Minggu, 04 Januari 2015

Pintar Verbal Linguistik

Anak yang pintar berkata-kata, cerewet, kritis, senang bercerita atau mendengarkan cerita, adalah ciri-ciri anak pintar secara verbal linguistik

Kepintaran verbal-linguistik atau pintar berbahasa, menurut Howard Gardner - penggagas Multiple Intelligences, merupakan salah satu dari sembilan jenis kepintaran. Kemampuan ini penting, mengingat bahasa adalah kemampuan manusia yang utama.

Dengan bahasa, manusia dapat berinteraksi dan menjalin hubungan sosial dengan sempuma. Selain itu, dalam bukunya "Frames of Mind, " Gardner juga menyatakan bahwa, aspek retoris bahasa dapat membuat orang mampu berpendapat dan meyakinkan orang lain.

Karena kepintaran Verbal-Linguistik ini berhubungan erat dengan kemampuan dalam menggunakan kata-kata maupun berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan-maka, umumnya ciri-ciri anak yang mempunyai kepintaran ini, memiliki kemampuan merangkai kata- kata, sering juga dikenal sebagai anak cerewet maupun anak kritis.

Ciri lainnya, anak suka membaca buku, puisi, atau pun mengeluarkan pendapatnya dalam tulisan. Anak-anak ini pun gemar ‘bermain kata-kata’, humor atau pun menciptakan kata-kata baru. Dengan kata lain, anak-anak yang mempunyai kepintaran ini mampu memanfaatkan kata dan bahasa layaknya tongkat ajaib, atau bila perlu, seperti pedang.

Anak-anak yang pintar dibidang bahasa biasanya suka berbicara lebih cepat dan lebih sering. Mereka senang mengumpulkan kata-kata baru dan suka memamerkan perbendaharaan kata mereka pada orang lain. Mereka menyukai lelucon dan kalimat plesetan. Anak-anak yang masuk dalam kelompok ini suka memutar kaset berulang-ulang, sampai mereka hafal di luar kepala kalimat-kalimat panjang dari penulis favorit mereka.

PANDAI BICARA - PINTAR?

Anak yang pandai bicara, cerewet, mampu mengungkapkan banyak hal lewat bahasa, kerap dianggap anak pintar. Anggapan ada benamya. Sebab, kemampuan bicara erat kaitannya dengan kemampuan anak menyerap dan menyimpan informasi yang didengar atau diterimanya, untuk kemudian diproses dan diungkapkan lagi oleh anak dalam bentuk kata-kata.

Berbahasa juga berkaitan dengan logika atau proses berpikir seorang anak. Karena itu, kata Gardner, anak yang pintar berbahasa, dapat merangkai peristiwa dalam bentuk kata-kata/cerita yang bisa dimengerti orang lain, bisa memahami struktur, arti dan penggunaan bahasa dengan tepat. Tentu saja ini memerlukan keterampilan berflkir.

Anak disebut terampil secara linguistik bila ia mempunyai penguasaan bahasa yang baik dan benar. Misalnya, anak mampu memilih kata dan kalimat yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Keterampilan ini akan terus bertambah sesuai dengan perkembangan usia anak. Meningkat atau tidaknya tergantung sejauh mana pengalaman dan wawasan sosial yang diterimanya.

Namun, anak yang pintar berbahasa tak selalu pintar dalam aspek-aspek lainnya. Misalnya, belum tentu pintar secara logika matematika, atau pintar tubuh (bodily smart). Begitu juga anak yang pintar secara logika matematika, tak selalu pandai berkata-kata. Dalam banyak kasus, anak yang pendiam, maupun yang mengalami kesulitan bicara justru berkembang kepintaran lainnya.

Contohnya Albert Einstein. Eintein kecil ternyata anak yang sulit bicara, ia juga memiliki masalah disleksia (kesulitan menulis dan membaca). Justru dalam ‘kebisuannya’, Einstein menjadi pengamat yang luar biasa. Kepintaran logika matematikanya, membawanya menemukan teori relativitas yang hingga kini masih digunakan.

Meski belum tentu pintar pada aspek lainnya, anak yang pintar secara berbahasa, umumnya punya kepercayaan diri dan senang berkompetisi. Bisa dimengerti, mengingat anak yang terampil berbahasa, mempunyai penguasaan bahasa yang baik, bisa mengungkapkan pemikirannya dengan kata-kata tepat, bahkan dengan keterampilan tersebut anak dapat mempengaruhi lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar