Senin, 29 Desember 2014

Manfaat Kurikulum

Manfaat kurikulum yaitu : 

1. Manfaat kurikulum bagi guru

a. Kurikulum sebagai pedoman bagi guru dalam merancang, malaksanakan, dan menilai    kegiatan pembelajaran.
b. Membantu guru untuk memperbaiki situasi belajar.
c. Membantu guru menunjang situasi belajar ke arah yang lebih baik.
d. Membantu guru dalam mengadakan evaluasi kemajuan kegiatan belajar mengajar.
e. Memberikan pengertian dan pemahaman yang baik bagi guru untuk menjalankan tugas sebagai pengajar yang baik di kelas.
f.  Mendorong guru untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program pendidikan.

2. Manfaat kurikulum bagi sekolah

a.  Kurikulum dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuanpendidikan, baik itu dalam tujuan nasional, institusional, kurikuler, maupun dalam tujuan instruksional. Dengan adanya suatu kurikulum maka tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu dapat tercapai.
b. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan (KTSP).
c. Memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan (KTSP).

3. Manfaat kurikulum bagi masyarakat

a.  Sebagai acuan untuk berpartisipasi dalam membimbing putra/putrinya di sekolah (dalam hal ini orang tua sebagai bagian dari masyarakat).
b.  Dengan mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam rangka memperlancar program pendidikan, serta dapat memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah.
                                                                                                                                               
4. Manfaat kurikulum bagi OrangTua

Bagi orang tua, kurikulum bermanfaat sebagai bentukadanya partisipasi orang tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukanputra putrinya. Bantuan yang dimaksud  dapat berupa konsultasi langsungdengan sekolah/guru  mengenai masalah-masalah menyangkut anak-anakmereka. Bantuan berupa materi dari orang tua anak dapat melalui lembaga BP-3. Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah, para orang tua dapatmengetahui pengalaman belajar yang diperlukan anak-anak mereka, sehinggapartisipasi orang tua ini pun tidak kalah pentingnya dalam menyukseskan proses belajar mengajar disekolah.

5  Manfaat kurikulum bagi Siswa itu sendiri

Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar  tersusunmerupakan suatu persiapan bagi anak didik. Anak didik diharapkanmendapatkan sejumlah pengalaman baru yang dikemudian hari dapatdikembangkan seirama dengan perkembangan anak, agar dapat memenuhibekal hidupnya nanti. Kalau kita kaitkan dengan pendidikan Islam, pendidikanmestinya diorientasikan kepada kepentingan peserta didik, dan perlu diberibekal  pengetahuan untuk hidup pada zamannya kelak.


Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Dasar Hukum Sertifikasi Guru

Seiring dengan perkembangan teknologi dan tuntutan jaman maka guru harus memiliki kualitas SDM yang lebih baik maka lahirlah regulasi yang disebut sertifikasi guru, sebuah ukuran dimana guru sudah dinyatakan sebagai pendidik yang kompeten dan profesional. Sertifikasi guru adalah proses peningkatan mutu dan uji kompetensi tenaga pendidik dalam mekanisme teknis yang telah diatur oleh pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, yang bekerjasama dengan instansi pendidikan tinggi yang kompeten, yang diakhiri dengan pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah dinyatakan memenuhi standar profesional. Selama ini kita memandang guru sebagai profesi yang mulia namun pada aspek peningkatan SDM dan ekonomi masih kalah dengan Pengacara, Notaris, Dokter, Bankir, Akuntan, Atlet dan lainnya. Kenapa demikian? Padahal peran guru sangat vital bagi masa depan generasi dan bangsa, kenapa dalam hal fasilitas peningkatan mutu selalu kalah dengan profesi lainnya? Apalagi pada aspek ekonomi masih kalah jauh dari profesi-profesi yang disebutkan di atas. Maka tak heran bila guru harus sibuk dengan pekerjaan sampingan lainnya, itupun masih kena kritik lagi. Guru kadang berada dalam posisi yang dilematis. Inilah pentingnya sertifikasi guru, selain mendapatkan peningkatan ilmu dan metode pengajaran juga guru yang ikut sertifikasi juga mendapatkan fasilitas dan penghasilan / tunjangan yang lebih baik. Kalau masih sama saja dengan sebelumnya berarti Dinas terkait tidak transparan. Adapun Tujuan dari Sertifikasi Guru adalah: menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan meningkatkan martabat guru meningkatkan profesionalitas guru Adapun Manfaat Sertifikasi Guru adalah: melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru. melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional meningkatkan kesejahteraan guru SERTIFIKASI GURU memiliki dasar hukum yang kuat dan senafas dengan amanat Undang-Undang. Dasar utama dari Sertifikasi Guru adalah UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disyahkan tanggal 30 Desember 2005. Yakni dalam Pasal 8 berbunyi: Guru wajib memiliki kualitas akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11 ayat (1) menyebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Landasan Hukum lainnya adalah UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. 

Jumat, 05 Desember 2014

CARA MUDAH MENDETEKSI KESULITAN BELAJAR YANG UMUM TERJADI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

Secara umum, kesulitan belajar dapat diamati oleh orang tua dan guru ketika seorang anak mengalami hambatan dalam prestasi akademis dibandingkan anak-anak seusianya.  Istilah dari kesulitan belajar mengacu pada perbedaan antara kemampuan intelektual dan prestasi dalam satu atau lebih bidang membaca, menulis, dan matematika (Gorman, 2001).
Deteksi dini, khususnya pada usia sekolah dasar menjadi penting untuk mengetahui intervensi apa yang sesuai dengan permasalahan yang dialami.  Pada usia ini, anak masih dalam pertumbuhan dan perkembangan sehingga, jika terjadi gejala kesultan belajar maka intervensi akan lebih mudah dan lebih cepat penanganannya.  Hal ini dikarenakan perbaikan melalui intervensi terbantukan oleh pertumbuhan dan perkembangan biologis serta psikologis dari anak itu sendiri hingga mencapai kematangan yaitu usia remaja.
Paling baik dipahami dari kesulitan belajar yang umum terjadi adalah disleksia, yang meliputi kesulitan pengolahan unit suara yang membentuk bahasa dan ditandai oleh kemampuan membaca yang buruk. kesulitan belajar lainnya termasuk masalah dengan bahasa reseptif dan atau ekspresif, dysgraphia (gangguan tulisan tangan) dan dyscalculia untuk mengidentifikasi karena mereka termasuk kesulitan yang bervariasi dari masalah sosial hingga masalah spasial.  Oleh karena penelitian telah berkembang, jenis lain dari kesulitan belajar (misalnya dalam memori, perhatian, dan regulasi diri) sedang dipertimbangkan sebagai penjelasan untuk anak-anak dengan masalah belajar serta bagaimana menjalin hubungan dengan orang lain (Gorman, 2001).
Gorman (2001) lebih lanjut memberikan petunjuk sederhana bagi orang tua dan guru untuk mendeteksi anak kesulitan belajar yang umum terjadi pada anak usia sekolah dasar dari aktivitas mereka sehari-hari di sekolah. Berikut adalah cek list yang dibuat Gorman (2001 hal. 20 – 23) untuk membantu mendeteksi anak kesulitan belajar:

GEJALA  GANGGUAN MEMBACA
KETERAMPILAN DASAR
Memiliki gangguan proses dalam mempelajari nama warna atau huruf
Tidak memiliki pemahaman yang kuat hubungan antara huruf dengan suara
Buruk pada tugas yang berhubungan dengan bunyi
Memiliki masalah mengingat fakta dasar matematika

MEMBACA
Kurangnya jumlah sight words dibandingkan anak seusianya
Membaca dengan suara keras kurang lancar atau terbata-bata
Memiliki masalah yang berkelanjutan atau terus menerus terhadap kesulitan pendekodean (decoding)
Tidak mengerti apa yang dia baca
Pemahaman membaca bermasalah karena masalah pendekodean
Membalik-balikan kata
Kemampuan membaca tidak sesuai dengan kecerdasan yang tampak dan kosakata yang dimilikinya.
Tertukar antara artikel dan preposisi (misalnya “sebuah” dan “sesuatu”)
Sering mengganti kata-kata yang mirip secara visual (misalnya ini untuk itu)
Lambat tingkat membacanya dibandingkan anak lain seusianya
Kata-kata yang terpecah ketika membaca
Menambahkan kata saat membaca
Terus bergantung pada jari menunjuk saat membaca (untuk siswa yang lebih tua)
Terus bergerak bibirnya saat membaca (untuk siswa yang lebih tua)

MENULIS
Membuat pembalikan huruf dan diulang-ulang (setelah 9 tahun)
Membuat kesalahan ejaan pada “sight words”
Sering melakukan kesalahan dalam ejaan termasuk penghilangan konsonan
Kesalahan urutan suku kata (misalnya manbi untuk mandi )
Menulis lambat atau dengan susah payah
Membuat pembalikan nomor

BAHASA LISAN
Memiliki kesulitan menemukan kata yang tepat
Memiliki kesulitan mengingat urutan verbal (misalnya nomor telepon, arah, bulan tahun)
Tampaknya kata salah mendengar (misalnya kelelawar bukan bagian)
Memiliki kosakata yang terbatas

PERILAKU
Tidak suka membaca atau menghindarinya
Memiliki masalah perilaku waktu selama atau sebelum kegiatan membaca dengan membaca signifikan
Apakah mengganggu selama kelas saat membaca dalam hati
Menolak untuk melakukan pekerjaan rumah yang membutuhkan bacaan
Tampaknya hanya melihat gambar-gambar di buku cerita dan mengabaikan teks
Memiliki masalah selama waktu kelas perpustakaan (misalnya menghindari memilih buku)

GEJALA KESULITAN BELAJAR NON VERBAL
SPASIAL
Memiliki kesulitan mengingat bagaimana untuk mencapai tempat
Sering tersesat
Bingung antara kiri dan kanan
Memiliki masalah memberitahu waktu
Memiliki kemampuan yang buruk untuk koordinasi antara tangan dan mata
Memiliki masalah melengkapi teka-teki
Tidak menggambar dengan baik
Meja atau  tas buku sangat berantakan
Memiliki rasa yang buruk terhadap ruang antarpribadi

SOSIAL
Memiliki kesulitan mencari tahu  orang lain
Tampaknya tidak menyadari nuansa sosial
Tampil tidak menyadari dampak sosial dari perbuatannya
Meningkatkan penarikan sosial terhadap sekitarnya (untuk anak-anak)
Memiliki masalah beradaptasi dengan situasi baru
Tidak membaca isyarat perilaku nonverbal secara efektif

MATEMATIKA
Berjuang atau mengalami kesulitan dengan konsep dasar matematika
Memiliki kesulitan menjaga kolom  matematika yang sejajar
Menjadi bingung tentang perhitungan banyak tahap
Menjawaba soal Matematika salah dan panik

MENULIS
Memiliki tulisan tangan yang buruk, terutama di bawah tekanan waktu
Menulis di atas kertas tak bergaris adalah sulit dan berantakan
Salah mengeja kata sesuai dengan umur
Memiliki kemampuan yang rendah dalam kontrol motorik
Memiliki masalah atau kesulitan menyalin dari papan tulis
Menulis sangat lambat
Memiliki genggaman pensil canggung
Huruf terlihat kasar dan tidak konsisten
Memiliki kesulitan menjaga margin kiri (menulis huruf melewati batas secara signifikan)

PERILAKU
Tidak suka atau menghindari matematika
Tidak suka atau menghindari seni
Menolak untuk melakukan pekerjaan tertulis atau pekerjaan rumah
Tampaknya terisolasi dari rekan-rekan
Tidak terlibat dalam olahraga

Referensi
Gorman, J.C. (2001). Emotional disorder & learning disabilities in the elementary classroom: interactions and interventions. California: Corwin Press



CARA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DI KELAS

Minat belajar siswa adalah penting dalam kesuksesan pembelajaran di kelas yang terlihat dari pencapaian nilai akademis.  Ini adalah tantangan terberat bagi guru untuk memunculkan minat belajar di kelas terlebih dengan berbagai keterbatasan.  Minimnya alat peraga dan fasilitas di kelas, buku referensi, pendanaan, dan faktor psikologis anak adalah kendala klasik yang dihadapi guru di Indonesia.  Kendala ini dapat diatasi jika guru mengetahui faktor psikologis dan metode pembelajaran yang tepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada empat faktor psikologis yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam situasi belajar di kelas.  Keempat faktor psikologi tersebut adalah keterlibatan, kemudahan, kejelasan, dan spesifik.  Menurut La Sulo (dalam Rakhmat 1996) keterlibatan diperlukan siswa untuk merasakan terlibat dalam aktivitasnya di kelas hingga menghadiri karakteristik spesifik dari materi pelajaran.  Keterlibatan ini akan membuat siswa merasa terhubungkan dengan materi pelajaran dan berakibat kepada meningkatknya perasaan bahagia mereka karena terhubung dengan faktor objek pelajaran dan faktor personal.  Brunning (dalam Berliner, 1991) berpendapat bahwa kemudahan dalam metode pembelajaran memiliki peranan penting karena akan meningkatkanself efficacy dari siswa.  Oleh karena itu guru memberikan metode pembelajaran di kelas sesuai dengan potensi individu.  Kejelasan dalam proses penyampaian akan menimbulkan minat dari siswa untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas (Andre & Windschilt, 2003 : Linnenbrink & Pintrich, 2003 dalam Schunk, et al 2008:102).  Sedangkan spesifik menurut La Sulo (dalam Rakhmat, 1996) adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengikuti spesifikasi penyampaian materi pelajaran yang sesuai dengan spesifikasi diri mereka.  Salah satu metode spesifik adalah dengan memperkenalkan metode multiple intelligence yang sesuai dengan spesifikasi atau bakat individu siswa.

Metode pembelajaran dengan multiple intelligence lebih baik dibandingkan dengan metode tradisional.  Kekurangan metode tradisional antara lain metode dengan visual, verbal, dan logika matematik dapat membuat situasi menjadi membosankan; metode tersebut juga tidak melibatkan siswa serta guru untuk menggunakan ide kreatif dalm situasi pembelajaran.  Sedangkan metode multiple intelligence memiliki beberapa pengayaan sehingga siswa akan lebih berkonsentrasi dan mencapai informasi sangat optimal; spesifikasi pada metode multiple intelligence akan menciptakan situasi pembelajaran yang sangat kreatif dengan reward and punishment.

Kondisi metode pembelajaran multiple intelligence dengan empat faktor psikologis  ini menggambarkan kontrol efektif dari Executive Function.  Executive Function adalah kontrol self regulation yang mempertahankan attention. Penjelasan keterkaitan empat faktor psikologis,  metode pembelajaran multiple intelligence dan Executive Functionadalah kondisi pembelajaran tersebut dapat mengkontrol executive function  seperti self regulation di mana bertindak menciptakan kendali self regulation tiga aspek seperti kognitif, afektif, dan perilaku.

10 Tips Meningkatkan Gairah Belajar

Belajar memang kadang-kadang membosankan. Apalagi yang kita hadapi adalah mata pelajaran yang kurang kita sukai. Tapi tenang saja, kali ini kami akan memberikan tips sederhana namun jitu untuk meningkatkan gairah belajar. Selain itu juga untuk mengembalikan fokus dan konsentrasi pikiran kita pada pelajaran.
Berikut tips-tipsnya:
1. Belajar sambil mendengarkan musik 
Berbagai penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan adanya hubungan antara pengaruh musik dengan peningkatan prestasi belajar. Musik membuat anda “mengalir’ , dan merangsang pikiran untuk berkosentrasi pada apa yang sedang anda pelajari atau kerjakan . Idealnya anda mendengarkan musik klasik atau instrumentalia/ musik lembut dengan beat yang santai . Tapi kalau anda tidak bisa menikmatinya , putarlah musik kesayangan anda
2. Ciptakan suasana ruang belajar anda senyaman mungkin supaya anda betah berada disana
Kalau memungkinkan , hiasilah dengan gambar-gambar pilihan atau kata-kata yang bisa memberi motivasi. Boleh juga menggantungkan poster idola , photo kekasih, atau piagam penghargaan yang pernah anda raih . Perhatikan juga ventilasi udara agar kamuanda tidak merasa kepanasan atau kedinginan . Aturlah penerangan agar sesuai dengan keperluan anda , tidak terlalu redup dan tidak pula terlalu menyilaukan.
3. Aturlah waktu belajar dengan seefisien mungkin
Biasakanlah untuk belajar setiap hari pada jadwal yang telah anda tetapkan. Hindari kebiasaan menumpuk tugas yang perlu dikerjakan sampai menjelang batas akhir waktu yang ditetapkan. Hentikanlah kebiasaan sistem kebut semalam. Cara belajar seperti itu akan menjadi pribadi yang harus ditekan untuk bergerak . Pola ini biasanya akan berlanjut ketika andah memasuki dunia kerja dan bisa menghambat peningkatan karir anda kelak.
4. Belajarlah dengan aktif
Jangan puas hanya menjadi pelajar atau mahasiswa yang teoritis saja. Hasil belajar anda akan lebih optimal kalau anda belajar sambil mempraktekkan apa yang anda pelajari. Sistem belajar sambil praktek sudah terbukti berhasil diterapkan dalam banyak pendidikan inormal seperti kursus bahasa, mengemudi, inormatika , menjahit dsb. Prinsipnya berlaku untuk bidang apapun yanganda pelajari , termasuk belajar bicara didepan umum , belajar berdansa , berenang dsb.
5. Belajarlah dengan minat yang besar agar kualitas dan hasil belajar anda lebih optimal
Dengan minat yang tinggi , anda bersemangat menggali berbagai sumber untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan materi yang anda pelajari. Itulah alasannya mengapa sebaiknya anda kuliah dibidang yang benar-benar . Kalau anda sangat menyukai teknik , mungkin andaakan mengalami masalah kalau anda harus kuliah ekonomi dsb. Tapi kalau anda sudah terlanjur salah jurusan, atau berada ditempat yang kurang anda sukai maka cobalah unuk menyukainya. Milikilah rasa tanggung jawab terhadap sesuatu yang telah anda ambil atau putuskan. Namun terkadang minat juga bisa muncul dari penyusuaian diri , percayalah tidak ada ilmu yang tak bermanfaat raihlah segala bidang ilmu , pelajari dengan matang jangan setengah-setengah hingga bisa didapat suatu kecerdasan multi dimensi.
6. Pelajarilah teknik belajar yang efektif agar anda belajar dengan waktu yang relatif singkat tapi dengan hasil yang lebih memuaskan.
Sebagai contoh, ‘teknik penyebaran waktu’ mengajarkan bahwa lebih baik kamu belajar 3 x 1 jam daripada 1 x 3 jam.
7. Pelajarilah teknik membaca cepat agar anda bisa membaca dengan kecepatan tinggi dan dengan pemahaman yang tinggi pula.
Ini adalah kemampuan vital bagi anda yang hidup diera digital dan informasi. Dengan daya baca berkecepatan tinggi, syukur-syukur bisa membaca dengan mata hati pula ,sehingga arus informasi yang deras tidak akan meneggelamkan anda , tapi justru melejitkan prestasi untuk meraih keberhasilan.
8. Pelajarilah teknik mengingat dengan memanaatkan kata kunci atau kata akronim
Dengan kemampuan ini daya ingat anda akan dipertajam sehingga anda bisa mengingat bahan pelajaran dengan cepat dan akurat. Banyak teknik mengingat yang sudah teruji praktis yang dapat dipelajari untuk meningkatkan daya ingat, daya konsentrasi dan memacu potensi belajar.
9. Pelajarilah teknik menulis
Dengan kemampuan ini anda tidak akan mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan tulis-menulis secara sistematis dan mudah dipahami, baik berupa laporan , skiripi, artikel dsb. Keahlian menulis sangat diperlukan didunia kerja dan juga akan memungkinkan anda untuk menjadi penulis buku , wartawan dsb.
10. Pelajarilah cara berpikir yang logis , rasional dan objektif
Meskipun pikiran anda lebih hebat dari komputer, mungkin baru sebagian saja /kecil bagian dari otak yang anda manfaatkan. Berkat jasa para ilmuwan, sekarang otak anda bisa dilatih untuk memacu potensimu yang luar biasa sehingga anda bisa lebih berprestasi dalam studi dan sukses dalam hidup.


Tujuan Supervisi

Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil  tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar .
 Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu :
1.    Meningkatkan mutu kinerja guru
Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
2.    Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
3.    Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
4.    Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
5.    Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaranyang menunjukkan keberhasilan lulusan.


Pengertian Supervisi Pendidikan

1.    Pengertian supervisi Menurut Beberapa hal : 
Arti Supervisi menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
Secara morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan – orang yang berposisi diatas, pimpinan – terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki
Secara sematik, Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar danbelajar pada khususnya.
Secara Etimologi, supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan

Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
2.    Pengertian Supervisi Menurut Pendapat Para Ahli :
a.    Good Carter,
Memberi pengertian supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, danmetode mengajar dan evaluasi pengajaran.  God Carter melihatnya sebagai usaha memimpin guru-guru dalam jabatan mengajar,
b.    Boardman.
Menyebutkan Supervisi adalah salah satu usaha menstimulir, mengkoordinir dan membimbing secarr kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran dengan demikian mereka dapat menstmulir dan membimbing pertumbuan tiap-tiap murid secara kontinyu, serta mampu dan lebih cakap berpartsipasi dlm masyarakat demokrasi modern. Boardman. Melihat supervisi sebagai lebih sanggup berpartisipasi dlm masyarakat modern.
c.    Wilem Mantja (2007)
Mengatakan bahwa, supervisi diartikan sebagai kegiatan  supervisor (jabatan resmi) yang dilakukan untuk perbaikan proses belajar mengajar (PBM). Ada dua tujuan (tujuan ganda) yang harus diwujudkan oleh supervisi, yaitu; perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan. Willem Mantja memandang supervisi sebagai kegiatan untuk perbaikan (guru murid) dan peningkatan mutu pendidikan
d.    Kimball Wiles (1967)
Konsep supervisi modern dirumuskan sebagai berikut : “Supervision is assistance in the development of a better teaching learning situation”. Kimball Wiles beranggapan bahwa faktor manusia yg memiliki kecakapan (skill) sangat penting untuk menciptakan suasana belajar mengajar yg lebih baik.
e.    Mulyasa (2006)
supervisi sesungguhnya dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah yang berperan sebagai supervisor, tetapi dalam sistem organisasi modern diperlukan supervisor khusus yang lebih independent, dan dapat meningkatkan obyektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan tugas.

f.    Ross L (1980),
mendefinisikan bahwa supervisi adalah pelayanan kapada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum. Ross L memandang supervisi sebagai pelayanan kapada guru – guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan.
g.    Purwanto (1987),
supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan secara efektif. 
Kegiatan supervisi dahulu banyak dilakukan adalah Inspeksi, pemeriksaan, pengawasan atau penilikan. Supervisi masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan –orang yang berposisi diatas, pimpinan-- terhadap hal-hal yang ada dibawahnya.  Inspeksi : inspectie (belanda) yang artinya memeriksa  dalam arti melihat untuk mencari kesalahan. Orang yang menginsipeksi disebut inspektur. Inspektur dalam hal ini mengadakan :
Controlling : memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimana mestinya
Correcting : memeriksa apakah semuanya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan/digariskan
Judging : mengandili dalam arti memberikan penilaian atau keputusan sepihak
Directing : pengarahan, menentukan ketetapan/garis
Demonstration : memperlihatkan bagaimana mengajar yang baik
Pemeriksaan artinya melihat apa yg terjadi dlm kegiatan sedangkan Pengawasan adalah Melihat apa yg positif & negatif. Adapun Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari - cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki. Supervisi dilakukan untuk melihat bagian mana dari kegiatan sekolah yg masih negatif untuk diupayakan menjadi positif, & melihat mana yang sudah positif untuk ditingkatkan menjadi lebih positif lagi dan yang terpenting adalah pembinaannya
Orang yang melakukan supervise disebut supervisor. Dibidang pendidikan disebut supervisor pendidikan. Menurut keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0134/0/1977, temasuk kategori supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penelik sekolah, dan para pengawas ditingkatkan kabupaten/kotamadya, serta staf di kantor bidang yang ada di tiap provinsi.  
Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalian ini merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya.


Selasa, 02 Desember 2014

MANFAAT MEDIA PEMBELAJARAN

Secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya:
  1. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model;
  2. Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;
  3. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography;
  4. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal;
  5. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan
  6. Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat di visualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
  1. Menimbulkan kegairahan belajar;
  2. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
  3. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda,, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih  sulit bila latar belakan lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam:
  1. Memberikan perangsang yang sama;
  2. Mempersamakan pengalaman;
  3.  Menimbulkan persepsi yang sama.

Dale (1969:180) mengemukakan bahwa bahan-bahan audio-visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hubungan guru-siswa tetap merupakan elemen paling penting dalam system pendidikan modern saat ini. Guru harus selalu hadir untuk menyajikan materi pelajaran dengan bantuan media apa saja agar manfaat berikut ini dapat terealisasi:
  1. Meningkatkan rasa saling pengertian dan simpati dalam kelas;
  2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah lalu siswa;
  3. Menunjukkan hubungan antar mata pelajaran dan kebutuhan dan minta siswa dengan meningkatnya motivasi belajar siswa;
  4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
  5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
  6. Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar;
  7. Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka pelajar;
  8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang berkala dapat kembangkan;
  9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
  10. Meyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan system gagasan yang bermakna.

Sudjana dan Rivai (1992;2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedei of Educational Research dalam Hamalik (1994:15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
  1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
  2. Memperbesar perhatian siswa.
  3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
  4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
  5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
  6. Membantu tubuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
  7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih baik



Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan berbagai teknik motivasi untuk membuat pembelajaran lebih relevan dan siswa lebih bertanggung jawab. Bahasan ini menguraikan manfaat dari pembelajaran kooperatif dalam hal dampaknya terhadap motivasi.
Pedoman umum untuk kelas motivasi (misalnya, Forsyth dan McMillan, 1994) menyarankan penekanan pada hal menantang, melibatkan, kegiatan informatif dan pembangunan antusiasme dan rasa tanggungjawab dalam diri peserta didik. Oleh karenanya ditawarkan strategi pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif yang  banyak potensi bermanfaat untuk peserta didik (Panits, 1998)
Definisi pembelajaran kooperatif adalah sebagai strategi motivasi yang mencakup semua situasi belajar, dimana siswa bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan saling bergantung untuk berhasil mencapai tujuan. Forsyth sebuah McMillan (1994) menekankan motivasi intrinsik sebagai elemen kunci dalam mengajar dan belajar, seperti halnya Wlodowski, inklusi, melahirkan kompetensi, dan meningkatkan makna dalam diri siswa yang beragam. Bagaimana pembelajaran kooperatif menjadi motivator positif untuk populasi siswa yang beragam? Bahasan ini mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut.
1.    Mengembangkan sikap: membuat disposisi yang menguntungkan terhadap pengalaman belajar melalui relevansi pribadi dan pilihan
Manfaat utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa meningkatkan harga diri yang pada gilirannya memotivasi siswa untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran (Johnson & Johnson 1989). Upaya kerja sama antara siswa dapat meningkatkan prestasi yang lebih tinggi oleh semua peserta (Slavin 1987). Siswa saling membantu, dengan demikian membangun sebuah komunitas yang mendukung, yang kemudia  dapat meningkatkan kinerja masing-masing anggota (Kagan 1986). Hal ini pada gilirannya meningkatkan harga diri yang lebih tinggi di semua siswa (Webb 1982).
Kerjasama dapat meningkatkan kepuasan siswa melalui pengalaman belajar yang secara aktif melibatkan siswa dalam merancang dan menyelesaikan prosedur kelas dan isi pelajaran (Johnson & Jonhson 1990). Sering didefinisikan oleh kelompok bahwa tim atau kelompok yang efektif itu terlibat dalam suatu proses dan hasilnya itu ketika individu didorong untuk bekerja bersama mencapai tujuan bersama,. Aspek ini sangat membantu bagi individu yang memiliki sejarah atau kegagalan (Turnure & Zigler 1958)
Pembelajaran kooperatif mendorong penguasaan sambil menerima informasi secara pasif dari seorang ahli luar yang sering dipromosikan sebagai rasa tidak berdaya dan ketergantungan pada yang lain untuk mencapai konsep-konsep. Dalam sebuah kelas kuliah umum menekankan pada kegiatan mengajar, hanya ada sedikit waktu untuk refleksi dan diskusi apa dan bagaimana kesalahan siswa atau ketidakpahaman siswa. Dengan paradigma pembelajaran kooperatif siswa belajar dengan terus membahas, berdebat dan mengklarifikasi pemahaman mereka akan konsep tersebut.
Pembelajaran kooperatif mengurangi kecemasan yang diciptakan oleh situasi kelas yang baru dan asing yang dihadapi oleh siswa (Kessler, Pangeran & Wortman 1985). Dalam kelas tradisional ketika seorang guru menyerukan kepada siswa dengan memanggil atau menunjuk satu orang saja, siswa yang bersangkutan akan menjadi fokus perhatian seluruh kelas. Setiap kesalahan atau jawaban yang salah menjadi subyek pengawasan oleh seluruh kelas. Sebaliknya, dalam situasi pembelajaran kooperatif, ketika siswa bekerja dalam kelompok, fokus perhatian tersebar di antara kelompok. Selain itu, kelompok ini menghasilkan produk yang anggotanya dapat meninjau ulang sebelum mempresentasikan ke seluruh kelas, sehingga mengurangi kesalahan akan terjadi pada semua anggota (Slavin & Karweit 1981). Ketika terjadi kesalahan, menjadi alat pengajaran bukan kritik publik dari seluruh siswa.
Uji kecemasan berkurang secara signifikan (Johnson & Johnson 1989). Pembelajaran kooperatif memberikan banyak kesempatan bagi bentuk-bentuk alternatif dari penilaian siswa (Panitz & Panitz, 1996). Situasi ini menyebabkan penurunan tes kecemasan karena siswa melihat guru mengevaluasi bagaimana teman-temannya berpikir serta apa yang temannya ketahui. Melalui interaksi dengan siswa dalam kelas masing-masing, guru juga memperoleh pemahaman yang baik terhadap gaya belajar masing-masing siswa dan bagaimana siswanya melakukan. Guru juga memiliki kesempatan memberikan bimbingan tambahan dan konseling bagi siswa.
Pembelajaran kooperatif mengembangkan sikap siswa-guru yang positif (Johnson & Johnson 1989). Tingkat keterlibatan semua peserta dalam sistem koperasi sangat intens dan pribadi. Guru belajar tentang perilaku siswa karena siswa memiliki banyak kesempatan untuk menjelaskan tindakan mereka dan pemikiran untuk guru. Jalur komunikasi terbuka dan mendorong secara aktif. Guru memiliki lebih banyak kesempatan untuk menjelaskan mengapa kebijakan ditetapkan dan sistem memungkinkan siswa untuk memiliki input lebih dalam menetapkan kebijakan dan prosedur kelas. Pemberdayaan diciptakan oleh interaksi interpersonal yang banyak mengarah pada sikap yang sangat positif oleh semua pihak yang terlibat.
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu set harapan tinggi bagi siswa dan guru (Panitz & Panitz 1998). Menjadikan siswa bertanggung jawab untuk belajar sendiri-sendiri dan bagi rekan-rekan dan mengandaikan bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk bertanggung jawab. Dengan menetapkan tujuan yang diperoleh untuk kelompok dan dengan memfasilitasi interaksi kelompok, guru menetapkan ekspektasi tinggi yang menjadi pemenuhan diri sebagai mahasiswa program master pendekatan kooperatif, belajar bagaimana bekerja sama dengan baik dalam tim, dan menunjukkan kemampuan mereka melalui berbagai metode penilaian.
Pembelajaran kooperatif menetapkan inklusi, menciptakan suasana belajar di mana peserta didik merasa dihormati dan terhubung satu sama lain. Pembelajaran kooperatif menciptakan sistem dukungan sosial yang kuat (Cohen & Willis 1985). Teknik pembelajaran kooperatif siswa menggunakan pengalaman-pengalaman sosial seperti latihan pemanasan dan membangun kegiatan kelompok untuk mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memainkan peran yang sangat aktif dalam memfasilitasi proses dan berinteraksi dengan siswa setiap saat bergerak di sekitar kelas dan mengawai siswa berinteraksi (Cooper et al 1985). Guru dapat mengajukan pertanyaan terhadap individu atau kelompok-kelompok kecil untuk membantu memberikan saran pada siswa atau menjelaskan konsep. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga menimbulkan kecenderungan secara alami pada siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain pada tingkat profesional. Siswa sering menyebutkan sambil lalu bahwa mereka mengalami kesulitan di luar kelas berkaitan dengan pekerjaan, keluarga, teman, dll .Keterbukaan seperti ini dapat menyebabkan siswa mendiskusikan masalah mereka kepada guru dan siswa dalam cara tidak mengancam karena situasi yang informalitas, dan dukungan tambahan dari unit layanan mahasiswa lainnya di daerah tersebut dapat menjadi produk bermanfaat (Kessler & McCleod, 1985)
