Sabtu, 09 September 2017

Pretest bagi guru

apakah dengan diadakannya pretest bagi guru akan menjamin adanya peningkatan hasil belajar siswa?
apakah jika guru memperoleh nilai sempurna dalam UKG menjamin hasil kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan guru tersebut di kelas akan bagus?

hasil belajar utamanya diperoleh dari efektifnya cara guru mengajar, tepatnya pemilihan media dan strategi yang disampaikan guru. karena dengan ketepatan guru dalam menentukan model atau strategi pembelajaran yang dipilihnya serta di dukung dengan adanya media pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar yang akan disampaikan guru ke siswa.
ada kemungkinan jika hanya guru yang dituntut untuk meningkatkan kompetensi atau pengetahuannya, bisa saja hasil yang akan didapat dari kegiatan pembelajaran tetap kurang berhasil baik.

singkatnya, peningkatan kompetensi guru tidak bakal lantas menjamin bahwa hasil belajar anak akan berhasil, apabila tanpa di ikuti dengan adanya peningkatan kemampuan guru dalam memilah strategi, model serta media yang cocok diterapkan dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Selasa, 19 Juli 2016

Teknik Mengajar Matematika SD

Gunakan dramatisasi. Ajaklah peserta didik berpura-pura berada di sebuah bola (sphere) atau kotak (prisma), merasakan sisi-sisinya, ujung-ujungnya, dan sudutnya dan menyandiwarakan secara sederhana masalah aritmatika seperti: Tiga katak melompat dalam kolam dsb.
Menggunakan anggota tubuh peserta didik. Menyarankan agar peserta didik menunjukkan berapa banyak kaki, mulut, dan sebagainya. Ketika diminta untuk menampilkan “tiga tangan,â€‌ mereka akan menanggapi dengan protes keras, dan kemudian menunjukkan berapa banyak tangan yang mereka memiliki( “membuktikanâ€‌) ini. Kemudian mengajak peserta didik untuk menampilkan nomor dengan jari, dimulai dengan pertanyaaan sederhana, “Berapa usia Kamu?â€‌ Kemudian siswa diminta menunjukkan angka yang diminta guru. Selain itu guru menampilkan angka dalam berbagai cara (misalnya, menunjukkan lima dengan tiga pada jari tangan kiri dan dua di jari tangan kanan).
Menggunakan permainan. Melibatkan peserta didik bermain yang memungkinkan mereka untuk melakukan matematika dalam berbagai cara, termasuk pengurutan, menciptakan bentuk simetris dan bangunan, membuat pola, dan sebagainya. Kemudian memperkenalkan permainan jual-beli di toko, menunjukkan anak-anak permainan membeli dan menjual mainan atau benda kecil lainnya, belajar menghitung, aritmatika, dan konsep uang.
Menggunakan mainan. Mendorong peserta didik untuk menggunakan “adeganâ€‌ dan mainan untuk simulasi kejadian nyata, seperti tiga mobil di jalan, atau misalnya, untuk menunjukkan ada dua monyet di atas pohon dan dua di atas tanah.
Menggunakan cerita peserta didik. Bercerita tentang sebuah kisah menarik yang didalamnya berisi konsep matematika. Jika perlu diperagakan khususnya untuk memperjelas konsep matematikanya.
Gunakan kreativitas alami peserta didik. Menggali ide anak tentang matematika harus didiskusikan dengan mereka. Misal seorang anak 6 tahun ditanya begini: “Pikirkan angka terbesar yang kamu tahu, lalu tambah angka itu dengan lima. Bayangkan kamu memiliki coklat sejumlah angka ituâ€‌. “Wow, itu 5 angka lebih besar yang kamu tahuâ€‌.
Menggunakan kemampuan pemecahan masalah. Menanyakan anak-anak untuk menjelaskan bagaimana mereka mengetahui masalah-masalah seperti mendapatkan hanya cukup untuk mereka gunting tabel atau berapa banyak makanan ringan mereka perlu jika tamu yang bergabung dengan grup. Mendorong mereka untuk menggunakan jari-jari mereka sendiri atau apapun yang mungkin berguna untuk memecahkan masalah.
Menggunakan berbagai strategi. Bawalah matematika dimanapun di dalam kelas, dari menghitung jumlah peserta didik di pagi hari, menghitung meja kursi, meminta anak-anak untuk membersihkan barang yang ada nomor tertentu, atau membersihkan barang yang berbentuk geometris tertentu dsb.
Menggunakan teknologi. Cobalah gunakan kamera digital untuk memotret hasil kerja peserta didik, permainan dan aktifitas yang dilakukan, dan kemudian menggunakan foto untuk diskusi dengan peserta didik, perencanaan kurikulum, dan komunikasi dengan orang tua. Gunakan juga teknologi lain, seperti komputer secara bijak.
Gunakan assessment untuk mengukur penilaian anak-anak belajar matematika. Menggunakan observasi, diskusi dengan peserta didik, dan kelompok-kecil untuk kegiatan belajar anak-anak tentang matematika dan berpikir untuk membuat keputusan tentang apa yang mungkin setiap peserta didik dapat belajar dari pengalaman. Juga mencoba menggunakan komputer untuk penilaian menggunakan program secara otomatis

Lima Teknik Belajar Matematika

Kebanyakan orang Indonesia menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Karena itu, tidak mengherankan apabila sering kali nilai matematika adalah nilai terendah yang dijumpai oleh orang tua dalam raport anaknya. Tetapi, sesungguhnya menguasai pelajaran matematika bukanlah hal yang teramat sulit.
Kesulitan dalam belajar matematika bukan disebabkan oleh sulitnya materi pelajaran, melainkan karena cara pengajaran yang tidak mudah dimengerti atau tidak sesuai dengan karakter cara belajar si anak. Dengan menggunakan teknik belajar yang tepat, maka pelajaran matematika akan menjadi lebih mudah dan menyenangkan untuk dipelajari.
Dewasa ini terdapat banyak lembaga yang mengajarkan matematika dengan cara yang unik dan menarik yang dapat memperbaiki kemampuan anak-anak dalam belajar matematika. Lembaga-lembaga ini memiliki teknik yang berbeda-beda untuk membuat pelajaran matematika lebih mudah untuk dikuasai.
Berikut ini lima teknik atau metode belajar matematika yang membuat matematika menjadi mudah untuk dipelajari:

1. Metode Kumon
Kumon adalah metode pengajaran yang dikembangkan pertama kali oleh seorang guru matematika asal Jepang bernama Toru Kumon. Level awal untuk setiap anak tidak ditentukan berdasarkan tingkatan kelas atau usia, melainkan mulai dari level yang dapat ia kerjakan sendiri dengan mudah tanpa ada kesalahan.
Dalam kursus yang biasanya berlangsung seminggu 2 kali ini, anak akan diberi lembar kerja yang harus dikerjakan setiap hari di rumah. Dengan demikian, orang tua pun memegang peranan penting untuk mengawasi cara belajar anak di rumah.
Tak perlu takut anak akan menemukan soal-soal yang tidak dipahami dalam lembar kerja. Lembar kerjanya sendiri telah didesain sesuai dengan level anak, sehingga ia dapat memahami sendiri bagaimana menyelesaikan soal-soal tersebut. Selain itu, lembar kerja juga disusun secara sistematis, cermat, dan small steps (perbedaan antar topik bahasan tidak terlalu besar) yang dapat membantu membentuk kemampuan dasar matematika yang baik pada anak, sehingga memungkinkan anak mengerjakan level yang lebih tinggi tanpa kesulitan yang berarti.
2. Metode Gasing
Metode gasing (gampang, asyik, dan menyenangkan) diciptakan oleh Prof. Yohanes Surya, yang dikenal sebagai seorang pakar yang telah membimbing para siswa terbaik Indonesia untuk menjuarai Olimpiade matematika dan sains di tingkat dunia.
Lewat metode ini siapapun juga dapat belajar dan mengerti matematika. Dalam metode ini para peserta diminta untuk memahami konsep matematika sebelum mengerjakan soal latihan yang cukup banyak.
Topik yang dipelajari untuk menguasai pelajaran SD (kelas 1-6) adalah:
Penjumlahan
Perkalian
Pengurangan
Pembagian
Bilangan negatif
Aplikasi 1
Pecahan
Desimal
Aplikasi 2
Geometri (termasuk keliling, luas, skala dan sistem koordinat)
Tiap hari siswa belajar 4 jam (lewat program ekstra kurikuler ataupun lewat program khusus). Dalam waktu 4-6 bulan siswa akan mampu menguasai bahan kelas 1 sampai kelas 6.
Yang membedakan pembelajaran ini dengan pembelajaran matematika yang lain adalah:
Cara siswa belajar penjumlahan yang hasilnya dibawah 20.  Banyak siswa kesulitan menjumlahkan 8 + 9 = , 6 + 7 =, dsb
Penjumlahan dengan cara mencongak, baik penjumlahan 2 digit, 3 digit ataupun berapa digit pun
Cara menghafal perkalian 1 sampai 10
Perkalian dengan cara mencongak untuk 2 digit x 1 digit, 2 digit x 2 digit
Pembagian dan pengurangan dengan cara mencongak
Pemanfaatan bilangan dengan negatif dalam berbagai aplikasi penjumlahan, perkalian, pembagian dan pengurangan.
Pecahan dan desimal dengan cara mencongak.
3. Metode Jarimatika
Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode berhitung dengan menggunakan jari tangan.  Metode ini dikembangkan  oleh Septi Peni Wulandani sekitar tahun 2004. Meski hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode jarimatika mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang) sampai dengan ribuan.
Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : Dimulai dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan “alat”nya selalu tersedia bahkan saat ujian karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri. Sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah berikut :
• Dimulai dengan memahami konsep bilangan, lambang  bilangan dan  operasi hitung dasar
• Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.
• Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.
4. Metode Sempoa (Mental Aritmetika)
Aritmatika Mental diajarkan dengan menggunakan alat hitung kuno yang disebut sempoa. Sempoa yang digunakan merupakan alat bantu penghitung manual yang telah diperbarui sesuai dengan kaidah-kaidah Aritmatik sehingga mudah dicerna dan ditransformasikan ke dalam mental seseorang.
Program Pendidikan Mental Aritmatika Sempoa hanya melibatkan hitungan Penambahan, ( + ), Pengurangan ( – ), Perkalian ( x ) dan Pembagian ( : ).
Cara ini dapat mengembangkan mental/jiwa anak-anak melalui Aritmatika Mental. Anak-anak pada awalnya menggunakan alat bantu Sempoa setelah melewati masa yang khusus nantinya akan dapat menghitung bilangan/angka tanpa alat bantu apapun.
Tujuan Mental Aritmatika
Merangsang potensi otak sehingga berkembang dan mencapai fungsi yang maksimal.
Melatih daya imajinasi dan kreativitas.
Melatih daya logika dan sistematika berpikir.
Melatih daya konsentrasi dan daya ingat.
Meningkatkan kecepatan, ketepatan dan ketelitian dalam berpikir.
Memupuk rasa percaya diri dan sikap mental positif.
Membina minat pada pelajaran matematika.
5. Metode Mathemagics
MATHEMAGICS™ merupakan program pembelajaran matematika, yang dirancang dan dikembangkan oleh Ariesandi Setyono yang menitikberatkan pada pemahaman anak akan konsep dasar matematika yang benar. Pembelajaran Mathemagics menggunakan berbagai macam permainan sehingga menjadi suatu pengalaman yang sangat menyenangkan bagi anak. Pembelajaran yang dilakukan dengan hati riang gembira akan meninggalkan kesan mendalam sehingga anak akan lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan.
Dalam proses pembelajarannya, Mathemagicsakan meningkatkan rasa percaya diri anak, sehingga mereka akan mampu dan berani untuk mengerjakan soal dan mencoba untuk menyelesaikannya.
Mathemagics mengajarkan metode aljabar, konsep berhitung dasar seperti penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pangkat, akar, dan pecahan, dengan memperhatikan aspek psikologis anak. Tujuannya adalah untuk membuat pembelajaran matematika menjadi lebih mudah untuk semua anak, dengan mengakomodasi gaya belajar mereka masing-masing. Sebuah perubahan penting, yang pasti dialami anak yang belajar di Mathemagics, yaitu matematika menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Satu pengalaman belajar yang hampir tidak pernah dirasakan anak dalam mempelajari matematika saat ini.


Manfaat UKG Bagi Guru

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh, uji kompetensi memiliki banyak manfaat bagi para guru. "Semua profesi harus jelas kompetensinya. Apalagi sekarang bukan hanya guru, wartawan juga uji kompetensinya," kata M Nuh di hadapan para wartawan di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (10/2/2012).
Uji kompetensi, katanya, merupakan langkah awal bagi para guru untuk menuju sertifikasi. Setiap guru yang sudah tersertifikasi nantinya akan mendapatkan tunjangan sebesar Rp1,3 juta per bulan. 

"Bayangkan berapa banyak dana yang harus dikeluarkan pemerintah untuk membayar tunjangan tersebut jika semua guru sudah tersertifikasi? Kan sayang pengeluaran yang demikian besar tapi tidak sebanding dengan kontribusi yang diberikan," ujarnya menjelaskan.
Selain bermanfaat bagi para tenaga pendidik, uji kompetensi juga dapat dimanfaatkan oleh LPTK dan perguruan tinggi. LPTK, menurut Nuh, dapat melakukan analisa terhadap hasil Ujian Nasional (UN) untuk melihat kualitas sekolah tersebut termasuk para guru di bidang mata pelajaran yang di-UN-kan. 
Tidak hanya itu, mantan Rektor Instut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini mengimbuhkan, hasil uji kompetensi bisa digunakan LPTK sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas guru di berbagai daerah yang memiliki nilai rendah.
 "Caranya bisa dengan menggelar seminar maupun pelatihan-pelatihan. Sehingga pendistribusian guru lebih merata," katanya menambahkan.
Sementara bagi perguruan tinggi, lanjutnya, hasil uji kompetensi bisa menjadi evaluasi kampus terhadap para lulusannya. Nantinya, perguruan tinggi bisa melihat bagaimana nilai uji kompetensi guru yang merupakan lulusan kampus tersebut. 
"Sehingga mereka dapat melakukan perbaikan atau meningkatkan kurikulum yang ada," ujar mantan Menteri Komunikasi dan Informatika itu.

Peran PGRI dan Mutu Pendidikan

Kemajuan dunia pendidikan di tentukan oleh segenap pemangku pendidikan. Pendidiakan bukan urusan semata belaka melainkan semua pihak harus peduli, ada kesadaran dari partisipasi dan akhirnya ada tangung jawab dari semua pihak untuk membangun dunia pendidikan berkualitas (Musaheri : 2007). Dalam membangun dunia pendidikan dewasa ini, memerlukan berbagai elemen yang mendukungnya. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat diperlukan dalam era globalisasi saat ini. Dengan adanya pendidikan yang baik dan benar, secara langsung kita telah mempersiapkan generasi masa depan yang yang cemerlang dan kehidupan yang layak.
Dalam pendidikan, yang paling ditekankan adalah prosesnya, karena pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung dari diri peserta didik karena itu pendidikan sangat menekankan pada proses, maka sebagai pendidik kita harus mengetahui bahwa tumpuan utama pendidikan ada pada pendidikan dan peserta didik.
Pendidikan merupakan proses pendewasaan bagi anak didik dan sebagai media pengembangan segenap potensi yang dimiliki sehingga pada akhirnya anak didik mampu mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Dalam proses pendidikan Peserta didik sangat memerlukan pertolongan dari seorang guru dalam bentuk bimbingan, pembalajaran atau pelatihan supaya rohaninya (fikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani) berkembang dan jasmaninya (fisik dan panca indra) tumbuh sehat. Disitulah urgensi keberadaan guru sangat dipentingkan.
Kunci sukses pembelajaran adalah dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek, bukan objek pembelajaran. Pembelajaran bisa efektif bila menempatkan peserta didik sebagai pusat kegiatannya. Sedangkan guru menghargai dan menghormati masing-masing pribadi peserta didik, keunikan, kemampuan dan potensi belajar mereka. Penerimaan apa adanya akan menciptakan suasana yang merdeka dan nyaman, sehingga dapat membangun relasi pribadi dengan guru dan temannya secara bebas dan terbuka. Mereka akan selalu jujur mengekspresikan apa yang dirasakan di dalam hati dan mengutarakan gagasan yang ada dalam pikirannya. Yang pada akhirnya proses pembelajaran betul-betul mampu mengejawantahkan tujuan hakiki dari pendidikan yakni memanusiakan manusia. Atau dalam bahasa yang berbeda bisa membentuk manusia seutuhnya.
Guru harus mampu dan memiliki kepekaan menangkap kata-kata dan bagaimana cara mengatakannya sehingga mudah dimengerti oleh peserta didik. Disinilah diperlukan kreatifitas dan kemampuan agar betul-betul bisa berbuat sesuai kebutuhan anak didik. Akan menjadi mala petaka pendidikan jika tuntutan tersebut tidak bisa dipenuhi oleh seorang guru. Dan dengan sendirinya apa yang menjadi pesan yang harus disampaikan oleh guru tidak tersampaikan.
Dalam hal ini Guru tidak sekedar mendengarkan kata-kata yang terucap, tetapi juga yang secara non verbal maksudnya ketika mendengarkan sikap guru tidak mengadili, namun sungguh menempatkan diri sebagai pendengar yang baik. Guru juga harus melaksanakan 4 kompetensinya diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional.
Guru sebagai tenaga inti kependidikan memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi peserta didik secara maksimal dan membangun pertumbuhan yang dapat menunjang perkembangan peserta didik. Dengan demikian, guru harus memiliki modal dasar penting dalam mengarahkan peserta didik untuk mencapai yang diharapkan baik perkembangan ranah afektif, kognetif dan psikomotoriknya.
Dalam upaya mewujudkan hal tersebutlah peranan PGRI sebagai organisasi yang menghimpun para guru diperlukan. PGRI dituntut bisa mengikuti perkembagan terbaru dalam pendidikan. Sehingga dengan demikian PGRI lebih mudah untuk melahirkan program-program yang sesuai dengan tuntutan masa kini. Yakni tuntutan pendidikan di bawah gebrakan globalisasi dengan segala dinamikanya. Artinya dalam konteks kekinian PGRI dituntut mampu menyusun program-program yang dapat membantu meningkatkan kemampuan guru dalam segala aspek. Mulai dari kamampuan secara intelektual maupun kamampuan-kemampuan yang lain yang bisa menambah kecakapan guru. Sebab dengan demikian sebagai organisasi guru, PGRI akan mampu mambantu meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Hal ini merupakan tugas penting PGRI sebagai organisasi guru dalam menyiapkan guru-guru masa depan. Yakni guru yang betul-betul mampu menjadi tumpuan dalam proses pembelajaran. Sebab masih diyakini bahwa proses pendidikan sangat ditentukan oleh keberadaan seorang guru. Maka dalam melakukan proses tersebut profesionalisme seorang guru menjadi prasyarat wajib menuju pendidikan yang bermutu, pendidikan yang berkualitas. Yang pada akhirnya juga akan mampu menyiapkan kader-kader yang berkualitas dan siap berdialektika dengan segala tuntutan keadaan baik yang dihadapi maupun akan diihadapi.


Fungsi Dan Tugas PGRI

Adapun yang menjadi tugas dan fungsi PGRI :
  1. meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap tiuhan yang maha esa
  2. membela, mempertahankan, mengamankan dan mengamalkan Pancasila
  3. Mempertahankan dan melestarikan negara kesatuan RI
  4. Meningkatkan Integritas bangsa serta menjaga tetap terjamin dan terpeliharanya keutuhan kesatauan dan persatuan bangsa
  5. melaksanakan dan mengembangkan sistem pendidikan nasional
  6. membina dan bekerjasama dengan himpuna profesi dan keahlian sejenis dibidang pendidikan yang secara sukarela menyatakan diri bergabung dan atau bermitra dengan PGRI
  7. mempersatukan semua guru dan tenaga kependidikan disemua jenis,jenjang dan kesataun pendidikan dan peran serta didalam pembanguna nasional
  8. mengupayakan dan mengevaluasi terlaksananya sistem sertfikasi,akreditasi dan lisensi bagi pengukuahan kompetensi profesi guru
  9. menegakan dan melaksankan kode etik dan ikrar guru indonesia sesuai dengan peraturan organisasi
  10. mengadakan hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan organisasi yang bergerak dibidang pendidikan dan atau organisasi kemasyarakatan umumnya dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan
  11. memelihara, membina dan mengembangkan kebudayaan nasional serat memelihara kebudayaan daerah dalam rangka memperkaya kebudayaan nasional
  12. Menyelenggarakan dan membina anak lembaga PGRI
  13. memelihara dan mempertinggi kesadaran guru akan profesinya untuk , meningkatkan mutu keahlian ,kemampuam, pengabdian prestasi dan kerjasama
  14. Membina usaha kesejahteraan guru daloam arti yang luas dan membantu serta memperjuangkan hak-hak anggota dalam bidang ketenagakerjaan
  15. melaksanakan prinsip dan pendekatan ketenaga kerjaan dal;am upaya meningkatkan harkat dan martabat guru melalui peningkatan kesejahteraan anggota
  16. memperkuat kedudukan, wibawa dan martabat guru serta kesetiakawan organisasi
  17. Membina dan meningkatkan hubungan kerjasama denmgan organisasi guru luar negeri dengan mengutamakan kepentingan nasional
  18. Melakukan pengawasan sosial dan fungsional atas pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

Senin, 18 Juli 2016

Kerangka PTK

Kerangka Penyusunan PTK : 
BAB I PENDAHULUAN (introduction) 
A. Latar Belakang 
B. Identifikasi Masalah 
C. Batasan Masalah 
D. Rumusan Masalah 
E. Tujuan Penelitian 
F. Mafaat Penelitian 
1. guru 
2. siswa 
3. sekolah 
BAB II KAJIAN PUSTAKA   atau LANDASAN TEORI 
A. Kajian Teori 
B. Hasil Penelitian yang Relefan 
C. Kerangka Berpikir 
D. Hipotesis Tindakan 
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 
A. Sekolah Penelitian 
B. Subjek Penelitian 
C. Metode Penelitian 
D. Jadwl Penelitian 
E. Prosedur Penelitian 
1. Siklus 
a. Plan (rencana) 
b. Action (tindakan) 
c. Observasi 
d. Refleksi 
2. banyaknya siklus .... 
3. Siklus I : langkah-langkah tindakan 
F. Instrumen 
1. Instrumen Pembelajaran: RPP, LKS 
2. Instrumen Pengumpulan Data : Lembar Obserfasi, angket/ tes 
G. Teknis Analisis Data 
H. Indikator Keberhasilan 
BAB IV LAPORAN TINDAKAN KELAS BAB IV SIMPULAN 
Selamat Mencoba Berkarya (mudah-mudahan menjadi informasi yang bermanfaat)

Program Guru Pembelajar

Program Guru Pembelajar adalah salah satu upaya dalam peningkatan kapasitas guru honorer melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) yang ditujukan untuk para guru non Pegawai Negeri Sipil (Non PNS).
Program ini dikembangkan oleh Kemdikbud pasca UKG tahun 2015 lalu. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru. Artinya guru disuruh lagi belajar untuk meningkatkan kompetensinya lewat pelatihan baik berupa tatap muka maupun online.
Sebagai mana kita tahu nilai standar minimum UKG untuk tahun 2016 adalah 65 naik 10 poin dibanding standar minimum UKG 2015 lalu yang hanya 55 poin. Saat ini program guru pembelajar baru diikuti sekitar 1200 an orang yang terdiri dari guru yang memiliki nilai Uji Kompetensi Guru (UKG) diatas 80, Widyaiswara dari LPMP dan PPPTK, dan dosen. Nantinya mereka akan ditunjuk menjadi instruktur bagi guru lainnya di seluruh Indonesia 
Jenis dan Model Pelatihan Guru Pembelajar 
Program guru pembelajar menggunakan 3 metode yakni

1. Tatap Muka (TM) Guru Pembelajar
2. Full Daring atau online penuh
3. Campuran atau kombinasi antara tatap muka dan online (blended)
Penentuan model (di program guru pembelajaran disebut ‘moda’) bukan berdasarkan nilai UKG, melainkan berdasarkan hasil analisis UKG.
Dari hasil UKG tekah didapat profil Guru Pembelajar yang berisi informasi kompetensi apa saja yang sudah dikuasai dan kompetensi apa yang belum dikuasai.
dari peta kompetensi di atas terlihat ada 3 kompetensi yang berwarna merah (capaian UKG pada kompetensi tersebut di bawah kriteria capaian minimum). Ini berarti guru tersebut belum kompeten di 3 kompetensi guru. Jumlah inilah yang menjadi acuan moda Guru Pembelajar yang akan ia ikuti, BUKAN nilai UKG. Secara ringkas berikut adalah moda Guru Pembelajar yang harus diikuti berdasarkan peta kompetensi hasil UKG:
Moda Tatap Muka : Guru memiliki 8-10 Kompetensi di bawah Kriteria (mari kita sebut nilai merah agar lebih mudah diingat) atau Guru yang berada di daerah 3T atau Guru yang tidak memungkinkan mengikuti moda Daring. Moda tatap muka ini dapat menggunakan pola tatap muka penuh atau pola IN-ON-IN
Moda Daring [Penuh], terdiri dari 2 model, model 1 diperuntukan bagi guru yang memiliki nilai merah sebanyak 3-5 nilai dan berada di daerah yang memiliki akses internet. Model 2 diperuntukan bagi guru dengan nilai merah 6-7 nilai dan lokasi kerja berada jauh dari lokasi yang digunakan sebagai lokasi tatap muka. Perbedaan dari kedua model ini adalah pada model 1 Guru Pembelajar akan difasilitasi oleh 1 orang pengampu secara langsung sedangkan pada model 2 Guru Pembelajar difasilitasi oleh 1 orang mentor dan 1 orang pengampu. Guru Pembelajar berkomunikasi secara langsung dengan mentor, bukan dengan pengampu.
Moda Daring Kombinasi, diperuntukan bagi guru dengan nilai merah sebanyak 6-7 nilai, berada di wilayah dengan jaringan internet.
Jadi saya ulangi kembali bahwa penentuan ini BUKAN berdasarkan NILAI UKG. Semoga postingan ini bisa meluruskan informasi yang sudah beredar.


Penerapan metode belajar dengan bermain

Metode belajar dengan bermain dapat diterapkan dengan berbagai macam cara
diantaranya guru memberikan contoh mendendangkan lagu sambil menunjuk bagian tubuhnya dan guru meminta muridnya untuk bernyayi bersama-sama seperti lagu” dua mata saya hidung saya satu dua kaki saya pakai sepatu baru, dua telinga saya yang kiri dan kanan satu mulut saya tidak berhenti makan”, dengan diberikan metode seperti itu peserta didik diharapkan akan lebih cepat menerima materi tentang organ tubuhnya, setelah itu pendidik diharapkan menerangkan kembali tentang apa pembahasan yang disampaikanya. Guru sebagai pendidik juga bisa menjelakan dengan cara menunjuk bagian tubuhnya dan murid diminta mengikutinya, guru meminta murid maju kedepan dan menyebutkan bagian tubuh yang ditunjuk, guru mendekte soal latihan dan menunjuk salah seorang murid (bergantian) untuk menjawabnya, murid menjawab berdasarkan imajinasinya terhadap gambar, murid juga diminta untuk menuliskan jawabanya dibuku latihan tulisnya. Bermain tebak-tebakan guru meminta muridmemperagakan kegiatan ini dan menjawab apa yang terjadi secara lisan, setelah selesai peragaan, semua murit diminta melengkapi kalimat sesuai dengan respon imajenasinya.
Peserta didik diberikan waktu renggang untuk memikirkan jawabanya sehingga peserta didik dapat berfikir sendiri sesuai apa yang ada di fikiranya, dengan demikian peserta didik skan sedikit banyak bisa mengembangkan imajinasinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Namun disamping itu pendidik harus senantiasa mengontroldan memperhatikan tiap peserta didik agar pembelajaran dikelas tetap berjalan dengan baik dan tidak akan muncul kegaduhan di sela-sela pembelajaran. Belajar dengan bermain sebenarnya banyak cara penerapanya kususnya di Sekolah Dasar sebab di usia sekolah dasar peserta didiknya harus senantiasa di kembangkan kemampuan dan kreatifitasnya dalam aspek apapun agar peserta didik dapat berkembeng dengan baik dan mampu mempelajari pelajaran-pelajaran dengan maksimal dan memahami materi yang disampaikan pendidik.
Selain dengan hal di atas,guru juga dapat menerapkan metode belajar dengan bermain ini pada kelas rendah di Sekolah Dasar dengan mengajak para murid untuk belajar di luar ruang kelas. Misalnya saja pada mata pelajaran IPA guru mengajak murid untuk langsung mengetahui beberapa jenis tumbuhan beserta manfaatnya. Dengan langsung mengetahui objek yang dipelajari akan membuat siswa menjadi lebih cepat menguasai materi dibanding dengan guru menggunakan metode caramah yang belum tentu semua murid mengetahiu objek yang dipelajari saat itu. Dalam pembelajaran IPA yang lain misalnya yaitu proses mencangkok yang harus dipraktekkan,guru bisa mengajak murid-muridnya keluar kelas untuk praktek dan sebelumnya siswa membawa bahan dari rumah apabila di lingkungan sekolah tidak ada tumbuhan yang bisa dicangkok. Selain dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk belajar,peserta didik juga dapat diajak untuk melakukan praktik baik di dalam maupun di luar kelas.Lapangan di sini merupakan lingkungan sekolah atau tempat-tempat yang mendukung untuk berlangsungnya pembelajaran.Praktik yang dilakukan tidak seperti halnya praktik pada tingkat pendidikan atas namun praktik ini lebih mengutamakan pemahaman siswa akan materi melalui permainan. Sebagai contoh dalam praktik mata pelajaran IPA yang membahas mengenai cara perkembangbiakan tumbuhan dengan cara cangkok,maka guru dapat membagi murid kedalam bebrapa kelompok untuk menyiapkan beberapa bahan cangkokan dan nantinya setelah semua bahan terkumpul guru akan memberikan perintah untuk melakukan pencangkokan dengan dibimbing langsung oleh guru.
Para siswa akan cepat hafal tahap-tahap pencangkokan dengan praktik langsung karena mereka dapat mengetahui cara dan bentuk dari materi yang sedang mereka pelajari,dibandingkan dengan mereka hanya melihat gambar dari tahap cangkok. Walaupun metode ceramah lebih efisien namun metode ini kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika dilihat dari tingkat minat siswa,sepertinya siswadi Sekolah Dasar terutama di kelas rendah,  lebih tertarik dengan metode belajar dan bermain dibanding dengan metode yang biasa mereka peroleh selama ini yaitu ceramah yang membuat peserta didik menjadi jenuh dalam proses belajarnya. Hal ini dikarenakan usia peserta didik yang masih kecil menjadikan bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan sehingga guru perlu mengaplikasikan belajar dan juga bermain di dalam proses pembelajaran. Pada dasarnaya penerapan metode ini hanya terfokus pada kreatifitas guru untuk menciptakan permainan baru yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Dengan demikian guru dituntut untuk lebih aktif dalm menciptakan pembelajaran-pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi semua siswa.
Kembali lagi pada penerapan metode belajar dan bermain,sebenarnya guru tidak perlu memikirkan berbagai macam tempat untuk melaksanakan pembelajaran. karenaini semua dapat dilakukan di lingkungan sekitar sekolah,di tempat itu sudah banyak media yang dapat dipergunakan sebagai bahan ajar yang mendukung. Selain itu dengan media-media lain juga dapat dilakukan pembelajaran dengan metodeseperti ini,misalnya saja guru menciptakan media sederhana yang tepat guna.Dan juga media tidak harus baru,dari barang-barang bekas juga bisa dijadikan bahan pembuatan media.Maka pembelajaran tidak perlu jauh-jauh ke tampat yang terdapat media yang sesungguhnya.Ini disiasati agar menghemat waktu dan juga biaya. Bayangkan saja apabila terdapat materi baru dan kita harus mendatangi tempat itu,betapa tidak efisiennya pembelajaran yang dilakukan dan waktu pun juga akan banyak yang terbuang sia-sia.
Pengambilan nilai sendiri dilakukan dengan cara mengamati siswa, apakah aktif dan hasil akhir. karena walupun dengan bermain,namun unsur pembelajaran tidak boleh dihilangkan. Hal yang perlu dicermati dalam pelaksanaan metode ini yaitu siswa jangan sampai terlalu larut dalam permainan,hal ini dapat menyebabkan siswa kehilangan materi yang ia pelajari. Inilah tugas guru untuk mengawasi siswa agar tetap pada kegiatan belajar walaupun dalam penerapannya diaplikasikan dengan bermain. Bermain yang dimaksudkan bukanlah bermain yang dilakukan anak-anak seperti kita ketahui bersama,namun bermain di sini terdapat unsure belajar atau dapat dikatakan permainan yang dilandasi oleh pembelajaran. Hingga pada akhirnnya tujuan pembelajaran dapat tercapai  dengan sempurna.
Didalam metode belajar dan bermain siswa akan lebih ditekankan untuk aktif dan merasakan pengalaman belajar langsung melalui pengalaman yang mereka alami. Pengalaman- pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan baru yang ada didalam alam dapat disisipkan dalam permainan. Selain itu didalam metode belajar dengan bermain siswa bisa diajak untuk bermain peran, bernyanyi, berdiskusi, memeragakan sesuatu, disitulah anak akan merasa lebih dekat dengan alam. Dan anak-anak akan merasa senang dan tidak mudah jenuh dengan pembelajaran yang disampaikan oleh guru. IPA adalah pelajaran tentang alam. Jika anak dekat dengan anak maka anak akan terangsang dengan sendirinya untuk memiliki rasa ingin tahu yang besar. Semakin mereka banyak tahu, semakin banyak pula yang ingin  mereka cari tahu lagi.   Untuk itu seorang guru sangat perlu untuk memiliki imajinasi dan kreatifitas untuk menciptakan metode-metode bermain yang nyaman untuk anak dan sesuai dengan pelajaran yang disampaikan. Selain itu guru juga harus memberikan peluang seluas luasnya agar siswa dapat belajar lebih bermakna dengan memberikan respon yang mengaktifkan semua  siswa  secara positif dan edukatif. Karena itu merupakan salah satu trik dalam metode belajar dengan bermain.
Dari penerapan belajar dengan bermain IPA di Sekolah Dasar kususnya kelas rendah pendidik yang mempunyai dan memegang peran penting di dalam penerapanya, pendidik harus senantiasa mengembangkan kekreatifitasan,kemampuanya dan pengetahuanya tentang apa saja yang terdapat pada pelajaran IPA dan menguasai berbagai materi tntang IPA secara utuh,tepat dan memiliki, bisa bertanggung jawab dengan apa yang telah atau akan diterapkanya  sehingga peserta didik dapat menerima materi dengan baik dan tepat sesuai dengan apa yang dipelajarinya.
Pendidik juga sebagai penanggung jawab yang memegang penuh situasi dan kondisi kelas yang diajarnya agar senantiasa peserta didik merasa senang dengan belajarnya dan membuat peserta didik betah dengan pelajaran yang dipelajarinya. Mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) banyak sekali cara menerangkan dan mengajarkanya, sebab didalam pelajaran IPA media-media untuk mengajar sangat mudah untuk ditemukan sebagai media mengajar yang salah satunya yaitu pembelajaran yang diselipi permainan didalam proses pembelajaran, dengan demikian belajar dengan bermain ckup baik untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas rendah Sekolah Dasar sebab dengan belajar yang diimbangi dengan permainan sehingga memudahkan bagi peserta didik untuk mengerti dan memahami materi yang diperolehnya baik secaara pemikiran maupun praktikny.

