menjadi guru tidak hanya bertugas untuk mentrasfer ilmunya saja kepada siswa namun guru dituntut untuk memberi contoh terutama dalam sifat.  Mengapa demikian? Karena pada anak usia SD, guru adalah orang yang di anggap paling benar.
Mengembangkan minat dan bakat siswanya. Karena, setiap anak memiliki perbedaan karakter seperti memiliki hobbi/kesengan.
Agar guru sukses melakukan tugasnya diperlukan keahlian yang memadai. Guru yang profesional, tidak hanya menyampaikan materi, namun dapat menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada siswanya.
Tugas guru adalah menyiapkan generasi manusia yang dapat hidup dan berperan aktif  dimasyarakat. Setelah siswa mendapatkan ilmu yang diterima dari guru dalam proses pembelajaran, pada akhirnya ilmu-ilmu tersebut akan diaplikasikan dimasyarakat.

Kemampuan guru dalam mengajar sangat dibutuhkan keprofesionalan dalam mengajar dikelas agar mampu mewujudkan dan melahirkan sumber daya manusia yang baik pula. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, antara lain :
a. Kompetensi Pribadi
Guru merupakan sosok yang selalu benar dimata siswanya, sehingga guru dijadikan teladan bagisiswanya (di-gugu dan di-tiru).
Kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), antara lain :
Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antara umat beragaman.
Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat.
Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan santun dan tatakrama.
Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaharuandankritik.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah keaahliian suatu kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini adalah :
Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai.
Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan.
Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.
Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.
Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajarn
c. Kompetensi Sosial Kemasyarakatan
Kompetensi ini berhubungan dengan guru sabagai anggota masyarakat dan sebagai mahluk sosial, yang meliputi :
Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemempuan profesional.
Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan. Kemampuan untuk menjalin kerjasama, baik secara individual maupun secara kelompok.
Ketika ilmu pengetahuan sangat terbatas untuk didapatkan dan teknologi yang belum secanggih negara-negara dunia, maka guru-lah yang bertugas untuk mengantarkan siswa dalam Dunia Pendidikan. Dengan begitu, guru berperan sebagai sumber belajar (learning resources) untuk siswa.Siswa akan belajar apapun yang dikatakan oleh guru, maka dari itu untuk menjadi teladan yang baik bagi siswa, guru harus memiliki sifat dan tingkah laku yang baik, adil dan bijaksana. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Entah bagaimana walau kecanggihan teknologi sudah mendunia, guru tetap berperan dan sangat dibutuhkan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Peran guru, sebagai berikut :
Guru sebagai Sumber Belajar, yakni guru yang baik dapat dilihat ketika guru tersebut menguasai dalam memberikan materi kepada siswanya.
Guru sebagai Fasilitator, yakni guru sebagai Fasilitator berperan dalam melayani siswanya untuk memudahkan ia dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai Pengelola, yakni Pengelola Pembelajaran (Learning Manager), guru menciptakan situasi yang menyenangkan namun tetap kondusif.
Guru sebagai Demonstrato, yakni untuk mempertunjukan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
Guru sebagai Pembimbing, yakni embimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka dimasyarakat nanti.
Guru sebagai Motivator
Motivasi merupakan salah satu aspek yang penting sebagai penyemangat bagi siswa agar bersemangat dalam belajar. Seperti memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan memeberikan perhatian lebih kepada siswa yang kurang motivasi untuk belajarnya.
Guru sebagai Evaluator
Guru berperan mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhaasilan guru dalam proses belajarnya.