A. Pelatihan untuk Perubahan
Kegiatan pelatihan bagi guru pada dasarnya merupakan suatu bagian yang
integral dari manajemen dalam bidang ketenagaan di sekolah dan merupakan upaya
untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya
diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Dengan kata lain, mereka dapat
bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas kinerjanya. Alan
Cowling & Phillips James (1996:110) memberikan rumusan pelatihan sebagai:
“perkembangan sikap/pengetahuan/keterampilan pola kelakuan yang sistematis yang
dituntut oleh seorang karyawan (baca : guru) untuk melakukan tugas atau
pekerjaan dengan memadai”
Dengan meminjam pemikiran Sondang Siagian
(1997:183-185) ,di bawah ini akan dikemukakan tentang manfaat penyelenggaraan
program pelatihan, baik untuk sekolah maupun guru itu sendiri.
Bagi sekolah setidaknya terdapat tujuh manfaat yang
dapat dipetik, yaitu: (1) peningkatan produktivitas kerja sekolah sebagai
keseluruhan; (2) terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan;
(3) terjadinya proses pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat; (4)
meningkatkan semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam prganisasi dengan
komitmen organisasional yang lebih tinggi; (5) mendorong sikap keterbukaan
manajemen melalui penerapan gaya manajerial yang partisipatif; (6) memperlancar
jalannya komunikasi yang efektif; dan (7) penyelesaian konflik secara
fungsional.
Sedangkan manfaat pelatihan bagi guru,
diantaranya : (1) membantu para guru membuat keputusan dengan lebih baik; (2)
meningkatkan kemampuan para guru menyelesaikan berbagai masalah yang
dihadapinya; (3) terjadinya internalisasi dan operasionalisasi faktor-faktor
motivasional; (4) timbulnya dorongan dalam diri guru untuk terus meningkatkan
kemampuan kerjanya; (5) peningkatan kemampuan guru untuk mengatasi stress,
frustasi dan konflik yang pada gilirannya memperbesar rasa percaya pada diri
sendiri; (6) tersedianya informasi tentang berbagai program yang dapat
dimanfaatkan oleh para guru dalam rangka pertumbuhan masing-masing secara
teknikal dan intelektual; (7) meningkatkan kepuasan kerja; (8) semakin besarnya
pengakuan atas kemampuan seseorang; (9) makin besarnya tekad guru untuk lebih
mandiri; dan (10) mengurangi ketakutan menghadapi tugas-tugas baru di masa
depan.
Selanjutnya, pada bagian lain Alan Cowling &
Phillips James (1996:110) mengemukakan pula tentang apa yang disebut learning orgazanizaton atau
organisasi yang mau belajar. Dalam hal ini organisasi diperlakukan sebagai
sistem (suatu konsep yang akrab disebut systems theory) yang
perlu menanggapi lingkungannya agar tetap hidup dan makmur. Menurut pandangan
ini, sebuah organisasi akan mengembangkan suatu kemampuan untuk menanggapi
perubahan-perubahan di dalam lingkungannya, yang memastikan bahwa trasformasi
internal terus-menerus terjadi.
Dengan demikian, suatu organisasi atau sekolah yang
mau belajar dapat dikatakan sebagai suatu organisasi yang memberikan kemudahan
kepada anggotanya untuk melakukan proses belajar dan terus-menerus mengubah
dirinya sendiri. Salah satu wujud sekolah sebagai learning organization adalah adanya kemauan
belajar dari para guru untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya, dan salah
satunya melalui kegiatan pelatihan. Dengan demikian, upaya belajar tidak hanya
terjadi pada kalangan siswa semata.
B.Langkah-Langkah Pelatihan
Agar kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh
suatu sekolah benar-benar dapat memberikan manfaat bagi kemajuan guru maupun
bagi organisasi itu sendiri, maka perlu ditempuh beberapa langkah dalam suatu
kegiatan pelatihan.
Alan Cowling & Phillips James (1996:110)
mengemukakan tentang pendekatan yang sistematis dalam pelatihan meliputi empat
tahap, yang mencakup : tahap I: mengenali kebutuhan-kebutuhaan, tahap II:
merencanakan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan itu, tahap III: Pelaksanaan
dan Tahap IV: evaluasi.
Sementara itu, Sondang Siagian (1997:185-203)
memaparkan tujuh langkah dalam kegiatan pelatihan, yaitu : (1) Penentuan
kebutuhan; (2) Penentuan sasaran; Penetapan Program; (3) Identifikasi isi
program; (4) Identifikasi prinsip-prinsip belajar; (5) Pelaksanaan program; (6)
Identifikasi manfaat; dan (7) Penilaian pelaksanaan program.
Dengan mengacu kepada kedua pemikiran di atas, berikut
ini akan diuraikan tentang tahapan-tahapan dalam kegiatan pelatihan, yang
mencakup: (1) penentuan kebutuhan; (2) penentuan sasaran; (3) penentuan
program; (4) penerapan prinsip-prinsip belajar; dan (5) penilaian kegiatan
1.Penentuan Kebutuhan
Penentuan kebutuhan merupakan langkah awal yang amat
penting untuk dilakukan . Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kebutuhan
secara cermat. Dengan melalui analisis kebutuhan yang cermat dapat diyakinkan
bahwa kegiatan pelatihan memang benar-benar perlu dilakukan, jadi tidak hanya
sekedar proyek yang sifatnya diada-adakan, tanpa hasil dan tujuan yang jelas.
Dalam mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan, terdapat tiga pihak yang perlu
dilibatkan, yaitu :
satuan organisasi (sekolah atau dinas pendidikan) yang
mengelola sumber daya manusia yang bertugas mengidentifikasi kebutuhan
organisasi secara keseluruhan, baik untuk kepentingan sekarang maupun dalam
kerangka mempersiapkan organisasi menghadapi tantangan masa depan;
para kepala sekolah; karena bagaimanapun mereka
merupakan orang-orang yang paling bertanggung jawab atas keberhasilan atau
kegagalan satuan-satuan kerja yang dipimpinnya. Dengan demikian, mereka
dianggap sebagai orang yang paling mengetahui jenis kebutuhan pelatihan yang
diperlukan.
guru yang bersangkutan; banyak sekolah yang memberikan
kesempatan kepada para gurunya untuk mencalonkan diri sendiri mengikuti program
pelatihan tertentu. Titik tolak pemberian kesempatan ini ialah bahwa para guru
yang sudah matang secara intelektual memiliki kecenderungan untuk menyadari
kelemahan-kelemahan yang masih terdapat dalam dirinya, sehingga membutuhkan
adanya usaha pembelajaran.
Bagaimanapun kegiatan pelatihan merupakan beban
anggaran tersendiri yang harus dipikul oleh sekolah. Oleh karena itu, jika
kegiatan pelatihan dilakukan tanpa adanya analisis kebutuhan secara cermat,
pada akhirnya dikhawatirkan tidak akan memberikan manfaat apa pun bagi guru
atau pun bagi sekolah. Dengan sendirinya, yang semula pelatihan dimaksudkan
untuk kepentingan efektifvitas dan efisiensi, malah terbalik menjadi kegiatan
yang hanya pemborosan saja.
2.Penentuan Sasaran
Berdasarkan analisis kebutuhan selanjutnya dapat
ditetapkan berbagai sasaran yang ingin dicapai dari suatu kegiatan pelatihan,
baik yang bersifat teknikal maupun behavioral. Bagi
penyelenggara, penentuan sasaran ini memiliki arti penting sebagai: (1) tolok
ukur kelak untuk menentukan berhasil tidaknya program pelatihan; (2) bahan
dalam usaha menentukan langkah selanjutnya, seperti menentukan isi program dan
metode pelatihan yang sesuai.
Sedangkan bagi peserta penentuan sasaran bermanfaat
dalam persiapan dan usaha apa yang seyogyanya mereka lakukan agar dapat
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari kegiatan pelatihan yang
diikutinya.