Kelebihan dan kekurangan metode belajar dengan bermain IPA SD.
Sebutan Sekolah Dasar mengandung makna tempat yang nyaman untuk Belajar.Berdasarkan makna dimaksud, maka pelaksanaan program kegiatan belajar harus menciptakan suasana nyaman bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pembelajaran tidak seperti di Sekolah Menengah Pertama. Oleh karena itu guru Sekolah Dasar  harus memperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, kesesuaian alat bermain serta metode yang digunakan.Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan serta lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan anak didik, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Hal diatas meupakan contoh perkembangan system belajar mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Namun dalam sekolah dasar sebenarnya tidak semua kelas memperoleh system belajar dengan bermain,hanya kelas rendah saja yang pada umumnya memperoleh karena mereka butuh penyesuaian dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.
Pemahaman mengenai konsep bermain tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Pemahaman mengenai konsep bermain sudah barang tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak.Pengamatan ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak dan akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pada saat bermain guru perlu mengetahui saat yang tepat untuk melakukan atau menghentikan intervensi. Apabila guru tidak memahami secara benar dan tepat, hal itu akan membuat anak frustasi atau tidak kooperatif dan sebaliknya. Melalui bahasa tubuh si anakpun kita sudah dapat mengetahui kapan mereka membutuhkan kita untuk melakukan intervensi.
Keuntungan yang diperoleh para siswa dari pembelajaran ini yaitu memperoleh pengalaman nyata yang dapat dirasakan langsung oleh oara peserta didik dan juga mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan,sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Selain itu siswa atau peserta didik dapat memperoleh pengetahuan serta pembelajaran yang baru dimana peserta didik tersebut senang dengan pembelajaran yang diajarkan kepada mereka serta mereka juga mendapatkan kegembiraan dalam setiap kegiatan belajarnya. Bukan hanya itu, belajar dengan bermain di kelas renndah Sekolah Dasar akan lebih memudahkan pendidik untuk menempatkan dirinya diantara para peserta didik sehingga diantara peserta didik dan pendidik akan memiliki hubungan yang lebih erat seperti hubungan dengan sahabatnya sendidri dimana antara pendidik dan peserta didik dapat berbaur dalam suatu situasi dimana pendidik akan bisa lebih mudah mengontrol perkembangan peserta didiknya dan mengetahui mana saja peserta didiknya yang lebih cepat bisa menerima materi yang diberikanya dan mana saja peserta didik yang kurang bisa memahami materi yang diberikan sehingga pendidik akan lebih mudah membimbing peserta didiknya agar peserta didiknya dapat menguasai materi yang diajarkanya secara menyeluruh tanpa ada yang tertinggal. Belajar dengan bernain pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Skolah Dasar khususnya da kelas rendah sedikit banyak bisa membantu peserta didik untuk berkembang dan lebih mudah mengenal alam sekitarnya, apa saja yang ada di lingkungan sekitarnya alam, organ-organ tubuh yang ada baik flora maupun fauna, bagaimana mereka bisa menjaganya tanpa merusaknya dan dapat merawat alam atau lingkungan hidupnya agar semakin bersih dan nyaman untuk ditempati oleh makhluk hidup serta menjauhkan alam dari kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri yang secara masal menggunduli hutan yang menjadi tempat resapan air dimuka bumi dan menyebabkan terjadinya banyak sekali bencana alam, sebagai penerus generasi yang baru peran para peserta didik diharapkan bisa menjaga lingkungan sekitarnya dengan baik sehingga mulai sejak dini sudah tertanamkan pembelajaran seperti ini walaupun didalamya diselipkan atau dimasuku dengan permainan, dimana permainan itu berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang menjadi materi dalam belajarnya.
Jika dilihat dari tingkat minat siswa,sepertinya siswadi Sekolah Dasar terutama di kelas rendah,  lebih tertarik dengan metode belajar dan bermain dibanding dengan metode yang biasa mereka peroleh selama ini yaitu ceramah yang membuat peserta didik menjadi jenuh dalam proses belajarnya. Hal ini dikarenakan usia peserta didik yang masih kecil menjadikan bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan sehingga guru perlu mengaplikasikan belajar dan juga bermain di dalam proses pembelajaran.
Hal yang perlu dicermati dalam pelaksanaan metode ini yaitu siswa jangan sampai terlalu larut dalam permainan, hal ini dapat menyebabkan siswa kehilangan materi yang ia pelajari. Inilah tugas guru untuk mengawasi siswa agar tetap pada kegiatan belajar walaupun dalam penerapannya diaplikasikan dengan bermain.
Keuntungan yang diperoleh para siswa dari pembelajaran ini yaitu memperoleh pengalaman nyata yang dapat dirasakan langsung oleh para peserta didik dan juga mampu untuk menerapkannya dalam kehidupan,sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Selain itu siswa atau peserta didik dapat memperoleh pengetahuan serta pembelajaran yang baru dimana peserta didik tersebut senang dengan pembelajaran yang diajarkan kepada mereka serta mereka juga mendapatkan kegembiraan dalam setiap kegiatan belajarnya. Bukan hanya itu, belajar dengan bermain di kelas rendah Sekolah Dasar akan lebih memudahkan pendidik untuk menempatkan dirinya diantara para peserta didik sehingga diantara peserta didik dan pendidik akan memiliki hubungan yang lebih erat seperti hubungan dengan sahabatnya sendiri dimana antara pendidik dan peserta didik dapat berbaur dalam suatu situasi dimana pendidik akan bisa lebih mudah mengontrol perkembangan peserta didiknya dan mengetahui mana saja peserta didiknya yang lebih cepat bisa menerima materi dan peserta didik yang kurang bisa memahami materi sehingga pendidik akan lebih mudah membimbing peserta didik agar dapat menguasai materi yang diajarkanya secara menyeluruh tanpa ada yang tertinggal.
     Belajar dengan bermain pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar khususnya da kelas rendah sedikit banyak bisa membantu peserta didik untuk lebih mudah mengenal alam sekitarnya, apa saja yang ada di lingkungan sekitarnya, alam, organ-organ tubuh yang ada baik flora maupun fauna, bagaimana mereka bisa menjaga tanpa merusaknya dan dapat merawat lingkungan hidupnya agar semakin bersih dan nyaman untuk ditempati oleh makhluk hidup serta menjauhkan alam dari kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia itu sendiri yang secara masal menebang hutan secara ilegal yang menjadi tempat resapan air di bumi dan menyebabkan terjadinya bencana alam, sebagai generasi penerus, para peserta didik diharapkan selalu menjaga lingkungan dengan baik sehingga mulai sejak dini harus ditanamkan pembelajaran seperti ini walaupun didalamya diselipkan permainan, dimana permainan itu berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang menjadi materi pembelajaran.
Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar, ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa(PBS) yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar. Fungsi pembelajaran IPA disekolah dasar antara lain adalah memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, lingkungan buatan dan yang terkaitan dengan pemanfaatannya bagi kegiatan sehari-hari, mengembangkan ketrampilan proses IPA, mengembangkan wawasan, sikap, nilai dan ketrampilan yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran IPA, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap operasional kogkrit. Karena itu proses belajar mengajar perlu dihubungkan dengan kejadian sehari-hari. Menurut kurikulum 2004, pembelajaran IPA adalah cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Nash (1963)  dalam bukunya Nature of Natural Sciences  menyatakan bahwa sains adalah suatu cara atau metoda untuk mengamati alam. Nash menjelaskan bahwa cara sains meneliti alam mini secara analitis, cermat dan lengkap serta menggabungkan satu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amatinya.
     Pengajaran IPA merupaka suatu cara atau metode berfikir diperkual oleh Einstein yang juga dikutip dalam buku Nash tersebut. Einstein berpendapat bahwa sains merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu system  pola pikir yang logis yaitu berfikir ilmiah. Ada enam pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran IPA, yaitu : 1) Enam pilar pendidikan ( belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk dirinya sendiri ), 2) Inkuiri Sains, 3) Konstruktivisme, 4) Sains, tekhnologi dan masyarakat ( Salingtemas ), 5) Pemecahan masalah, 6) Pembelajaran Sains yang bermuatan nilai. Pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan metode inkuiri atau permainan.Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan siswa.
Bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya, bermain mengandung rasa senang dan tanpa paksaan lebih mementingkan proses dari pada hasil akhir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan umur dan kemampuan siswa, yaitu berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). Hal diatas meupakan contoh perkembangan system belajar mulai dari taman kanak-kanak hingga sekolah dasar. Namun dalam sekolah dasar sebenarnya tidak semua kelas memperoleh system belajar dengan bermain,hanya kelas rendah saja yang pada umumnya memperoleh karena mereka butuh penyesuaian dari taman kanak-kanak ke sekolah dasar.  Dengan demikian, anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran di tingkat-tingkat berikutnya. Dalam proses perkembangan anak melalui bermain, akan ditemukan istilah sumber belajar (learning resources) dan alat permainan (educational toys and games). Mayke (1966) mengatakan bahwa belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembang-kan imajinasi pada anak. Pemahaman mengenai konsep bermain sudah barang tentu akan berdampak positif pada cara guru dalam membantu proses belajar anak. Pengamatan ketika anak bermain secara aktif maupun pasif, akan banyak membantu memahami jalan pikiran anak dan akan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.Dalam metode inkuiri atau permainan guru dapat berinteraksi lebih dekat dengan siswa. Dengan metode permainan siswa memiliki banyak kesempatan untuk melakukan,mengetahui, dan bekerjasama dengan temannya. Dalam metode belajar dengan bermain siswa akan merasa santai dan lebih dekat dengan sesamanya, dengan itu sangat memungkinkan terciptanya kondisi yang lebih kondusif dan efektif dari pada pembelajaran dengan metode ceramah,atau metode diskusi.
Metode belajar dan bermain sangat efektif dalam menyampaikan pelajaran IPA khususnya untuk Sekolah Dasar tingkat rendah, dimana anak masih sangat kental dengan bermain.Namun metode belajar dengan bermain tidak semuanya bisa berjalan dengan baik.Dan disinilah dapat kita ketahui beberapa kekurangan dari penggunaan metode belajar dan bermain. Kekurangan-kekerangannya antara lain:1) Membutuhkan ruang yang lebih besar. Untuk itu guru harus memiliki persiapan terlebih dahulu untuk menentukan tempat yang cocok dan sesuai dengan permainannya, Karena metode bermain membutuhkan ruang gerak yang lebih luas untuk siswa, 2) Menyita banyak waktu , karena untuk memulai permainan guru harus bisa mengatur siswa agar rapid an disiplin ketika metode bermain dan belajar ini berlangsung, 3) Membutuhkan pengawasan yang lebih ekstra. Karena anak jika berkumpul untuk bermain tanpa adny pengawasan dan pengontrolan yang baik dari guru akan menyebabkan keributan dan kesemrawutan dari siswa, 4) Membutuhkan pemahaman lebih dari guru, Apabila guru tidak memahami secara benar dan tepat, hal itu akan membuat anak frustasi atau tidak kooperatif dan sebaliknya, 5) Tidak cocok untuk semua tingkatan kelas. Metode bermain dan belajar ini sangat cocok dan efektif untuk siswa tingkat atau kelas rendah. Karena bertujuan untuk penyesuwaian anak dari tingkat taman kanak-kanan sampai memasuki tingkat rendah disekolah dasar. Agar anak tidak merasa canggung dan jenuh dengan pelajaran yang baru mereka jumpai, 6) Membutuhkan fariasi yang lebih banyak, Bagi guru itu sangat menguras fikiran, contohnya saja saat membuat metode permainan yang berfariasi. Disini guru sangat dituntut untuk selalu kreatif dalam menciptkn metode-betode bermain yang berfariasi, karena anak akan mudah jenuh jika metode bermainnya tetap,7) Kemungkinan tidak membawa hasil yang diharapkan bila siswa belum cukup pengalaman.

Perlu diketahui bahwa tidak ada satu metode pun yang dianggap paling baik diantara metode-metode yang lain. Tiap metode mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing masing. Suatu metode mungkin baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak tepat untuk situasi yang lain. Demikian pula suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan yang disampaikan oleh guru tertentu, kadang-kadang belum tentu berhasil dibawakan oleh guru lain.Dalam metode bermain dengan belajar banyak sekali manfaat yang sangat membantu guru dalam menciptakan keberhasilan pembelajaran, namun dengan adanya kekurangan guru diharapkan selalu pandai menempatkan diri, dan kreatif untuk mengurangi kekurangan-kekurangan tersebut.Banyak hal yang harus dilakukan guru dalam pemenuhan keberhasilan pembelajaran. Guru harus bekerja keras untuk menguras kreatifitas mereka untuk selalu menciptakan kondisi dan situasi yang kondusif, menciptakan anak yang selalu fokus dan memahami semua pelajaran yang diberikan. Dalam metode belajar dengan bermain untuk pelajaran IPA Sekolah Dasar juga membutuhkan sumber belajar untuk menambah kekuatan metode pembelajaran yang guru sampaikan.Sumber belajar adalah bahan termasuk juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada murid maupun guru (Sudono, 2000:7).Hamalik (1994:195), menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber yang dapat dipakai oleh siswa, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan siswa lainnya, untuk memudahkan belajar.


Interaksi Proses Pembelajaran Dikelas

Bagaimana Melakukan Interaksi Proses Pembelajaran yang Baik?

Pada dasarnya proses pembelajaran yang baik memerlukan proses interaksi oleh semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran di kelas, baik antara guru dengan siswa, hingga antar sesama siswa itu sendiri. Saya yakin, anda para guru akan sependapat tentang hal ini bukan?

Proses interaksi yang baik dalam pembelajaran dapat dilihat dari berbagai aspek, misalnya:


Membuka pelajaran
Saat masuk ke dalam kelas untuk mengajar, hal pertama yang akan dilakukan oleh guru adalah membuka pembelajaran. Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk ini, akan tetapi pada dasarnya semua macam cara tersebut seyogyanya harus memuat beberapa hal, yaitu; (1) memberikan apersepsi 
dan memotivasi siswa; (2) menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Adalah hal yang sangat buruk apabila guru dalam melakukan proses interaksi belajar-mengajar melupakan kedua hal yang sangat penting ini. Apabila siswa tidak diberikan apersepsi maka tentu saja mereka akan sulit untuk mengaitkan apa yang akan mereka pelajari dengan apa yang telah mereka kuasai dan pelajari sebelumnya. Motivasi belajar sendiri merupakan hal  yang sangat penting untuk mereka miliki saat proses pembelajaran berlangsung. Tidak akan ada siswa yang melakukan interaksi positif dalam belajar apabila mereka tidak memiliki motivasi belajar. Motivasi ibarat sebuah mesin pendorong yang akan membantu siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan perasaan ‘enjoy’ dan senang tanpa beban. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat disampaikan pada saat interaksi proses pembelajaran oleh guru dengan beragam cara, yang penting, siswa mengetahui apa yang akan mereka harus kuasai setelah mengikuti sebuah kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dan upaya belajar mereka akan menjadi terarah untuk mencapainya.



Menyajikan materi pembelajaran
Banyak guru-guru kita yang bagus sekali dalam menyajikan materi pelajaran. Mereka menggunakan beragam cara, media, dan alat, bahkan hanya dengan berceramah saja. Keterampilan menyajikan pembelajaran secara baik oleh guru akan dikuasai dengan baik bersama pengalaman mengajar yang cukup. Akan tetapi, “jam terbang” bukanlah hal yang menjadi keharusan karena kemampuan menyajikan materi pembelajaran dalam interaksi proses belajar mengajar dapat dikuasai pula oleh guru-guru muda, asalkan mereka tetap peduli dan selalu berusaha memperbaiki bagaimana cara mereka mengajar dan menyajikan materi pembelajaran.


Penggunaan metode/model/strategi/pendekatan yang efektif
Mengajar itu bukan pekerjaan yang sifatnya monoton. Jika anda guru, maka anda harus selalu menggunakan variasi-variasi metode, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran. Variasipun tidak sekedar digunakan begitu saja. Saat ini bersama kemajuan ilmu pengajaran (pedagogik), telah diciptakan beragam cara mengajar yang baik untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tertentu dan diterapkan dalam situasi-situasi tertentu. Pelajarilah semua teorinya, dan latihkanlah penggunaannya di dalam kelas, maka niscaya anda akan segera menjadi guru yang melakukan interaksi positif dengan siswa anda dalam kegiatan pembelajaran.


Penggunaan media, alat, bahan, sumber belajar
Kemudahan selalu diberikan oleh kemajuan teknologi. Saat ini media pembelajaran menjadi hal yang lumrah digunakan. Kita bisa menggunakan beragam media yang sudah banyak terdapat di sekolah. Demikian pula alat, bahan, dan sumber belajar yang semakin dilengkapi oleh pemerintah. Nah, penggunaan semuanya ini secara sesuai akan menambah kualitas bagaimana guru berinteraksi secara positif dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


Penggunaan bahasa yang komunikatif
Bahasa adalah alat komunikasi. Bahasa yang dimaksud di sini bukan hanya bahasa secara lisan akan tetapi juga mencakup bahasa nonverbal, seperti gerak tubuh hingga mimik. Guru yang pandai berbahasa baik secara verbal (lisan) maupun nonlisan seperti isyarat gerak tubuh dan wajah tadi akan menjadi-sekaligus-guru yang variatif dan ekspresif. Secara lisan, kata-kata yang digunakan dalam berkomunikasi juga harus dipilih secara tepat sehingga akan terus dapat memotivasi dan memudahkan proses pembelajaran siswa. Dengan demikian, niscaya komunikasi akan menjadi lebih efektif.


Memotivasi siswa
Guru yang efektif adalah guru mampu memotivasi siswanya yang tidak termotivasi, serta mampu memelihara motivasi yang siswa miliki untuk terus bertahan bahkan menjadi semakin kuat. Beragam cara dapat dilakukan untuk ini. Guru yang berpengalaman akan mampu menggunakan berbagai kesempatan yang ada saat proses interaksi berlangsung dalam pembelajaran untuk memotivasi siswanya dalam belajar.


Mengorganisasikan siswa/kelas
Ketika pertama-pertama masuk kelas dulu, saat saya baru menjadi guru saya ingat betul bahwa kelas saya tampak kacau balau. Saya seakan tidak punya wibawa di mata siswa-siswa saya sehingga mereka tampak tidak memperhatikan saya dan bicara bahkan berjalan-jalan seenaknya dan melakukan berbagai kegiatan di luar kegiatan belajar. Setelah saya mempelajari secara lebih mendalam bagaimana cara mengorganisasikan kelas saat proses pembelajaran berlangsung, dalam situasi atau kondisi bagaimanapun, sepertinya saya telah benar-benar menguasai kelas dan dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan interaksi positif antara seluruh komponen kelas. Saat anda berada di dalam kelas, anda harus mengatasi 20 sampai 35 orang siswa dengan beragam tingkah laku dan kegiatan. Anda harus mengawasi semuanya sekaligus sembari menyajikan pembelajaran. Itu tentu bukanlah hal yang mudah jika anda tidak berlatih bagaimana melakukan semuanya sekaligus untuk memperoleh hasil yang terbaik.


Menyimpulkan pembelajaran
Soal menyimpulkan pembelajaran, memang setahu saya sering agak kurang diperhatikan oleh guru-guru kita, padahal kegiatan ini merupakan salah kegiatan penting yang harus dilakukan saat melakukan interaksi dengan siswa. Kegiatan menyimpulkan pembelajaran dilakukan di menit-menit terakhir sebelum bel atau lonceng tanda waktu yang disediakan untuk mata pelajaran kita dibunyikan. Mungkin hal ini pulalah yang menjadi beberapa guru tidak sempat mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran. Kunci pertama sebelum kita dapat menyimpulkan pembelajaran dengan baik adalah ketersediaan waktu yang memadai. Biasanya diperlukan 10 menit sampai 15 menit untuk kegiatan di akhir pembelajaran ini agar siswa secara bersama-sama dapat menyimpulkan pembelajaran yang baru berlangsung. Setiap kesimpulan yang diambil apabila terkait konten mustinya harus dikembalikan (merujuk) kepada tujuan pembelajaran yang telah disampaikan di awal kegiatan pembelajaran.


Memberikan umpan balik
Siapapun orang yang sedang belajar, demikian pula dengan siswa, memerlukan umpan balik dari orang yang lebih tahu (dalam hal ini guru) tentang pengetahuan atau keterampilan yang baru saja mereka pelajari, apakah sudah dikuasai dengan baik, sudah dipahami dengan benar, atau tidak. Mereka tidak akan mampu menilai dirinya apakah sudah melakukan sesuatu dengan tepat atau belum, sudah menguasai suatu konsep dengan benar atau masih keliru. Mereka membutuhkan umpan balik (feedback). Apabila apa yang mereka kuasai telah benar dan sempurna, mereka perlu mendapatkan umpan balik agar mereka mengulang kembali penguasaan mereka itu dengan cara yang sama. Sebaliknya, apabila mereka belum menguasai pengetahuan atau keterampilan dengan benar dan sempurna, maka mereka perlu diberi tahu pada bagian mana dari pengetahuan atau keterampilan itu yang belum mereka kuasai dengan baik dan bagaimana cara mmperbaikinya.


Melaksanakan penilaian
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru yang melakukan interaksi positif dengan siswa akan selalu melakukan penilaian. Penilaian ini dapat guru lakukan selama proses pembelajaran berlangsung ataupun di akhir sekuen atau unit pembelajaran. Hal ini diperlukan oleh guru untuk bahan masukan dalam memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa sendiri juga membutuhkan ini dalam kaitan introspeksi diri (penilaian diri) mengenai seberapa banyak atau seberapa jaub mereka telah belajar.


Menggunakan waktu secara efektif

Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Semuanya mempunyai proporsi masing-masing, di mana alokasi waktu terbesar diberikan pada kegiatan inti. Kegitan-kegiatan pendahuluan, inti, dan akhirpun dapat dibagi-bagi lagi menjadi langkah-langkah atau sekuen-sekuen tertentu yang kesemuanya dapat disusun atau dirancang alokasi waktunya walaupun tidak secara presisi. Akan tetapi paling tidak, ketika guru melakukan interaksi pembelajaran sesungguhnya dengan siswa, semua perencanaan alokasi waktu yang disediakan dapat digunakan secara efektif. Ingat, waktu adalah salah satu sumber daya dalam pembelajaran di kelas yang ketersediaannya sangat terbatas. Jadi gunakan waktu selalu dengan baik sehingga interaksi pembelajaran menjadi efektif dan efisien.