2.    Pembelajaran Kooperatif mengembangkan keterampilan interaksi sosial siswa
Komponen utama pembelajaran diuraikan oleh Johnson, Johnson dan Holubec (1984) termasuk pelatihan dalam keterampilan sosial siswa yang dibutuhkan untuk bekerja sama. Dalam masyarakat kita dan kerangka pendidikan saat ini, persaingan dinilai dari kerjasama. Dengan meminta anggota kelompok untuk mengidentifikasi apa perilaku membantu mereka dalam bekerja sama dan dengan meminta individu untuk merefleksikan kontribusi mereka terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu kelompok, siswa dibuat sadar akan kebutuhan untuk sehat, positif, interaksi membantu (Panitz 1996;. Cohen & Cohen 1991)
Menurut Kessler dan McLeod (1985 halaman 219) “Pembelajaran kooperatif meningkatkan respon sosial yang positif … mengurangi kekerasan dalam pengaturan apapun .. menghilangkan rasa takut dan menyalahkan, dan meningkatkan kepercayaan diri, keramahan, dan dari konsensus (kesepakatan). Proses sama pentingnya dengan isi dan tujuan. Pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu untuk menguasai, dan fasilitator yang telah melakukan pekerjaan pribadi yang memungkinkan pembagian kekuasaan, pelayanan kepada peserta didik, dan pembelajaran secara natural, menemukan sukacita pembelajaran kooperatif. “
Sherman (1991) melakukan pengamatan, “buku-buku psikologi sosial kebanyakan teksnya berisi diskusi yang cukup tentang konflik dan itu merupakan resolusi dan/atau pengurangan. Hampir semua buku-buku teks psikologi pengantar pendidikan sekarang berisi diskusi diperpanjang tentang pedagogies efektif untuk meningkatkan hubungan rasial, kepercayaan diri, dan prestasi akademik (Messick & Mackie, 1989) “
Pembelajaran kooperatif mendorong interaksi siswa di semua tingkat (Webb 1982). Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika siswa berkemampuan tinggi bekerja dengan siswa dari kemampuan yang lebih rendah, manfaat pertama dengan menjelaskan atau menunjukkan dan manfaat kedua dengan melihat pendekatan untuk pemecahan masalah dimodelkan oleh peer (Johnson & Johnson 1985, Swing, Peterson 1982: Hooper & Hannafin, 1988). Pemanasan dan pembangunan kegiatan kelompok membantu siswa untuk memahami perbedaan mereka dan mereka pun belajar bagaimana untuk memanfaatkan diri mereka sendiri daripada menggunakannya sebagai dasar untuk pertentangan.
Pembelajaran kooperatif membantu kelompok mayoritas dan minoritas di kelas belajar untuk bekerja antara satu sama lain (Felder 1997, Johnson & Johnson 1972, Slavin 1980). Karena siswa aktif terlibat dalam mengeksplorasi isu-isu dan berinteraksi satu sama lain secara teratur dalam mode dipandu, mereka mampu memahami perbedaan mereka dan belajar bagaimana untuk menyelesaikan masalah sosial yang mungkin timbul (Johnson & Johnson 1985). Pelatihan siswa dalam resolusi konflik merupakan komponen utama pembelajaran pelatihan (Aronson 1978; Slavin 1987).
Pembelajaran kooperatif membentuk suasana kerjasama dan membantu sekolah (Deutsch 1975). Pembelajaran kooperatif memfokuskan perhatian pada prestasi kelompok maupun individu. Kerja tim adalah modus operandi dan mendorong kerja sama antar-kelompok. Bahkan ketika kompetisi kelompok digunakan (Slavin 1987), tujuannya adalah untuk membantu menciptakan lingkungan yang positif, siswa diajarkan bagaimana untuk mengkritik ide-ide, bukan orang yang punya ide (Johnson, Johnson & Holubec 1984). Sebuah fungsi dari pembelajaran kooperatif adalah untuk membantu siswa menyelesaikan perbedaan secara damai. Mereka perlu diajarkan bagaimana untuk menantang ide-ide dan untuk mempertahankan posisi mereka tanpa pernyataan personalisasi mereka. Di kelas kooperatif, siswa dapat diberikan peran dalam rangka membangun saling ketergantungan  dalam kelompok-kelompok. Peran-peran ini sering menjadi jenis teori motivasi masyarakat dan telah menunjukkan atau membuktikan bahwa penerapan secara langsung di dalam kelas dengan kelompok kecil yang memecahkan masalah dalam kehidupan siswa akan meningkatkan motivasi untuk belajar (Wlodowski 1985)
Pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa perempuan dan untuk mendapatkan atau menarik minat siswa laki-laki digunakan siswa perempuan untuk membantu dalam situasi tertekan (Bean 1996). Manfaat ini penting terutama dalam kelas matematika di mana pria umumnya mendominasi diskusi kelas dan presentasi. Johnson (1990, halaman 121) menunjukkan bahwa, “siswa cenderung menyukai dan menikmati matematika, lebih banyak dan lebih intrinsik termotivasi untuk belajar ketika lebih banyak belajar dengan hal yang sama dengan terus-menerus dilakukan”. Pembelajaran kooperatif juga membantu untuk mengembangkan komunitas belajar dalam kelas dan institusi (Tinto 1997). Masyarakat dan banyak perguruan tinggi empat-tahun terutama perguruan tinggi sekolah komputer. Siswa tidak menetap di kampus untuk kegiatan ekstrakurikuler atau sosial. Banyak siswa yang memiliki pekerjaan dan/atau tekanan keluarga yang juga membatasi kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kehidupan kampus. Sehingga turun ke tangan guru kelas untuk menciptakan suasana masyarakat dalam kampus. Pembahasan sebelumnya manfaat sosial dari belajar kooperatif adalah bahwa menciptakan sebuah komunitas pelajar mudah dicapai dengan menggunakan teknik pembelajaran kooperatif. Ada manfaat yang signifikan untuk belajar bekerja sama yang tidak selalu jelas karena ini terjadi di luar kelas. Jika kelompok bekerja sama cukup lama selama kursus, orang-orang di dalamnya akan saling mengenal dan memperluas kegiatan mereka di luar kelas. Siswa akan bertukar nomor telepon dan kontak satu sama lain untuk mendapatkan bantuan dengan pertanyaan atau masalah
3.    Melahirkan kompetensi: menciptakan pemahaman bahwa peserta didik yang efektif dalam belajar sesuatu yang mereka nilai
Pembelajaran kooperatif mengembangkan keterampilan berpikir tingkat yang lebih tinggi (Webb 1982). Siswa terlibat dalam proses belajar, bukan pasif mendengarkan guru. Pasangan siswa (diikuti oleh tiga orang dan kelompok lebih besar) bekerja bersama-sama mewakili kelompok merupakan kerja sama paling afektif dari interaksi (Schwartz, hitam, aneh 1991) ketika siswa bekerja berpasangan satu orang yang mendengarkan sementara mitra lainnya membahas pertanyaan penyelidikan. Keduanya mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang bernilai dengan merumuskan ide-ide mereka, mendiskusikan, menerima umpan balik dan menanggapi pertanyaan dan komentar (Jhons, DW 1971; Peterson & swing 1985). Aspek pembelajaran kooperatif tidak menghalangi diskusi seluruh kelas. Pada kenyataannya diskusi seluruh kelas ditingkatkan dengan siswa berpikir di luar dan mendiskusikan ide-ide secara menyeluruh sebelum seluruh kelas membahas konsep ide. Selain itu guru sementara dapat bergabung dengan diskusi kelompok-kelompok lain untuk ide pertanyaan atau statments (pernyataan) yang dibuat oleh anggota kelompok atau untuk memperjelas konsep atau pertanyaan yang diajukan oleh siswa.
Pembelajaran kooperatif mendorong tingkat kinerja yang lebih tinggi (Bligh 19720). Meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan retensi informasi dan minat dalam meningkatkan materi pelajaran (Kulick 1979). Hal ini menciptakan siklus kinerja positif yang baik dalam membangun kepercayaan diri yang lebih tinggi yang pada gilirannya menyebabkan minat lebih dalam terhadap materi pelajaran dan kinerja yang lebih baik (Keller, 1983) para siswa berbagi kesuksesan mereka dengan kelompok mereka, sehingga keduanya baik individu maupun kelompok meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.
Membangun keterampilan dan praktek dapat ditingkatkan dan diciptakan kurang membosankan melalui kegiatan pembelajraan kooperatif yang digunakan baik dalam dan luar kelas (Tannerberg 1995) Dalam rangka untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, siswa perlu dasar informasi untuk bekerja. Memperoleh dasar ini sering membutuhkan beberapa derajat pekerjaan pengulangan dan memori. Ketika ini dilakukan secara individual, menyelesaian proces dapat menjemukan atau luar biasa. Ketika siswa bekerja sama proses belajar menjadi menarik dan menyenangkan meskipun sifat berulang dari proses pembelajaran. Male (1990) misalnya, telah mendokumentasikan dampak positif dari pembelajaran kooperatif dalam praktek menggunakan komputer.
Pembelajaran kooperatif mengembangkan keterampilan siswa komunikasi secara lisan (Yanger, Jhonson dan Jhonson 1985). Ketika siswa bekerja berpasangan salah satu pasangan menyampaikan idenya sementara yang lain mendengarkan, mengajukan pertanyaan atau komentar atas apa yang telah didengar. Klarifikasi dan penjelasan dari satu ide dan ide lainnya adalah bagian yang sangat penting dari proses kooperatif dan membutuhkan keterampilan berpikir yang lebih tinggi (Jhonson, Jhonson, Roy, zaidam 1985). Siswa yang menjadi tutor harus mengembangkan ide yang jelas dari konsep yang mereka sajikan dan berkomunikasi secaran lisan kepada pasangan mereka (Neer 1987)
4.    Meningkatkan makna; menciptakan menantang, pengalaman belajar bijaksana yang mencakup nilai-nilai dan perspektif peserta didik dan memberikan kontribusi ke masyarakat yang adil
Fokus pembelajaran kooperatif adalah untuk secara aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran (Slavin 1980). Setiap kali dua atau lebih siswa berusaha untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan dan mereka menjadi terlibat dalam proses pembelajaran eksplorasi. Upaya promotif interaksi, prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif, membangun rasa tanggung jawab siswa untuk diri mereka sendiri dan anggota kelompok mereka dan berpikir ketergantungan pada bakat satu sama lain, dan proses penilaian pembelajaran kooperatif pada penghargaan baik individu dan kelompok sehingga memperkuat ketergantungan ini (Baird & Putih 1984 ).
Selama proses kooperatif, siswa dapat terlibat dalam mengembangkan prosedur kurikulum dan kelas (Kort 1992). Mereka sering diminta untuk menilai diri sendiri, kelompok mereka, dan prosedur kelas (Meier & Panitz 1996). Guru dapat mengambil keuntungan dari masukan formatif tanpa harus menunggu hasil ujian atau evaluasi saja. Siswa yang berpartisipasi dalam penataan kelas menganggap kepemilikan dari proses dan pendapat mereka serta diberikan pengamatan kredibilitas. Pembelajaran koopratif membantu siswa menyapih diri dari guru mempertimbangkan sebagai sumber tunggal pengetahuan dan pemahaman (Felder 1997).
Fokus utama dalam pembelajaran kooperatif adalah proses belajar dan mereka berarti kelompok dengan fungsi individual yang independen dan dalam. Tingginya tingkat interaksi dan saling ketergantungan antara anggota kelompok mengarah ke “dalam” daripada belajar “permukaan” (Entwistle dan Tait, 1994), dan lebih menekankan pada pembelajaran yang lebih tinggi. Pembelajaran kooperatif adalah terpusat pada siswa, menyebabkan penekanan pada belajar serta mengajar dan untuk kepemilikan lebih dari tanggung jawab siswa untuk belajar itu. Sebaliknya, paradigma pengajaran lainnya terdiri dari usaha siswa, pengujian kompetitif untuk menilai kompetensi dan hirarki penilaian berdasarkan “orientasi nilai” bukan “orientasi belajar” (Lowman, 1987).
Siswa yang mengembangkan hubungan pribadi yang profesional dengan guru dengan mengenal mereka, dan yang bekerja pada proyek-proyek di luar kelas, mencapai hasil yang lebih baik dan cenderung untuk tetap bersekolah (Cooper 1994, Hagman & hayes 1986). Guru yang mengenal siswa mereka dan memahami gaya belajar mereka dan masalah siswa, sering bisa menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut dan siswa terinspiratif (Janke 1980). Menurut (Felder, 1997) diperoleh manfaat tambahan untuk siswa di daerah perbaikan kelas, penyimpanan informasi, mentransfer informasi ke program lain dan disiplin, dan kehadiran di kelas ditingkatkan. Ada korelasi positif yang kuat antara kehadiran kelas dan keberhasilan dalam program (Johson dan Jhonson 1989) yang dapat membantu menjelaskan peningkatan kinerja.
Siswa yang secara aktif terlibat dalam proses belajar jauh lebih mungkin untuk tertarik untuk belajar dan membuat lebih banyaak upaya untuk menghadiri sekolah (Astin 1977). Sebuah kelas di mana siswa berinteraksi menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk motivasi siswa yang tinggi dan partisipasi dan mahasiswa pertemuan (Treisman 1983, 1992.
Pembelajaran kooperatif panggilan inheren untuk manajemen diri sendiri oleh siswa (Resnick 1987). Dalam rangka untuk berfungsi dalam kelompok, siswa dilatih untuk siap dengan tugas dan mereka harus memahami materi yang akan mereka memberikan kontribusi untuk kelompok mereka. Mereka juga diberi waktu untuk proses perilaku kelompok seperti memeriksa satu sama lain untuk membuat tugas pekerjaan rumah, memastikan tidak hanya selesai tetapi dipahami. Interaksi ini promotif membantu siswa teknik manajemen belajar mandiri.
Pembelajaraan kooperatif meningkatkan ketekunan siswa dan kemungkinan berhasil menyelesaikan tugas (Felder 1997). Ketika individu terjebak mereka lebih cenderung untuk menyerah, namun kelompok jauh lebih mungkin untuk menemukan cara untuk terus berjalan. Konsep ini diperkuat oleh Johnsons (1990 p121) yang menyatakan, “Dalam situasi belajar, sasaran prestasi siswa berkorelasi positif, siswa dalam kelompok belajar juga mencapai tujuan mereka. Dengan demikian, siswa mencari hasil yang bermanfaat bagi semua orang dengan siapa mereka terkait bekerja sama”