3.Penentuan Program
Setelah dilakukan analisis kebutuhan dan ditetapkan
sasaran yang ingin dicapai, selanjutnya dapat ditetapkan program pelatihan.
Dalam penentuan program terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan yakni
berkenaan dengan jawaban dari beberapa pertanyaan berikut:
Kemampuan apa yang hendak dicapai?
Materi apa yang perlu disiapkan?
Kapan waktu yang terbaik untuk dilaksanakan pelatihan?
Dimana tempat yang paling memungkinkan untuk
dilaksanakan pelatihan?
Berapa biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
pelatihan?
Siapa yang paling tepat untuk ditunjuk sebagai
instruktur?, dan
Bagaimana pelatihan itu sebaiknya dilaksanakan?
Jawaban pertanyaan-pertanyan ini pada intinya merujuk
kepada efektivias dan efisiensi kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan.
4.Penerapan Prinsip-Prinsip Belajar
Agar pelatihan ini dapat mencapai sasaran atau tujuan
yang diharapkan, maka kegiatan pelatihan berlangsung seyogyanya dapat
memperhatikan dan menerapkan sejumlah prinsip belajar. Karena peserta pelatihan
adalah orang dewasa maka penerapan prinsip-prinsip belajar orang dewasa penting
diperhatikan. Informasi masih lebih lanjut bisa dilihat dalam tautan ini
(9 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa)
Sementara itu, Nasution (Daeng Sudirwo,2002)
mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
Agar-agar seorang benar-benar belajar, ia harus
mempunyai suatu tujuan.
Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan
kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam
kesulitan dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga
baginya.
Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya
pula hasil sambilan. Misalnya tidak hanya bertambah keterampilan pekerjaannya
saja, tetapi juga memperoleh minat yang lebih besar dalam bidang yang
ditekuninya.
Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau
melakukan.
Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya
aspek intelektual namun termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan
sebagainya.
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang
lain.
Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari
harus benar-benar dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara
verbalistis.
Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya,
seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain. Misalnya, disamping memperoleh
keterampilan dari apa yang diberikan dalam pelatihan. Juga, seseorang memiliki
tujuan lain, seperti promosi jabatan, kepercayaan dari atasan dan sebagainya.
Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi
sukses yang menyenangkan.
Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului
oleh pemahaman.
Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat
untuk belajar.
5.Penilaian Pelaksanaan Program
Pelaksanaan suatu program dapat dikatakan berhasil
jika dalam diri peserta tersebut terjadi suatu proses transformasi. Proses
transformasi dapat dinyatakan berlangsung dengan baik apabila terjadi paling
sedikit dua hal, yaitu :
peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas
perubahan perilaku yang tercermin pada sikap,
disiplin, dan etos kerja.
Untuk mengetahui terjadi tidaknya perubahan tersebut
dilakukan penilaian, baik yang berkenaan dengan aspek teknis maupun behavioral. Dengan demikian, bahwa penilaian harus
diselenggarakan secara sistematis, dengan-langkah sebagai berikut:
penentuan kriteria keberhasilan yang ditetapkan
sebelum program pelatihan diselengggarakan
penyelenggaraan pre-test untuk mengetahui tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan para guru sekarang, guna memperoleh
informasi tentang program pelatihan apa yang tepat diselenggarakan.
pelaksanaan ujian pasca pelatihan untuk melihat apakah
memang terjadi transformasi yang diharapkan atau tidak dan apakah transformasi
tersebut tercermin dalam pelaksanaan pekerjaan masing-masing guru.
tindak lanjut yang berkesinambungan. Salah satu ukuran
tolok ukur penting dalam menilai berhasil tidaknya suatu program pelatihan
ialah apabila transformasi yang diharapkan memang terjadi untuk kurun waktu yang
cukup panjang di masa depan, tidak hanya segera setelah program tersebut
selesai diselenggarakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar